004. Terlanjur rusak

566 105 32
                                        

Sejak masuk mobil-ah tidak, sejak Raiden berdebat kecil dengan saudaranya dan dengan cueknya pria itu menarik wanitanya tanpa menghiraukan Jayden serta Joan yang belum habis melempar pertanyaan padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak masuk mobil-ah tidak, sejak Raiden berdebat kecil dengan saudaranya dan dengan cueknya pria itu menarik wanitanya tanpa menghiraukan Jayden serta Joan yang belum habis melempar pertanyaan padanya. Keduanya membelah jalanan dengan kesunyian, ya mereka hanya berdua tanpa supir atau Adrian, sekretaris sekaligus asisten pribadi sang miliader yang mulai hari ini resmi menjadi suami kedua Jiselle.

"Apa kau mengira aku bisa menebak dimana alamat rumahmu?"

Jiselle melirik sekilas dan kembali menatap jalanan yang rasanya lebih menarik dari pada pria di sebelahnya. "Aku tinggal dirumah ibuku, dari sini hanya perlu belok kanan. Rumah nya terletak paling ujung."

"Selama ini kalian menumpang tinggal begitu? ck, apa suamimu tidak mampu membeli rumah untuk kalian?" Ejek Raiden, sungguh kenapa pria ini gemar sekali menindas suami Jiselle.

"Berhenti berpikiran buruk tentangnya. Aku menggadaikan rumah kami untuk menebus biaya rumah sakit." Balas nya cepat tanda tidak terima.

"Ah begitu, tapi nyatanya percuma. Mungkin dia sudah tidak ada harapan untuk hidup. Berhenti mengharapkan sesuatu yang mustahil, istriku."

Seberapa parahnya kondisi Jafran, ia benci mendengar kalimat itu. "Tutup mulutmu, jangan asal bicara!"

Jaguar hitam itu berhenti di rumah kayu minimalis, sang empu yang berada di samping kursi kemudi keluar di susul pria yang meneliti rumah tersebut lewat sorot mata tajam.

"Elle?" Yuna, sang ibu mengerutkan kening melihat seseorang di belakang putri semata wayangnya ini. Sesaat akan bertanya, mulut Yuna kalah cepat oleh gadis kecil yang berlari menggemaskan dengan dress merah selutut dan rambut tipis yang di cepol, gaya identik nya juga dengan pita cream hadiah ulang tahunnya dari sang ayah.

"Ibu.." Jiselle duduk mensejajarkan tinggi mereka menyambut pelukan Lily yang tumben tak memberikan senyum manis padanya.

"Hei kenapa sedih, tidak senang ya ibu pulang?"

Bibirnya tambah mengerucut, matanya mulai sendu seperti hendak menangis. "Ibu curang, Lily kan juga ingin menginap disana."

"Oh karena itu? Maafkan ibu, cantik! lain kali kita menginap lagi, okey?"

Dengan bibir yang ditekuk, kepalanya bergerak naik turun dan karena itu Jiselle tidak dapat menahan gemas sehingga melabuhkan beberapa kecupan yang membuat gadis kecilnya menggeliat geli. Sampai mata bulat itu bertemu dengan netra kelam milik seseorang yang asing. Pria itu seperti menatapnya tajam, Lily jadi mengeratkan pelukan nya dan menunduk menyembunyikan wajahnya di leher sang ibu.

Tidak perlu waktu lama setelah sepuluh menitan masuk ke kamar, Jiselle kembali dengan sebuah koper besar dan dua buah koper kecil namun sang ibu lebih dulu menyela langkahnya.

"Siapa dia, Elle?" Perasaan Yuna sedari tadi tidak enak, heran saja mengapa tiba tiba mereka datang bersama.

"Dia Raiden, saudara Jafran."

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang