"kamu tak meminta namun semesta tahu apa yang semestinya"
°
°
°
Empat pemuda berlari tergopoh-gopoh di lorong rumah sakit, membuat setiap atensi orang lalu lalang tertuju pada mereka.
Langkah kaki berisik menambah suasana menjadi lebih berisik.
"Om!"
"Astaghfirullah,subhanallah laila HAILLAH!"
arta yang baru keluar dari ruang rawat kafee terkejut dengan munculnya 4 makhluk di hadapannya.
"Kalian ini ngagetin om!kalo apa tuh santai bisa gak,kaya manggil om jauh aja!"
"Hahhh...hahh cape ini hah..."
Pemuda dengan Hoodie mint berusaha mengatur nafasnya sehabis berlari dari tadi,dengan menumpukan tangannya di lutut.
"Ngos-ngosan bener...lagian ngapain lari-lari di rumah sakit hah?"
Arta melihat ke empat pemuda yang berkeringat sehabis berlari.
"Aduh tar dulu om...masih pengap ini"
Pemuda berkaos hitam dengan lengan pendek menyandarkan tubuhnya di tembok lorong rumah sakit.
"Gimana...hah...kafee?"
Pemuda berkaos dan berjaket yang masih sibuk mengatur nafas,langsung menanyakan keadaan kafee, terlihat gurat khawatir dari ke empatnya.
"Om gimana sih...hah...kenapa gak ngasih tahu kita,kalo kafee masuk rumah sakit?!"
Kali ini pemuda berkulit putih berbicara dengan nada yang sedikit tinggi.
"Astaghfirullah,om lupa boy"
"Bisa hah...bisanya lupa!"
"Om yang lupa,kita yang panik"
"Terus kalian tahu dari mana?"
"Bang Joshua telepon ke hp kafee,tapi yang angkat bi ojoh,terus bi ojoh bilang kalo kafee masuk rumah sakit"
Kali ini pria ber Hoodie mint yang menjelaskan.
"Om parah banget si,tau gak rachel lagi main ps di seret ama bang Joshua ni!"
Kali ini pria berkaos hitam yang menjawab.
"Om berhutang penjelasan pada kami"
Nada dingin Panji mendominasi ke adaan.
"Om,Joshua marah sama om,bisa-bisanya kafee operasi tapi gak ngasih tau kita,hah?"
"Iya,om minta maaf,keadaannya udah terlalu keos,gak sempet om buat ngasih tahu kalian,keadaan kafee udah gak bisa di bilang baik,butuh penanganan cepat,operasi pengangkatan limpa yang di lakukankan kafee harus cepat om lakukan karna limpanya pecah".