Seni 04

5 2 3
                                    

" Baik meeting hari ini selesai, saya ucapkan terima kasih " ucap Hendri sambil berdiri dan berjabatan tangan mempersilahkan semuanya untuk keluar dari ruangan, setelah dirasa semua benar-benar keluar, Aretha bisa bernafas lega

" Udah selesai kan yah, aku keluar dulu, ini juga sudah adzan aku mau sholat " gadis itu melihat jam dan berdiri hendak keluar

" Re, sholat di mushola kantor aja, sekalian ayah juga kan mau sholat " Hendri menawarkan untuk putrinya sholat di kantor nya, rasanya ia rindu beribadah bersama dengannya walau disela kesibukan mereka masing-masing, ia pun beralih menatap putri nya yang juga menatapnya sendu, ia terheran mengapa putri nya malah menatapnya seperti itu

" Oh ya, kamu buru-buru ya mau langsung nyusul Vanya ke puncak "

" Enggak "
"Eum iya maksudnya memang aku lagi buru-buru, tapi aku gaakan melewatkan kesempatan yang sudah sangat aku tunggu"

" Yaudah yu " Aretha begitu senang setelah sekian lama ia menunggu moment baik ini, dengan senyum merekah ia menggandeng tangan ayahnya, kini ia merasa hubungannya dengan sang ayah kembali mulai dekat seperti dulu

" Re, kamu mau ke puncak bukan sore ini sama adikmu? Mereka udah berangkat duluan ya " tanya Hendri mulai berbasa-basi pada Aretha, nyatanya Hendri juga sangat menyayangi anak-anaknya, namun ia tidak pernah menunjukkan sikap kehangatan itu

" Kayanya udah berangkat, gapapa setelah ini aku nyusul "
Lihatlah betapa sabar dan mandirinya gadis itu, dengan pembawaan nya yang tenang siapa yang tidak jatuh cinta pada gadis cantik yang cerdas itu.

Sesampainya di mushola mereka pun segera mengambil air wudhu dan sholat berjamaah disana, walau banyak pasang mata yang memperhatikan tapi ayah dan anak itu masa bodoh dengan semua itu, mereka melanjutkan sholatnya dengan khusyuk

Dari luar jendela mushola, dua orang wanita sedang memandang takjub pemandangan yang sangat jarang sekali mereka lihat, biasanya bos mereka sholat di ruang kantor karena tidak bisa meninggalkan ruangan berlama-lama, tapi ini? Mereka lihat ia sedang berjamaah dengan putrinya

" Sekarang saya ngerti, kenapa pak Hendri hanya ingin Rere yang menggantikan posisinya disini, karena dia membawa banyak pengaruh positif untuk semuanya " ucap salah seorang dari kedua wanita itu

" Tapi tetep aja, menurut aku Vanya yang paling pantas untuk posisi ini " balas temannya tak setuju

" Kenapa harus Vanya? "

" Vanya lebih energik dan tegas liat cara jalan mereka aja beda, kalo Vanya damage nya lebih dapet deh kalo Rere kaya kurang PD jalannya rada nunduk gitu haha " tak lama setelah tertawa renyah mengejek Aretha seperti itu wanita itu sontak terkaget saat ternyata yang ia bicarakan ada didekatnya sekarang

" Assalamualaikum..Hai kak fabella,kak Citra apa kabar? " Fabella bernafas lega, ternyata gadis itu malah menyapa, tadinya ia pikir calon bos nya ini akan marah mendengar perkataan nya barusan

" Haloo Kak Rere, tumben kesini? Abis ikut meeting ya sama bapak " citra menjawab ramah dan bertanya balik, pasalnya memang Aretha jarang sekali datang ke kantor

" Hehe iya, eum kak fabella kenapa kaku kaya gitu? "

" Tadi aku dengar ko, Gapapa santai aja "
Iya tersenyum tipis, tidak masalah ia sudah tidak merasa aneh jika ada yang bilang bahwa Vanya lebih menarik dari dirinya

" Aku lagi buru-buru nih, aku duluan ya Assalamualaikum " Aretha pun pergi, citra berbisik pada temannya itu

" Waalaikumsalam " jawab keduanya, saat dirasa Aretha sudah pergi lantas citra sedikit menyenggol bahu temannya itu
" Bayangin saat dia jadi bos kita, karyawan pasti makin betah kan haha "

***

" Aretha ko lama ya, ini udah malem " sedari tadi mereka sudah diluar vila menunggu kedatangan Aretha yang sedang menyusul setelah menyesuaikan urusan dikantor ayahnya, Andres terlihat paling khawatir ia hanya bolak-balik tak karuan saja didepan mereka

" Dre mending kita nunggu sambil ngopi nih, atau gak langsung bakar-bakaran nih " jendra sangat bosan melihat temannya itu mondar-mandir tak jelas di depannya yang sedang bersantai dengan kopi nya, ia pun berdiri dan mendekat dengan secangkir kopi ditangan nya

" Gue rasa Rere sengaja gak Dateng cepet, kayanya dia gak pengen waktu Vanya buat Iqbal keganggu " ucap jendra dengan sorot matanya melihat di taman belakang vila itu Vanya duduk dekat Iqbal menghadap api unggun sambil bercanda gurau, Andres pun ikut memperhatikan kedua insan itu

" Dulu dua adik kakak itu kaya sepasang sepatu, gabisa dipisah, tapi lihat Vanya sekarang bisa ketawa tanpa kakaknya jujur gua kecewa " Andres tersenyum miris melihatnya

" Guyss masuk dulu yu, Rere bawa Dateng bawa makanan banyak tuh " Chelsea muncul dari pintu untuk memanggil teman-temannya, merekapun meninggalkan aktifitas masing-masing dan masuk kedalam

" Dah jam 11 nih Lo kemana aja sih re " jendra menyeletuk duluan sambil duduk dekat Aretha

" Ya sorry, puncak macet loh dari kantor gak langsung kesini, balik dulu aku ngambil ini " jawab Aretha sambil menghidangkan makanan-makanan yang ia bawa ke meja makan

" Abang Lo tuh udah kaya orang kontraksi, bolak-balik Mulu " jendra terus saja lanjut mengomeli dan yang diomeli hanya merespon dengan tersenyum dan geleng kepala, bahkan yang dibicarakan hanya diam saja tak memberi respon

" Rere " Semua mata menyorot kearah suara, terutama Vanya, ia penasaran apa yang ingin dikatakan Iqbal

" Ngapa? Serius banget Lo pada, gue cuma nyapa Rere " sepertinya Iqbal hanya mencari perhatian dari Aretha, dan semua orang pasti sadar itu, karna mereka sudah tahu bahwa Iqbal menyukai Aretha sejak kematian pacarnya 2 tahun lalu.

Bohong jika saat itu Vanya tak merasa iri dengan kakaknya, menurut Vanya Aretha sangat beruntung dirinya menjadi cinta terakhir bagi pria yang sangat luar biasa dan nyaris sempurna itu bahkan kita pria itu sudah tak ada tapi kenangannya masih sangat banyak bersama mereka. Dan kini Aretha sangat diperjuangkan oleh laki-laki yang sangat Vanya cintai itu, terkadang terbesit dalam pikirannya kebaikan seperti apa? Cinta setulus apa yang dimiliki gadis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah Seni Untuk Melupakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang