"Maksud Pak Sigit? Jelaskan yang benar?" Tegasku tak mengerti.
"Menurut beberapa saksi yang selamat, awalnya ada bola api yang muncul lalu meledak dekat petugas jaga malam, tak lama mereka bergerak sendiri seperti kerasukan dan membakar areal lalu bunuh diri." Terang Pak Sigit cepat.
"Bunuh diri gimana?"
"Pelaku lari masuk ke dalam areal yang terbakar. Saya yakin bola api itu jelmaan setan, sebaiknya Pak Andra cepat kembali." Kecemasan Pak sigit semakin menjadi padahal pria itu adalah sosok yang tenang dan tak gegabah.
"Tapi ...."
"Bukan cuma itu masalahnya Pak Andra. Kontrak baru dengan beberapa buyer dibatalkan sepihak!"
"Lho? Bukannya mereka harus bayar pinalti?"
"Benar tapi ... Mereka semua menyanggupi."
"GILA! Itu kan hampir separuh dari nilai kontrak. Bangsat!" Makianku meluncur begitu saja.
"Kalau terus begini perusahaan bisa .... Apalagi BBM naik lagi pak, harga jual juga tak kunjung membaik." Keluhan Pak Sigit belum juga selesai.
"SAYA TAHU! Terus suplier yang lain?" Aku berdecak kesal, masalah ini semakin pelik.
"Untuk sementara masih belum ada gejolak."
"Kontrak penjualan molasses?"
"Itu aman Pak, kalau pun mereka membatalkannya kita masih bisa hubungi buyer kita di eropa."
"Kalau itu kita bisa ekspor, masalahnya gula ini kan lain. Kira-kira ada ngak yang mau mengganti kontrak mereka?!"
"Saya akan coba koordinasikan dengan para Dewan Gula Nasional, tapi mungkin harganya kurang bagus."
"Gak masalah yang penting ongkos produksi dan gaji karyawan bisa dicover, kalau urusan keuntungan gampanglah. Coba hubungi buyer molasses kita sebelumnya"
"Oke! Saya hubungi Mr. Francois dulu."
Sambungan telepon terputus, suasana seketika senyap. Kini tinggal dadaku yang sesak menahan amarah. Bisa-bisanya para pembeli baru itu mempermainkanku. BANGSAT!
Meja kaca yang bening memantulkan wajahku yang merah padam. Aku mendengus kesal dan benci. Sebenarnya aku tahu siapa yang mendesak mereka untuk membatalkan kontrak ini tapi tetap saja harusnya pakai otak dong! Minimal bicara dulu lah denganku atau Pak Sigit. Dasar pengecut!
Aku menyesal menerima tawaran mereka kemarin. Ini tak ubahnya seperti hukum rimba. Siapa yang berkuasa dia yang akan menang. Apa aku harus pakai cara licik juga?
Para pengikut iblis ini mulai menyerangku dari segala sisi, bahkan perusahaan papi juga tak luput dari kejahatan mereka. Baiklah kita lihat siapa yang akan bertahan. Mereka benar-benar menguji kesabaranku.
Sudah bosan hidup rupanya!
Rambatan perasaan aneh muncul dalam dadaku, menyebar meracuni isi kepala. Perlahan tapi pasti kebencianku tumbuh subur begitu juga dendamku pada mereka.
Jam menunjukkan pukul empat pagi. Kepalaku terasa nyeri seluruh sendiku juga ngilu. Aku demam, mungkin karena beberapa hari ini aku kurang tidur, meski begitu aku memaksakan diri memeriksa puluhan lembaran berita acara kebakaran yang baru saja dikirimkan Pak Sigit, denging suara mesin fax menemaniku dan masih terus memuntahkan kertas dengan gambar hitam putih areal yang terbakar.
Perasaan dendamku kembali naik kepermukaan. Ditambah lampiran foto hitam putih orang-orang yang meninggal, kebencianku semakin menjadi.
Bola api yang terbang di atas areal tebu? Aku tahu jika ini sihir tapi sepertinya ada nama yang lebih spesifik ... mungkinkah?
KAMU SEDANG MEMBACA
JULUNG KEMBANG (SELESAI)
HorrorManusia memang tamak dan serakah, sedikit sekali mereka bersyukur dan bersabar. Bukankah Tuhan memang menguji hambanya dengan sedikit kekurangan harta, kelaparan dan juga keturunan? Meskipun kau melakukannya demi tujuan yang mulia, semua itu tak bis...