Chapter Ten - 10

4K 143 0
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Friend, saya gabutt sekali😵

- Selamat menggulir halaman ini! -

***

"Saya Terima nikah dan kawinnya Saheera Vazaina binti Zaky al-habsy dengan mas kawin sebuah rumah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillahi Rabbil 'alamin.."

Dengan satu tarikan napas, Fathar berhasil mengucapkan ijab qabul dengan lantang dan tidak ada salah sama sekali. Usai ia mengucapkan kalimat itu, ada rasa lega tersendiri untuknya, karena ia sudah memikat seorang gadis untuk menjadi teman hidupnya.

Banyak tamu yang mengucapkan kalimat syukur, dan terharu. Fathar hanya bisa termenung dengan tangan yang masih keringat dingin.

Ia melihat Mamanya, Rusmei, menangis haru. Anak laki lakinya, yang selama ini ia anggap putranya yang masih kecil, sudah menikah, sudah menjadi kepala keluarga. Tidak menyangka sekali.

Fara pun begitu. Putri sulungnya, ternyata sudah menjadi istri orang lain. Ia hanya bisa memandang haru ke arah Fathar yang duduk berhadapan dengan Zaky, suaminya.

"Fi, Bunda jemput kakak mu dulu ya," ujar Fara dan Nafi yang duduk di sampingnya.

"Iya Nda."

Fara pun beranjak untuk ke kamar Saheera, menjemput putrinya itu untuk menemui sang suami. Saat Fara membuka pintu kamar itu, ia melihat Saheera tengah duduk di pinggiran kasur dengan kepala yang menunduk.

Tanpa Fara sadari, anaknya itu sedang menangis. Saheera sangat tidak menyangka dengan alur kehidupannya yang sangat plot twist menurutnya. Sedikit pun tidak pernah di otaknya terbesit untuk menikah di usia muda. Namun, takdir berkata lain. Di umurnya yang masih 19 tahun, ia sudah sah menjadi seorang istri.

Fara pun duduk di samping Saheera. Ia mengangkat dagu anaknya dengan telunjuk, lalu memandang wajah Saheera yang memerah, dan air mata yang mulai mengering. "Kenapa, Ra? Ada yang buat kamu gelisah?"

"Engga, Bunda. Cuman ga nyangka aja, ternyata Sira udah jadi istri orang, hehe."

Fara tersenyum lembut, lalu mengelus kepala Saheera. "Ra, kamu jujur sama Bunda. Kamu ga terpaksa kan nerima semua ini?"

"In Syaa Allah, ikhlas lahir batin, Bunda. Sira yakin dan percaya sama takdir Allah." Saheera tersenyum.

"Jangan pernah merasa kamu sendiri. Kamu punya Bunda, Ayah, Nafi juga. Kalo merasa ga nyaman, langsung ngadu ke kita, bisa?"

"Iya, Bunda ku sayang."

"Yaudah, ayo ke bawah. Fathar nungguin istrinya ini." Fara tersenyum menggoda Saheera.

Telinga Saheera memerah karena salah tingkah, untung saja tertutupi hijab. Pipinya pun memerah bak kepiting rebus, untung tersamarkan oleh blush on yang ia pakai. "Ihh Bunda."

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang