Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi hari sebelum kembali pada aktivitas masing-masing, keluarga Maheswara sarapan bersama seperti pagi pagi sebelumnya. Jiselle dan Lily--penghuni baru disana juga ikut makan bersama setelah kemarin makan malam di dalam kamar, tentunya karena takut suasana semakin kacau. Namun pagi ini Raiden mengajak mereka bergabung, toh juga yang lain tidak memberikan penolakan secara langsung hanya lewat tatapan sinis. Keadaan ini cukup lama tenang hingga langkah anggun seseorang yang terdengar dari ketukan sepatu ber merk miliknya. Selena--wanita itu memandang angkuh pada orang yang dianggapnya asing tiba tiba mengisi kursi di ujung yang memang sudah lama kosong.
"Siapa yang mengijinkan mu ikut sarapan bersama kami? Wanita sepertimu seharusnya makan di dapur bersama para maid, bukan malah berlagak menjadi menantu atau mungkin nyonya disini."
Raiden melirik sebentar kemudian meneguk air putih hingga tandas. "Ibu sudahlah ini masih pagi."
Selena justru tidak memperdulikan, namun saat matanya menangkap sosok gadis mungil di samping Jiselle yang seperti ketakutan mendengar suara tinggi nya terlihat wanita itu sedikit mengerutkan alis. Kenapa ia baru menyadari jika Jiselle tidak datang sendirian, melainkan bersama cucunya? "Tunggu apa lagi?! Kenapa tidak juga bergerak, sana makan di dapur!"
Jiselle melewati mereka tanpa mengangkat kepala. Mereka pikir ini semua kemauan nya? justru Jiselle lebih nyaman berada di rumah sederhana bersama keluarga kecilnya. Benar kata orang, rumah besar belum tentu nyaman.
Gadis mungil itu juga hendak melompat dari kursi nya sebelum suara dingin sang Papa membuatnya berhenti karena takut. "Lily tetap disana, habiskan makanan mu." Titah Raiden seraya memakan sarapannya asal.
Disana Rosie--Istri Jeymin menatap iba pada Lily yang hanya memainkan sendok nya. Kebetulan Rosie berada di sampingnya jadi ia berusaha berinteraksi dengan keponakannya ini. "Kau mau ayam? atau tambah sup nya lagi?"
Rosie ini tim netral walau suaminya menolak keras kehadiran Jiselle disini. Menurut Rosie, wanita itu tidak seperti anggapan orang orang yang mengatainya jalang, tidak tau diri dan sebagainya. Wanita itu cantik dan lemah lembut namun sayang mereka menutup mata karena kebencian di masa lalu.
"Sudah cukup aunty." Lily kembali makan namun selang tiga sampai empat suapan ia menaruh sendok nya. Kemudian menatap takut takut pada Raiden di depan nya.
"Papa, Lily sudah kenyang."
"Hm biarkan saja disitu."
Sontak Lily berlari ke arah dapur, tapi tidak menemukan presensi sang ibu. Di dapur hanya ada beberapa maid, saat melihat pintu kecil yang terhubung dengan halaman samping ia pun berlari kecil ke sana.
"Ibu, Lily mencari ibu di dapur ternyata ibu disini." Senyum nya memancar begitu melihat Jiselle yang duduk membelakangi nya.