O1: Go to School

9 6 0
                                    

How It Use To Be

Sama seperti hari hari sebelumnya, Naka si perfeksionis tiba disekolah lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama seperti hari hari sebelumnya, Naka si perfeksionis tiba disekolah lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi. Seraya memarkirkan sepeda ontel kesayangannya, Naka mengecilkan lagu yang ia dengarkan melalui earphone bluetoothnya.

Suasana hati Naka hari ini tampak lebih bagus. Mungkin karena nanti akan ada pelajaran Bahasa Inggris, mata pelajaran kesukaannya.

Tapi begitu mengingat bahwa nantinya akan ada oknum yang sama menyebalkannya seperti mata pelajaran sejarah, si empu merenggut kesal. Satu hari ini akan ia lalui dengan ocehan orang itu.

"Eh, Nakawanku. Bareng ikuzo!"

Mendengar suara keramat itu, sontak Naka tersenyum masam dan menoleh pada sumber suara. "Eh, Arjarongsai. Pagi pagi udah ribut aja, nih." Desis Naka.

Arjara, si empu yang dibicarakan tertawa renyah. "Tugasnya Bu Gayatri belum, nih, Ka. Bagi contekan dong, onegaishimasu." Si empu kembali tertawa tanpa dosa.

Hal ini tidak terjadi sekali dua kali, Naka sudah terbiasa, Naka sudah hafal dengan kelakuan Arjara. Tapi tetap saja Naka merasa tidak rela dan kesal kala tugas Bahasa Inggris yang ia kerjakan dengan sepenuh hati disalin begitu saja oleh oknum seperti Arjara.

Tanpa berkata-kata lebih panjang, Naka mengangguk mengizinkan. "Di kelas aja."

Senyum lebar terpatri di wajah Arjara. "Duh yasashi bener punya chingu."

Naka iya iya saja. Tidak berniat meladeni celotehan Arjara yang bahasanya campur aduk. Menjadi pendengar sudah cukup bagi Naka, Naka tidak berniat membuat Arjara berbicara lebih lama, telinganya terlalu sensitif dengan suara riweuh, berisik, dan heboh seperti Arjara contohnya.

Pukul sebelas malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul sebelas malam. Naka masih belum tertidur, lelaki itu kini tengah duduk diatas kasurnya seraya memandangi layar laptop miliknya yang ia pangku.

Layar persegi panjang itu menunjukkan sebuah animasi romance yang tadi pagi Arjara rekomendasikan padanya. Tentu Naka selalu mendengarkan cerocosan Arjara, hanya saja Naka terlalu malas menanggapi.

ParipateticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang