Jennie memberikan sabun pada tubuh Haruto dan mengusapnya perlahan. "Cantiknya anak Mommy, udah rapih sekarang ya Nak." Jennie tersenyum senang kala melihat rambut Haruto yang sudah ia potong beberapa waktu lalu sebelum memandikannya.
Jangan tanya mengapa Jennie memandikan Haruto meskipun tadinya Haruto sudah menolak. Ibu 3 orang anak itu ingin sekali memperlakukan Haruto seperti bayi. Seperti kala Haruto belum hilang pada hari itu. Ia ingin memberikan afeksi dan perhatian yang lebih banyak pada Haruto.
"Kamu kurus banget, nanti makan yang banyak ya?" Haruto mengangguk dan memejamkan mata menikmati sentuhan lembut sang ibu yang memandikannya sembari bersenandung kecil.
"Baby mine, don't you cry."
"Baby mine, dry your eyes."
Jennie terus bernyanyi sembari tetap memandikan Haruto secara perlahan. Matanya berkaca-kaca karena bahagia akhirnya ia diperbolehkan untuk bertemu dengan sang bungsu, dan merawatnya dengan semestinya seperti kala ia masih bayi dulu.
Haruto pun menahan kantuk karena nyanyian dan sapuan lembut sang ibu sangatlah nyaman hingga membuatnya ingin terlelap menuju alam mimpi.
"From your head down to your toes."
Jennie membawa air dengan pelan kepada kepala Haruto, dan mengusap kepalanya hingga ujung kakinya. Tak membiarkan satupun noda menempel pada tubuhnya.
"You're not much, goodness knows."
"But you're so precious to me."
"Cute as can be, baby of mine."
Nyanyian merdu Jennie terhenti, bertepatan dengan Haruto yang pergi ke alam mimpi.
"Sering-sering dikompres air es aja ya Jen. Salepnya juga jangan lupa dipake tiga kali sehari. Ini udah saya bawain vitamin biar dia makin vit sama banyak makan. Buat obatnya ntar saya kasih di rumah sakit aja ya? Sekalian jenguk Lisa. Yang lain juga kayaknya mau ikut jenguk."
Haruto membuka matanya perlahan dan mengondisikan cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam matanya. Ia terbangun saat mendengar sayup-sayup suara di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf : The Cloistered || TREASURE
FantasySemua yang tersembunyi, kini kembali terungkap. Masa lalu yang belum usai, membuat masa kini menjadi kacau, dan masa depan menjadi suram. Luka yang terpendam bertahun-tahun lamanya, kembali menguak tanpa bisa dicegah. Semua menyaksikan, semua mempe...