Seni 01

13 12 26
                                    

Suara gemercik air kolam dan dinginnya angin malam itu menemani Aretha yang sedang berenang di kolam dengan hanya memperlihatkan wajahnya kepermukaan sambil memejamkan mata, menikmati sunyinya malam.

Dari balik pintu menuju kolam Lavanya yang baru pulang dari luar itu memperhatikan kakaknya dengan teduh dan meneteskan air mata, seperti sedang memikirkan sesuatu hal tentang kakaknya tersebut

" Kamu kenapa? Sini "
Aretha melambaikan tangan pada adiknya saat menyadari kehadirannya, dan Lavanya pun berjalan perlahan mendekat ke pinggiran kolam

" Lo tuh mau sampai kapan sih kaya gini terus ha? Lo gak cape nyiksa batin sendiri? Gak cepe bikin orang-orang disekitar Lo menderita "

Lavanya langsung terbawa emosi dan terlihat dari penampilan yang sedikit berantakan gadis itu sepertinya tidak baik-baik saja

" Kenapa kamu ngomong gitu? " Tanya Aretha yang tidak habis pikir pada adiknya

" Kamu kenapa juga berantakan gini, habis ngapain " tanyanya sedikit khawatir sambil meraba-raba yang berantakan, dengan sedikit kasar Vanya menepis tangan kakaknya

" Lo gausah so khawatir..tau apa Lo tentang ade Lo ini hah?? "

" Ooh, gue lupa. Lo udah punya dunia sendiri kan? "

" Sebenarnya kamu kenapa lagi sih? coba dong cerita sama aku! " balas Aretha dengan nada yang cukup tegas

" Gimana gue mau cerita.. Lo cuma sibuk sama dunia Lo sendiri, Lo mengabaikan gue..

" Lo sadar gk selama ini gue pengen kita Deket lagi kaya dulu..

" Gue tau Lo balik ke dunia seni Lo itu buat lupain mantan Lo tapi Lo gak bisa mengabaikan gue kaya gini "

Suasana pada malam itu menjadi semakin dingin dengan perdebatan kakak beradik ini, kesunyian menemani kesedihan dua gadis itu, setelah cukup meluapkan emosinya Vanya mengusap sisa air matanya dengan kasar dan berbalik hendak pergi, ( tapi baru beberapa langkah, ia kemudian berhenti )

" Lo tau gue hampir dilecehkan seseorang dan gue jadi kebawa emosi gue minta maaf " lalu Vanya sedikit berlari masuk kedalam rumah

Disisi lain kedua orangtuanya baru datang terheran melihat Vanya menangis sambil berlari menuju kamar mereka saling pandang dan kembali berjalan menuju pintu arah kolam

                           ***

Aretha terduduk dan membekap mulutnya menahan Isak tangis tak percaya, bagaimana ia bisa tidak tau bahwa adik kesayangannya itu bahkan hampir dilecehkan, bagaimana ia bisa seceroboh ini sekarang ...

𝘌𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘶 𝘨𝘢𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘨𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴𝘴 𝘢𝘬𝘶 𝘨𝘢𝘮𝘢𝘶 𝘝𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘤𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶

Aretha menggeleng dan meyakinkan dirinya bahwa ia harus memperbaiki semuanya sekarang, ia bangkit dan pergi menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang masih basah kuyup

" Kakak kamu habis berenang malam lagi " tanya Winda terkejut tadi melihat Vanya dengan berantakan dan Aretha yang basah kuyup sontak saja mengentikan pergerakan anaknya itu

" Apa kamu habis bertengkar dengan adikmu lagi? Dia keliatan berantakan"

Gadis itu tak menggubris pertanyaan kedua orangtuanya dan langsung pergi begitu saja

" Anak itu benar-benar kurang ajar "

" Yah sudahlah jangan emosi tenang,  bunda yakin anak kita bisa berubah seperti dulu lagi " ucap Winda meyakinkan suaminya agar tetap tenang

ɪ ᴍɪɢʜᴛ ᴋɪʟʟ ᴍʏ ᴇx, ɴᴏᴛ ᴛʜᴇ ʙᴇꜱᴛ ɪᴅᴇᴀ
ʜɪꜱ ɴᴇᴡ ɢɪʀʟꜰʀɪᴇɴᴅ'ꜱ ɴᴇxᴛ, ʜᴏᴡ'ᴅ ɪ ɢᴇᴛ ʜᴇʀᴇ?
ɪ ᴍɪɢʜᴛ ᴋɪʟʟ ᴍʏ ᴇx, ɪ ꜱᴛɪʟʟ ʟᴏᴠᴇ ʜɪᴍ ᴛʜᴏᴜɢʜ
ʀᴀᴛʜᴇʀ ʙᴇ ɪɴ ᴊᴀɪʟ ᴛʜᴀɴ ᴀʟᴏɴᴇ

Aretha bernyanyi sambil mengeringkan rambutnya, dan sepertinya iya baru memiliki sebuah ide untuk meminta maaf pada adiknya itu, wajahnya pun berbinar dan tidak sabar menantikan esok pagi untuk itu

Sebuah Seni Untuk Melupakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang