2. Langsung nikah?

204 10 0
                                    

Mikha langsung memeluk abang jahil nya itu.

"Bang jojonn... Hiks.. Gimana nanti kalo zau ga ada? Siapa yang jadi jahilan abangg?? Nanti siapa yang ngabisin uangnya bang ayyan? Siapa ya-"

"Shutt.." Mutlak Johan dengan cara menempelkan jari telunjuk nya pada bibir mungil bocil nya.

"Ga boleh ngomong gitu, nanti abang bakal tetep main ke rumah lo. Jangan nangis gitu, lo tambah jelek. Kasian bunda, udah capek capek ngerias tapi malah luntur gitu aja."

Mikha menghapus air matanya, lalu ia memeluk tubuh tegap saudaranya. Rayyan yang melihat itupun ikut berpelukan.

Johan menatap Rayyan dengan sendu, mereka bertatapan cukup lama seperti sedang melakukan ikatan batin.

Lalu diakhiri dengan senyum sendu Rayyan.

'Bohong kalo gue ga bakal kangen lo, cil. Bohong gue ga sedih ngeliat lo yang bakal pergi jauh dari abang lo disini. Bohong kalo gue bakal diem aja kayak gini.. Gue bakal kangen lo.. Bocil nya Johan.'

-----

Mikha kembali ke ruang makan dengan masih berpelukan pada pinggang Rayyan, Mikha saja langsung meminta pindah tempat duduk di samping Rayyan dan Johan.

"Gimana?"

Mikha mendongak, "Mikha.."

Mikha masih terlihat ragu, ia masih melirik Johan dan Rayyan. Mereka menggangguk. "Mikha mau."

-----

Pertunan- ah pernikahan privat itu pun dilaksanakan tepat pada malam itu, yang hadir hanya lah teman teman Reoza, Mikha, Rayyan, Johan, yang lainnya dan kerabat kedua belah pihak.

Saat sudah selesai, mereka memberi waktu untuk Reoza dan Mikha berdua.

Kini mereka berada di taman belakang rumah, sepi dan damai.

Mikha duduk di salah satu bangku yang ada disana.

"Gue ga percaya, sekarang gue nikah sama lo." Suara Reoza memecah keheningan.

"Haha, gimana? Lo pasti bangga punya istri secantik gue."

"Aku-kamu, Mikha."

"Maksud lo?"

"Bahasa lo, Lo harus ganti bahasa lo pake Aku- Kamu tapi kalo gue.. Tetep sompral kayak gini."

"Panggil gue Mas, dan gue bakal panggil lo Dek."

Mikha menatap Reoza. Reoza yang seolah tau apa arti tatapan Mikha langsung tersenyum, "disuruh bunda. Bukan peraturan dari gue."

Mikha terdiam. "Kenapa Mas mau nikah sama aku?"

"Karena gue sayang sama lo."

"Sejak kapan?"

"Dari gue liat lo pas duduk kayak orang ilang didepan gerbang SMP. Saat itu lo nunggu jemputan dan gue ga sengaja lewat, Disaat itu gue masih kelas satu SMA. Gue pikir itu cuman cinta pada pandangan pertama yang gapernah ketemu lagi. Tapi pas gue naik kelas, gue iseng liat kelas kalian, dan gue ketemu lo."

"Eum.. Gitu."

"Mas masih sayang ga sama aku?"

"Sampai kapanpun.. Gue bakal tetep sayang sama lo."

"Mas udah punya pacar?"

"Gue udah homo dari kecil. Lagian kontol gue ga ngaceng perkara ngeliat gunung, tapi bakal ngaceng kalo ngeliat ini." Dengan nakal, tangan Reoza meremas bokong Mikha.

"Mas!"

"Haha.. Kan kita udah nikah. Berarti boleh dong."

"I-iya tapi kan.."

"Pokoknya besok lo harus pindah ke rumah yang gue beli, besok pulang sekul lo bareng gue."

"Iya."

"Kita rahasia in ini?" Ucap Mikha sambil menunjuk cincin yang bertengger cantik dijari lentiknya.

"Biarin semua orang tau pelan pelan, jangan gegabah."

"Hmm.. Oke."

-----

Paginya...

✨✨✨

"MIKHAAA!!! CEPET DEK! SUAMI KAMU UDAH NUNGGUIN TUH!" Teriak Bundanya.

"Iya iya bun!" Kesal Mikha yang langsung turun sambil membenarkan kancing di pergelangan tangan.

"Ayo mas."

"Sebentar."

"Buk, kulo tak mangkat sek, nggeh. Eh Iyo buk, engko Mikha ne kulo gowo neng omah e kulo. Mboten nopo nopo kan?"

"Iya gapapa, nanti barang barangnya bunda anterin kesana ya. Hati hati."

"Nggeh, buk."

"Ngomongin apasih anjir ga ngerti gue." Gumam kecil Mikha.

"Ayok, sini gue pakein."

Mikha menurut, "nah udah, naik."

----

Saat sampai disekolah, yang tentu saja membuat banyak pusat perhatian.

Pertama, pangeran sekolah dateng sama bocil Tengil.

Kedua, mereka keliatan so sweet banget.

Ketiga, pas turun, Reoza meluk pinggang Mikha posesif banget.

Keempat, mereka pake cincin yang sama!

Inget ya, lambe turah disini tuh ahli ghibah dan matanya jeli semua.

Tapi ga ada yang berani ya karena ayah mereka berdua merupakan Donatur terbesar disekolah ini. Hampir semua fasilitas sekolah ini dari uang hasil Donatur kedua ayah mereka.

"Mas.. Malu." Cicit Mikha.

"Gapapa. Jangan nunduk. Mereka ga akan seberani itu buat nyakitin lo."

---

"Mulai sekarang, agar jemput sama gue, gue anterin lo sampe ke kelas, kemana mana sama gue, jangan lepas cincinnya. Dan yang paling penting, nurut sama suami lo."

Mikha hanya bisa tunduk. "Iya, Mas."

"Yaudah, belajar yang rajin, jangan bolos. Inget. Suami lo. Jangan deket deket smaa cowo lain, suami lo ganteng." Ujar Reoza sambil memegang pundak Mikha.

"Iyaa."

"Istirahat, lo harus sama gue biar ga ada yang berani ngambil lo dari gue."

"Iya mas."

Cup.

Reoza memberikan kecupan dipucuk kepala Mikha.

"Jangan ngelirik yang lain, lo punya gue sekarang."

Mikha tersenyum, gini banget rasanya dapet suami posesif tingkat dewa.

"Ihiw ihiw prikitiw, si pentolan dah dapet kasih sayang anjayyy!!" Baru masuk udah disambut sama ejekan Zidan.

"Apasih."

"Jangan aneh aneh lo, suaminya garang soalnya!" Peringatan caca.

"Iya deng hehe."

----

i'm or She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang