bisa bahagia

37 7 0
                                    

(flashback pertengahan tahun 2022)

"Cecilia, kamu suka vanila atau strawberry?"

"Aku suka coklat sih, Mik"

"Yah, salah dong, aku belinya pisang nih?"

"TERUS KENAPA ENTE NANYA YA??"

"Hahahah!"

Cecilia tersenyum cerah, dengan Mikael yang membawa dua kotak susu pisang dan cengiran lebar khasnya. Gadis itu tak pernah menolak fakta ia selalu suka cara Mikael tersenyum padanya. Tawa itu, menular padanya.

Setelah menerima susu pisang itu, lantas kedua cepat menghabiskannya lalu bersama-sama memasuki Gramedia. Melihat lihat karya terbaru Tere Liye, Andrea Hirata ataupun Jostein Gaarder.

Bagian seru dari gaya berpacaran mereka adalah mereka suka buku. Apapun jenis buku. Maka tak heran, gramedia dan perpus adalah tempat kencan favorit mereka.

Setelah puas berkeliling (dan Mikael membeli satu seri buku Tere Liye tentunya) mereka duduk di salah satu bangku.

"Cil" Panggil Mikael.

"Hm?" Tanggap gadis itu menatap pacarnya dari samping.

"Pernah suka sama orang sebelum aku gak?"

Netra Cecilia membulat kaget. Respon tubuhnya tak berbohong kalau ia langsung teringat pemuda manis yang ia tolong semasa maba.

Biru.

Ah, kemana ya, presensi pemuda itu?

Gue tiba-tiba sedikit rin- hush gak boleh gitu Ci! Batin gadis itu ditengah lamunannya.

"Nah kebiasaan suka ngelamun pas diajak ngomong" Celetuk Mikael dengan muka jengah yang dibuat buat.

"Eh? Oh, kalau itu aku pernah. Pas jaman MABA"

Mikael merespon dengan oh saja. Tak niat bertanya lebih lanjut.

"Aku juga punya, dia cinta pertama aku. Tapi itu gak penting, kan aku sama kamu sekarang" Gombal cowok itu diakhir.

Cecilia mencubit telinga Mikael gemas, "Gomballl"

Keduanya tertawa bersama, tanpa sadar bahwa pengakuan keduanya justru mengantarkan mereka pada takdir yang tak terduga.

...

Timses Biru-Cecilia sudah siap di tempat. Dikomando oleh Aruna dengan pengawas Nathan dan Anggota Tegar dan Nabila.

Kini, dengan segenap strategi dan bujukan, akhirnya calon pasangan kekasih dari partai hati ceria itu mau diajak ke tempat indah yang dipesen oleh Aruna tentunya.

Malam Minggu, diatas bukit, banyak lampu dan ada lilin temaram yang menambah kesan romantis. Walau sempat cekcok selera antara Nathan dan Tegar, ujung-ujungnya ide Nabila lah yang kepakai. Aruna udah gak sanggup ngontrolnya.

"Yakin bakalan berhasil?" Tanya Tegar ragu-ragu. Aruna langsung membusungkan dadanya bangga.

"Yakin, percaya sama gua."

Yah, kini empat anak manusia itu lagi sembunyi di balik salah satu pohon besar. Memantau dua pasangan yang terlihat sangat serasi bersama itu.

"Tegar, Nabila, lu berdua ready ya" Peringat Nathan pelan. Disahut dengan anggukan yakin.

"Bil, sebelah mana sih kok malah banyak lampu sama lilin?"

"Njir Ge lu kalau mau prank gua kapan-kapan aja gua lagi betmut"

Suara dua orang itu masuk ke masing masing handphone Nabila dan Tegar yang sudah terhubung.

Terlihat Cecilia dan Biru yang sudah saling membelakangi satu sama lain.

Aruna beri kode ke Nabila dan Tegar buat ngomong barengan.

"Lihat belakang lo Ce"

"Puter badan lu coba"

Raut kebingungan keduanya pun nampak dan menjadi asupan tertawaan bagi mereka yang dibalik pohon. Namun dua insan itu tetap ikut instruksi.

Betapa kagetnya Biru dan Cecilia saat mendapati kehadiran satu sama lain. Raut mereka pun kompak- mata yang membulat dan mulut yang membentuk O.

"Aru?"

"Eci?"

"Hah kok lo disini??" Tanya mereka bersamaan.

Keduanya pun saling terdiam, terlihat salah tingkah.

Dan kompak pula mereka berdiri berhadapan dengan gestur yang sama.

"Eum, Ci?" Panggil Biru dulu untuk memecah keheningan.

Cecilia mendongakkan kepalanya pelan-pelan, Biru memendekkan jaraknya menjadi hanya dua langkah saja dengannya.

"Lo cantik. Jepit yang gue beliin kemaren lo pake juga ternyata" Puji Biru dengan senyuman tulus.

Entah keberanian dari mana atau belajar modus dari mana, Biru utarakan isi pikirannya. Ia sudah sangat terpesona sama kecantikan Cecilia malam ini.

Mendengar pujian itu, hati Cecilia menghangat dan ada ribuan kupu-kupu terbang di perutnya.

"Makasih Aru, lo juga cakep dah malem ini" Tanggap Cecilia jujur sebab baru kali ini ia melihat Biru berpakaian semi formal dan eambut yang ditata rapi.

Biru menanggapi dengan senyum singkat, lalu memandangi sekeliling. Tiba-tiba rautnya jadi serius.

"Ci, lo ngerasa gak kita dijebak sama mereka?"

"Lah? Iya juga, anjir betul mereka mana nyeret Nabila gue yang masih murni itu"

Keduanya malah ketawa ngakak, menertawai kebodohan mereka sendiri tepatnya.

"Aru" Kini gantian Cecilia yang manggil duluan setelah berenti ketawa.

"Kenapa Ci?"

"Gue tau maksud tuh geng koclok, makanya lo tau kan kita harus ngapain?" Ujar Cecilia dengan wajah menantang.

Biru konek, langsung saja ia berdehem.

"Cecilia."

Biru ambil sebelah tangan Cecilia, ia genggam lembut.

Astaga, Cecilia yang mancing, Cecilia yang kena pula!

Cewek itu menjawab dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Gue gak akan capek bilang kalau ive adore you since the very beginning, gue suka lihat lo senyum dan bahagia di sisi gue. Gue gak pinter rangkai kata jadi, do you wanna be my lover?"

Cecilia dengan dramatis menutup mulutnya dnegan tangan dan mulai berkaca-kaca.

"Yes, I do, Arubiru"









note :
akhirnya dijedor juga ya mbak Cecilia, selamat yah!! 🥳

swipe for the ending scene 👀

good together ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang