Bicara soal refleks, Ruhi mungkin cukup peka untuk urusan melindungi dirinya terutama soal wajahnya. Tahu dia akan terjerembab mementur paving, dia langsung melindungi wajahnya dengan kedua lengannya.
"Kita ke rumah sakit saja, bagaimana kalau nanti ada infeksi?”
“Tidak perlu. Hanya luka goresan juga dikasih betadin sudah aman.”
“Syukurlah hanya lengan, kalau sampai wajah Ui pasti aku sudah ngambang di laut,” ujar Rensi.
“Tenang, kali ini kamu hanya akan jadi makanan koi," sahut Rama.
“Ko-koi?!” Mata Rensi langsung terbelalak membayangkan dia menjadi makanan koi. Dia langsung bersimpuh di lantai dan bersujud di kaki Rama. “Ampun, Bos Rama. Saya tidak berniat menyakiti Ui.”
“Rensi ngapain kamu? Bangun oi!” tukas Rama.
“Saya panik, Bos. Karena hampir keceplosan bilang kalau saya ini mata-mata Bos Rama di sekolah agar Ui aman dan terhindar dari mata-mata cowok cabul yang berharap mendapatkan hatinya. Ampuni saya Bos Rama!”
Rama rasanya ingin menutup mulut Rensi dengan segepok uang agar diam.
“Rensi kamu benar-benar minta diamplopi ya.” Rama tersenyum mencoba menahan emosinya.
“Se-sepertinya aku sudah mengatakan yang tidak seharusnya.” Rensi baru sadar kalau dia sudah mengatakan sebuah kebenaran yang membuat Ruhi terkejut bukan main.
“Ruhi, mas bisa jelaskan semuanya jadi jangan salah paham lebih dulu. Ok?” ujar Rama.
“.... ok,” jawab Ruhi lalu dia menoleh ke gurunya yang sejak tadi diam sebagai penonton. “Terima kasih, Bu Vira,” ucapnya sembari tersenyum.
“Sama-sama, Ruhi. Kamu bisa pulang sekarang, hari ini tidak ada agenda yang penting sekali,” ujar Bu Vira.
“Baiklah.”
Mereka bertiga keluar dari UKS dalam diam, tinggalah Bu Vira yang langsung menghela napas lega karena terlepas dari situasi yang berat. Dan sudah bukan rahasia umum lagi kalau salah satu siswinya itu bertunangan dengan anak bungsu Meranding yang memang keluarga terkenal di kota mereka. Ini pertama kalinya beliau betemu langsung dengan keluarga Meranding dan rasanya kesehatannya langsung menyusut lima persen.
“Ruhi, ibu tidak tahu kamu sebenarnya beruntung atau apes. Ibu doakan kamu bisa mengahadapi semua dengan sukses. Meranding bikin merinding,” ujar Bu Vira.
Berbanding terbalik dengan ruang UKS yang mencekam, di halaman sekolah nampak berita menyebar dengan cepat. Semua pandangan tertuju pada Ruhi dan juga Rama yang tengah berjalan kembali menuju gerbang. Biasanya Ruhi akan mulai salah tingkah, tapi kali ini dia hanya diam berjalan di belakang Rama. Rensi yang di sebelah Ruhi merasa berat tubuhnya akan berkurang beberapa kilo karena mulut tanpa filternya.
“Hati-hati di jalan. Ui jangan benci aku,” ujar Rensi dengan pandangan memelas pada Ruhi.
“Diem kamu,” tukas Rama masih kesal pada gadis itu.
Rama langsung tancap gas sebelum Ruhi membalas ucapan Rensi. Meninggalkan gadis berpipi chubby itu di gerbang sekolah.
“Yo, Ndut! Nunggu siapa?” Seorang cowok berbadan tinggi kurus itu menepuk punggung Rensi cukup keras.
“Asem, siapa lu panggil Ndut!” Rensi menoleh dengan wajah kesal.
“Sory-sory, Rensi Mulutan.”
“Rensi Malaun, bukan Mulutan anj-" Rensi berhasil berhenti sebelum melayangkan umpatan kasar pada teman sekelasnya, Raden, yang juga teman Ruhi. Satu-satunya laki-laki yang cukup dekat dengan Ruhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipinang Bungsu Miliarder
RomantikSiapa yang tidak mendambakan menikah dengan miliarder tampan dan juga baik hati. Sudah kaya, baik hati lagi. Mungkin hanya satu dua wanita yang tak mengharapkannya, salah satunya Ruhi ini. Tapi bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Rama, Si bungsu m...