Alangkah baiknya di pencet dlu yuk tombol vote nya~
nulis itu gk gampang loh
Selamat membaca ʕ'•ᴥ•'ʔ
.
.
.
.
.Berlatarkan sunyi nya taman dan di temani temaram lampu jalan Rafsan termenung, di dekapnya map coklat berisikan beberapa berkas itu dengan erat, bibir nya pun tak luput untuk menyunggingkan senyum tipis sedari tadi.
Lega rasanya..
Di minggu pertamanya menginjakkan kaki di kota orang ia sudah mendapatkan pekerjaan, bukannya mudah untuk pelajar sepertinya lolos dalam tahap interview tapi berkat kedewasaan pola pikir nya menghantarkan Rafsan pada ranah keberhasilan, yah.. Meski hanya sebagai kasir supermarket Rafsan sudah sangat bersyukur. Paling tidak kini ia sudah memiliki wadah untuknya mengais rezeki.Rafsan melirik arlojinya sekilas sebelum bangkit, ia baru teringat memiliki janji dengan seseorang..
Tak ingin membuang waktu Rafsan pun segera berlalu dengan langkah terburu-buru. Banyaknya orang parkir kendaraan di sepanjang trotoar jalan raya mengakibatnya kesulitan untuk mengejar waktu..Beruntung tempatnya bertemu janji terbilang cukup dekat, lalu seperkian menit berikutnya Rafsan mengatur nafas nya yang tersendat selepas berlari.
Rafsan memandang bangunan bertuliskan 'kantor kepolisian daerah' yang ada di hadapannya
Rencananya ia akan membuat laporan mengenai kakaknya, satya.
Meski bertahun-tahun telah berlalu ia bersyukur Tuhan masih memberikan titik terang sehingga membawa dirinya ke kota Jakarta ini...Berbekal berkas rujukan dari kepolisian daerah asalnya dahulu, Rafsan melangkahkan kaki memasuki bangunan bertingkat dua itu
Dalam hati ia menyerukan sorak kekaguman ketika pandangannya menyusuri setiap senjata ataupun sertifikat yang terpajang apik di dinding, Dilema menyerangnya...
ia ingat betul menjadi seorang polisi adalah cita-cita nya sewaktu kecil.Rafsan pun tersadar dari segala pemikirannya tatkala petugas di hadapannya membuka suara "ini ruangannya, anda bisa langsung masuk saja"
"Terimakasih pak" Ujar Rafsan sopan
Rafsan menghembuskan nafas kecil sebelum mulai mengetuk pintu bercat coklat itu
"Silahkan masuk" Pekik seseorang dari dalam
Rafsan pun mulai memasuki ruangan bernuansa otoritarian itu dengan gugup, di lihatnya seorang pria dewasa yang terduduk tegap di kursi kebanggaannya melemparkan senyum pada Rafsan, dan di balas senyum pula oleh nya
"Permisi pak"
Pria itu nampak sangat berwibawa ketika tangannya menggestur untuk mempersilahkan Rafsan duduk
"Sebelumnya Boleh saya tau adek ini punya hubungan apa dengan korban? Mengingat kasus ini sudah lama di tutup karna pelapor yakni orang tua korban telah tiada" Tanya polisi itu
Sorot mata Rafsan meredup mendengar pernyataan itu, bibir bawahnya ia gigit kencang berusaha meredam anxiety yang dapat muncul kapan saja.
Ia menarik nafas dalam sebelum membuka suara "saya sepupu nya pak... Oh iya ini ada beberapa berkas hasil penyelidikan dari kepolisian sebelumnya" Rafsan menyerahkan map coklat itu kepada pria di hadapannya dengan sopan
Dalam hati rafsan berdoa semoga kali ini ia kembali mendapatkan titik terang mengenai kasus kakak nya, matanya memandang gugup pria dewasa itu yang tengah membalikkan berkas dengan lihai
Sampai akhirnya pria itu tersenyum teduh hingga menampakan keriput halus di sekitar matanya "jadi memang benar, menurut data kependudukan Satya telah terdaftar sebagai penduduk kota jakarta sekitar lima tahun yang lalu... Dan kemungkinan keadaan nya juga baik-baik saja jadi adek tidak perlu khawatir, kami pihak berwajib akan segera menindak lanjuti kasus ini" Jelas nya panjang lebar
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Diversosketika lika liku hidup tak kunjung menemukan terang dan ketika duka terus memberikan kabar sendunya Rafsan akan tetap teguh karena rindu yang hadir menggebu "Abang..ini Rafsan adeknya Abang" "omong kosong! lu bukan adek gue! dan asal lo tau ADEK GUE...