Kebangkitan kedua; Penyesalan

128 19 4
                                    

Ternyata usaha yang selama ini aku lakukan sia-sia saja, pria di hadapanku tidak juga bisa mencintai diriku meskipun aku sudah berusaha dengan keras. Dia tetap berselingkuh dengan wanita itu, seorang wanita yang sama sekali tidak bisa aku tandingi, seorang wanita yang sangat dicintai oleh suamiku.

"Apa yang kurang?"

Pria itu menatapku datar tanpa mengatakan apa-apa, anakku yang berada di gendongannya terus memberontak ingin turun dan terus memanggil 'mama' bodohnya aku karena tidak pernah berperan sebagai mama yang baik untuknya. Semua penyesalan aku rasakan ketika nyawaku sudah diujung tanduk. Anakku, selama ini aku abaikan anakku demi menjadi seorang istri yang baik untuk pria ini.

"Tembak dia sekarang"

Pesuruh berjas hitam langsung menekan pelatuk pistol yang dipegangnya dan peluru dengan cepat menembus kepalaku, jeritan tangis terdengar dari seorang anak laki-laki yang aku yakini adalah anakku. Mata ini tidak bisa lagi melihat ke arah orang yang kucintai dan buah hati yang selama ini aku abaikan. Andai saja, jika aku masih bisa berandai-andai, aku tidak akan pernah kembali pada pria ini saat dia sudah menceraikan ku. Aku tidak akan pernah Sudi menampakkan diri dan mengemis padanya dan memanfaatkan anakku agar aku bisa kembali rujuk padanya.

Tidak akan kulakukan. Bukannya lebih baik jika aku hidup tenang dengan anakku dan fokus memberikan kasih sayang padanya, jika perlu aku akan bekerja dengan keras demi memenuhi segala kebutuhannya.

Semuanya menjadi gelap, berandai-andai saja tidak akan bisa mengembalikan semuanya. Padahal aku sudah diberi kesempatan, di kehidupan pertama aku menggugurkan bayi yang ada di kandunganku setelah kami bercerai dan mulai mengejar pria ini lagi, tapi sayangnya dia tetap saja tidak melihatku. Di kehidupan kedua aku memanfaatkan anakku agar dapat rujuk dengannya, awalnya semua berjalan sesuai dengan rencanaku, tapi pada akhirnya wanita itu juga yang akan menjadi cinta dalam hidup suamiku.

Aku sudah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah kudapatkan, segala nasehat dari keluargaku aku abaikan karena rasa cinta yang buta pada pria ini. Sangat bodoh, mereka yang menyayangiku dan mengkhawatirkan aku semuanya aku jauhi demi bisa mendapatkan pria ini.

Kesadaran ku sudah hilang, suara terakhir yang aku dengar adalah suara jeritan dari anakku. Semuanya selesai dan aku mati.

***

"Amara"

Sebuah suara memanggil namaku dengan keras, aku membuka mataku dan melihat seseorang yang kukenal tengah menatapku dengan tatapan khawatir dan cemas. Sebentar, aku dengan cepat ingin berdiri namun sangat sulit karena perutku yang membesar. Tunggu, membesar?!

Aku melihat sekeliling ruangan, ini kamarku yang ada di rumah orang tuaku. Tidak mungkin, sangat tidak mungkin aku masih hidup dari tembakan yang menembus kepalaku. Sudah dipastikan bahwa segala isi kepalaku pasti hancur, jadi tidak mungkin aku masih hidup.

Ku dudukkan diriku dan berusaha untuk turun dari kasur, pria itu membantuku dan menuntun diriku yang berjalan menuju cermin. Wajahku belum memiliki luka akibat pisau yang digoreskan suamiku padaku, rambutku masih pendek dan wajahku belum penuh dengan make up yang membuatnya terlihat semakin tua. Apa lagi perut ini, semuanya kembali. Anakku belum lahir, aku belum rujuk dengan pria itu.

"Amara, ada apa? Apa ada yang sakit? Wajahmu sangat pucat"

Sadar ketika namaku dipanggil aku menoleh ke samping, Amarande black adalah nama yang diberikan orang tuaku padaku. Yang artinya si hitam yang abadi. Sangat ajaib jika mengingat sudah dua kali aku mati dan dua kali juga aku dibangkitkan. Namaku seakan-akan sudah menjadi takdir untukku, rambut hitam dan mata hitam serta kulit putih bersih seperti putri salju dan kehidupan yang ketiga kalinya.

Melihat ke arah pria yang tengah memegangi pundakku dan sedikit mengusap lembutnya, wajah khawatir terpampang jelas di wajahnya. Sangat menyesal karena sudah meninggalkan pria baik seperti dirinya demi pria bejat seperti suamiku dulu. Ya, Kainan Adler, pria yang dengan kesabarannya menemaniku dan selalu membantuku selama dia kehidupanku.

Tidak lagi, sekarang aku sudah diberikan kesempatan untuk yang kedua kalinya, siapa yang akan kembali dengan pria bejat seperti itu? Aku akan mencari pria lain yang lebih tampan, kaya raya, pengertian, baik dan yang paling penting bertubuh seksi. Seharusnya sedari dulu aku sadar bahwa banyak pria lain di dunia ini yang lebih baik dari suamiku.

"Ra, apa yang kamu pikirkan? Dokter bilang kamu tidak boleh stres, kasihan anakmu, Ra. Aku mohon berhenti memikirkan Iston demi anakmu"

Aku mengelus perutku yang sudah membesar, mungkin sekitar dua Minggu lagi anakku akan lahir di dunia ini. Mengingat semua yang aku lakukan pada anakku membuat rasa menyesal menyelinap semakin dalam di lubuk hatiku, aku takut, aku takut jika aku tidak bisa menjadi ibu yang baik untuknya.

"Aku takut Kai. Takut tidak bisa menjadi ibu yang baik"

"Kamu pasti bisa, kamu wanita yang baik dan lembut. Anakmu pasti akan terlahir menjadi anak yang sehat, cantik dan baik hati" aku terkekeh ketika mendengar ucapan Kai, anakku laki-laki dan dia sangat mirip dengan ayahnya. Itu mungkin akan membuatku sedikit kesulitan nantinya karena kemiripannya dengan orang yang sudah membunuhku dua kali.

Benar, tidak perlu mengungkit masalalu yang tidak menyenangkan untuk diingat, aku harus menjalani hidup dengan damai dan tentram bersama anakku tanpa adanya gangguan dari pria itu, tanpa adanya kecemasan akan keselamatanku. Biarkan saja Iston menjalin kasih dengan sekretarisnya itu dan aku akan hidup bahagia bersama dengan anakku.

Begitu saja cukup, "Terima kasih Kainan, tanpamu aku tidak akan bisa melewati semua ini. Aku menyesal, sangat menyesal karena sudah menjauhi orang-orang yang menyayangiku demi seorang pria bejat seperti Iston"

Sebuah senyum manis muncul di wajah Kainan, sangat manis bahkan gula pasir kalah dengan kemanisannya. Ugh! Aku tidak mengerti bagaimana aku bisa mengalihkan pandanganku dari Kainan dulu dan lebih memilih Iston yang berpenampilan mengerikan. Meskipun Iston memang tampan dan seksi, tapi wajahnya selalu mengintimidasi membuat siapapun yang melihatnya merasa tidak nyaman.

Dua kali. Dua kali aku melakukan kebodohan dan kembali padanya. Kali ini tidak akan aku lakukan semua kebodohanku di masa lalu. Aku mengelus perutku dan tersenyum, nak tenang saja, aku akan mencarikan ayah baru yang lebih baik daripada ayahmu yang tidak bertanggung jawab itu. Akan aku pastikan kamu tumbuh dengan baik dan dipenuhi dengan kasih sayang yang melimpah.

Di kehidupanku yang kali ini, aku pastikan bahwa tidak akan ada yang namanya Iston di dalam hidupku. Hus! Menjauhlah wahai bajingan tidak bertanggung jawab, Iston!

Seconds of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang