Bab 6

2.4K 228 9
                                    


.  .  .

Satu minggu kemudian

Seorang wanita tergeletak tak sadarkan diri di depan restoran.

Xiao Zhan yang baru saja menutup restoran hendak melangkah pergi dari sana, tanpa sengaja melihat seseorang tergeletak di depan restoran tempatnya bekerja dan berjalan menghampiri sosok tersebut.

"C-cheng Xiao" ucap Xiao Zhan menutup mulutnya tak percaya.

"Apa yang terjadi padamu? Kau terlihat lebih kurus dari sebelumnya" ucap Xiao Zhan membelai wajah tirus sang adik.

Walaupun Cheng Xiao selalu berbuat jahat padanya namun ia tetap menyayangi adiknya itu.

Kemudian Xiao Zhan beranjak dari depan restoran seraya menggendong Cheng Xiao membawanya ke apartemen miliknya dan Luhan.

Setibanya di apartemen Xiao Zhan membawa Cheng Xiao masuk dan meletakkannya di atas tempat tidur miliknya.

"Zhan apa yang kau lakukan? Kenapa kau membawanya kemari. Bagaimana kalau ini hanya triknya dia saja? Kau tau kan dia dan ibunya sama jahatnya" ucap Luhan memberitahu Xiao Zhan.

"Aku tau ge. Tapi dia tetaplah adik ku melihatnya seperti ini aku tak tega. Biarkan tinggal disini sampai keadaannya benar-benar pulih, setelah itu aku akan mengantarnya pulang" ucap Xiao Zhan dengan raut wajah memohon.

"Baiklah, tapi jika dia kembali menjahatimu jangan salahkan aku jika aku mengusirnya" ujar Luhan dan segera pergi dari kamar Xiao Zhan.

Tak berselang lama setelah kepergian Luhan, Cheng Xiao pun tersadar dari pingsannya dan menatap tempat yang begitu asing menurutnya.

"Aku dimana?" gumamnya memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Kau sudah sadar" ucap Xiao Zhan yang baru saja masuk ke kamarnya membawa semangkuk bubur.

"Zhan ge!" seru Cheng Xiao.

"Makanlah" Xiao Zhan menyodorkan bubur tersebut pada Cheng Xiao.

"Terima kasih ge" ucap Cheng Xiao dan memakan bubur tersebut dengan lahap.

"Cheng Xiao apa yang kau lakukan disini?" tanya Xiao Zhan tiba-tiba.

Seketika Cheng Xiao menghentikan aktivitas makannya. Wajahnya berubah sedih.

"Setelah gege pergi ibu terlibat kasus perjudian dan memiliki banyak hutang dengan sejumlah rentenir lainnya. Tidak hanya Zhan ge ibu juga menjadikan ku sebagai jaminan kepada para rentenir itu... Hiks.. Hiks..." ucap Cheng Xiao.

Xiao Zhan yang merasa iba dengan nasib yang menimpa adiknya segera menarik Cheng Xiao kedalam pelukannya.

"Hiks.. Hiks.. Aku berada disini sudah seminggu yang lalu, aku kesini berharap bisa bertemu dengan gege hiks.. Ibu jahat.. Hiks.. Aku tidak mau bertemu ibu aku takut ge... Hiks.. Hiks" ucap Cheng Xiao tersedu-sedu. Namun di balik punggung Xiao Zhan ia tersenyum puas karena gege nya ini masuk kedalam perangkapnya.

"Tenanglah, kau aman sekarang. Mulai detik ini gege akan melindungi mu" ucap Xiao Zhan mengusap pelan punggung Cheng Xiao.

Cheng Xiao tidak menjawab namun ia mengangguk pelan.

Xiao Zhan melepaskan pelukannya setelah dirasa Cheng Xiao sedikit lebih tenang.

"Tidak perlu khawatir, tinggallah dan bersembunyi-lah disini" ucap Xiao Zhan lagi "tidurlah kau pasti lelah" tambahnya lagi dan segera beranjak dari tempat tidurnya membawa mangkuk bubur tersebut keluar.

"Sekali lagi terimakasih ge dan... Maaf selama ini aku jahat padamu" ucap Cheng Xiao tertunduk sedih.

Xiao Zhan mengusap surai hitam sang adik "tidak apa apa gege sudah memaafkan mu" jawab Xiao Zhan tersenyum manis. Kemudian ia melangkah keluar kamar.

"Zhan apa kau yakin akan membiarkannya tetap disini?" tanya Luhan begitu Xiao Zhan keluar dari kamar.

"Mmn... Dia bernasib sama dengan ku ge, ibu juga ingin menjadikannya jaminan seperti diriku" jawab Xiao Zhan iba.

"Entah mengapa aku merasa dia seperti merencanakan sesuatu. Tapi semoga saja firasat ku salah dan dia benar-benar sudah menyesali perbuatannya pada mu" ucap Luhan tersenyum kearah Xiao Zhan.

"Mmn... Semoga saja ge" ucap Xiao Zhan lalu keduanya pergi dari depan kamar tersebut.

Tanpa keduanya sadari Cheng Xiao menguping pembicaraan mereka dari balik pintu.

"Lelaki itu selalu saja ikut campur! Sepertinya aku harus menyingkirkan nya terlebih dahulu" ucap Cheng Xiao dan berlalu menuju tempat tidurnya.

.  .  .

Dua minggu berlalu

Biasanya Cheng Xiao akan mengikuti Xiao Zhan ke restoran dimana tempat pemuda itu bekerja. Namun tidak dengan hari ini ia memilih tinggal di apartemen dengan alasan kurang enak badan.

Hingga hanya Xiao Zhan dan Luhan yang pergi bekerja. Awalnya Xiao Zhan ingin meminta izin untuk merawat adiknya, namun Cheng Xiao melarangnya dan mengatakan ia bisa mengurus dirinya sendiri.

Mau tak mau Xiao Zhan menuruti keinginan sang adik dengan satu syarat jika terjadi sesuatu ia harus segera menghubunginya.

Setelah Cheng Xiao mengangguk setuju barulah Xiao Zhan berangkat kerja. Entah mengapa ia merasa tak tenang meninggalkan Cheng Xiao sendirian.

Dan benar saja, baru dia jam Xiao Zhan bekerja ia telah mendapatkan telepon dari sang adik.

"Ge.. Tolong aku.. Hiks..." ucap Cheng Xiao diseberang telepon.

Xiao Zhan yang mendengar suara tangisan Cheng Xiao segera pergi dari restoran menuju apartemen nya.

Setibanya d apartemen ia segera masuk dan mendapati keadaan apartemen yang berantakan.

"Cheng Xiao..." teriaknya memanggil Cheng Xiao dan berjalan menuju kamarnya.

"Cheng Xiao.." Panggilnya lagi dan masuk kedalam namun tak menemukan adiknya.

"Cheng---

Brughh!!

Xiao Zhan terkapar dilantai apartemen nya setelah mendapat pukulan dibagian belakang kepalanya.

"Masuklah, kita harus segera pergi sebelum Luhan kembali" ucap Cheng Xiao memberi perintah kepada orang-orang tersebut dan segera pergi dari sana dengan membawa Xiao Zhan.

______________

T
B
C

Zhanzhan Untuk Bobo (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang