Jar of Happines

1K 118 0
                                    

1 minggu












2 minggu












3 minggu













1 bulan










2 bulan









3 bulan













4 bulan sejak [m/n] kenal dengan Shinichiro, yang sebenarnya membuat [m/n] tertekan karna waktu bolos nya terbuang sia-sia hanya dengan menemani anak itu bermain.

Dari mulai menjelajahi kuil-kuil lama, menaiki puncak gunung, beli banyak makanan, mampir ke toko-toko barang lain. Tentunya bersama ketiga teman Shinichiro. Dan yang entah bagaimana pun [m/n] tiba-tiba menjadi sahabat mereka.

Entah kenapa kesadaran [m/n] hilang atau gimana, tapi tiba-tiba [m/n] baru sadar kalau mereka sudah ada di ujung sungai dekat jembatan perbatasan desa. Berdua dengan Shinichiro.

[M/n] hanya mendengarkan celoteh Shinichiro tentang dia mengagumi [m/n]. Dari yang hebat lah, sabar lah, kuat lah, banyak lagi hingga telinga [m/n] hampir pekak mendengarnya.

"Ah iya [m/n], kau dulu bilang perselisihan dengan geng ku, maksudnya apa?" [M/n] melirik Shinichiro sekilas. Kembali melihat bening air sungai.

"Tanggal 5, Agustus itu, aku mendapat berita, jika anak geng ku menyerang anak geng mu karna soal tabrak-festival. Awalnya hanya masalah kecil, tapi hingga salah satu anak geng ku hampir membunuh anak geng mu karna perdebatan pribadi mereka." Shinichiro mendengarkan lamat, lalu mengangguk.

"Ah iya juga sih, waktu itu aku dengar anak geng ku ada yang masuk rumah sakit gegara tingkah geng sebelah. Sempat pada mau rombak, labrak kalian, tapi ku diemin karna menurut ku itu urusan pribadi mereka. Aku juga ga mau cari mati karna ngelawan geng mu," ucap Shinichiro tersenyum manis. [M/n] sekilas mencuri pandangan.

Shinichiro bukan hanya mencari aman, tapi dia juga paham kondisi geng nya. Tidak seperti dirinya yang memaksa anggota nya untuk bersabar dengan orang lain terutama wanita, pelatihan khusus. Sebenarnya banyak yang membenci [m/n] sendiri, [m/n] juga sadar, dia terlalu keras.

[M/n] menghela nafas, memainkan air sungai. "Shin-kun perhatian ya... bahkan sampe memperhatikan masalah anggota gengnya.." Shinichiro menatap [m/n] bingung, ikut bermain air.

"Apa maksudmu [m/n]?" [M/n] hanya tersenyum kecut. "Aku ga bisa berbaik hati, perhatian apalagi peka sama anak buah sendiri. Anggota geng ku latih tegas, layak tentara. Aku sadar kalau selama ini aku terlalu kasar dengan mereka."

Shinichiro tersenyum, berbaring di rerumputan dekat sungai itu.

"Menurutku [m/n] baik. Dari kuat, tegas, bahkan perhatian sama fisik geng itu hebat. Aku aja pengecut, gabisa bertarung, tapi entah darimana, aku bisa bangkitin semangat mereka, cuman dengan kata-kata. "

"Tapi gini-gini banyak juga lo yang benci aku, terutama anggota geng," ucap [m/n] sambil tertawa pahit. Mata Shinichiro membulat.

"Bohong, masa orang sehebat kamu banyak yang benci?" [M/n] mengangguk.

Hening, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Dah, [m/n] ketemu besok lagi. Oh iya, besok juga perpisahan karna udah lulus, jadi moga kita tetep bareng ya. Buat nomer telepon aku udah selipin di kantong jubah mu, bye" ucap Shinichiro di angguki oleh [m/n]. [M/n] meraih saku jubah geng motornya, mendapati kertas dengan bertuliskan nomer telepon pemuda itu.

A Way (Tokrev X Male Reader) endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang