01

149 37 5
                                    

Selamat membaca..
.
.
.
Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu
Dan di sini lah rafsan, di tengah hiruk pikuk kantin yang menjadi tempat tujuan seluruh siswa di kala jam istirahat

Rafsan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, di lihatnya keramaian di hadapannya dengan agak meringis

Seharusnya rafsan mengetahui nya
Sekolah nya sekarang tidaklah main-main..

Lihatlah sepatu sepatu branded yang mereka kenakan serta cardigan atau outer mereka yang terlihat berkelas itu. Reflek, rafsan pun menjatuhkan pandangan pada sepatu usang miliknya, bahkan tambalan yang kemarin ia buat sudah mulai menganga kembali, kaus kakinya pun tidak lagi melekat sempurna karena karet nya yang mengendur

Terlihat kontras sekali perbedaannya

Rafsan tersenyum kecut setelah nya
"Ayolaaahh ini bukan masalah" innernya menghibur diri

Dengan langkah mantap Rafsan mulai menyusuri area stand-stand yang menjual berbagai macam makanan dan minuman

Ia terlihat kebingungan memilih,
Pasalnya harga yang di perjualkan benar-benar mahal..
Dan uang saku Rafsan tidak mencukupinya

Tanpa di sadari rafsan menyebabkan antrian yang panjang karena amat lama berpikir

'Mungkin lain kali'

Tungkai itu berbalik dengan gontai
Menjauhi area stand,
Sepertinya Rafsan memang lebih baik berada di dalam kelas dan menghiraukan rasa lapar yang menyerangnya.

Langkah demi langkah ia lalui
Entah perasaan nya saja atau memang benar....
Siswa siswi di sini seperti menghindari kontak fisik dengannya, terlihat dari lapang nya jalan yang Rafsan lalui secara mendadak.
Mereka menyingkir.

Dan lagi, Rafsan tidak mengerti akan tatapan yang mereka lemparkan itu
Namun ia meyakini, itu bukanlah pertanda yang bagus

Rafsan semakin mempercepat langkahnya dengan membawa keruhnya pikiran, kepala nya terus menunduk dalam kala ejekan sama-samar menyapa pendengarannya.
Tidak sampai di situ, bahkan ada yang dengan sengaja membuang permen karet hingga menempel di rambut nya.

Rafsan tidak mengerti apa yang salah darinya, sehingga mereka menunjukan afeksi seakan-akan amat terganggu oleh nya..

"Pratama ya? Haha sampah!"

Rafsan menggeram kecil dengan bibir bergetar, pandangannya menajam tatkala pendengarannya menangkap seutas kalimat yang begitu membencikan.
Rafsan menggeleng kan kepalanya..
Tangannya kini meremat dada nya kencang, berusaha menutupi name tag yang terpasang di sana

Lagi lagi situasi seperti ini

Rafsan amat sangat membencinya

Akhirnya Ia pun memutar arah nya menuju toilet di ujung koridor, peduli setan dengan bel masuk yang sebentar lagi berbuyi
Ia hanya ingin menjernihkan pikirannya sejenak

Cekleek

Rafsan mengunci diri nya di dalam bilik, nafas nya benar-benar sesak dengan keringat dingin yang membasahi pelipis nya

Ia tidak menyangka..
Hanya dengan seutas kalimat ternyata efek nya begitu besar pada diri nya

"maaf maaf maaf" Mulut nya terus bergumam tatkala bayang-bayang masa lalu kembali menelusup kedalam memori

Rasa bersalah ini...

Akan selamanya bersarang

Rafsan mencoba menetralkan emosi nya, kepalanya ia telungkup kan pada lipatan tangannya..
Bersama rintihan tertahannya ia menghapus jejak-jejak peluh yang yang membasahi pelipisnya
Beberapa saat kemudian nafas nya pun mulai stabil kembali

DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang