Bab. 5

177 27 6
                                    

Cowok dengan paras wajah yang tegas itu memejamkan mata ketika penata rias sibuk mempoles wajahnya. Setelah mengambil cuti beberapa hari, ia langsung dihadapkan dengan jadwal yang padat. Bahkan nanti malam ia akan melakukan penerbangan ke Paris karna dirinya mendapat tawaran menjadi brand ambassador Hermes.

Hal besar itu tentu tak akan Deza sia-sia kan, kesempatan besar dan sangat bagus untuk karirnya. Ia juga baru saja mendapat tawaran untuk bermain sebuah film laga. Entah berkah dari mana semua job yang selalu ia inginkan akhirnya bisa diraihnya. Ingatkan Deza untuk memanjatkan puji syukur kepada Tuhan.

"Deza."

Kedua kelopak matanya terbuka, ia menoleh pada sumber suara yang sangat ia kenali. Cowok itu menaikan sebelah alisnya seolah bertanya ada apa sang manager memanggilnya.

"Itu ada adek lo."

Berakhirnya kalimat itu seorang remaja dengan bondu kelinci datang mengundang pekikan gemas dari para wanita dan seketika ruangan itu semakin ricuh karna hadirnya adik tiri Deza.

"Ya Tuhan, ini buntalan daging kenapa bisa kesasar kesini."

"Jelmaan kelinci lucu banget!"

"Ternyata adeknya Deza lebih lucu diliat langsung ya!"

Yang dipuji hanya menampilkan senyum terbaiknya. Ia berjalan riang menyapa seluruh orang hingga langkahnya terhenti tepat disamping Deza. "Hyung! Aku bawa puding, ini aku sendiri yang buat, lho." Anak itu membuka tempat makanya memperlihatkan puding putih dengan bentuk se-ekor kelinci.

"Cobain, deh."

Deza menahan napasnya, ia mencoba untuk tidak meledakan emosinya saat ini. "Thanks. Sekarang lo bisa pergi."

Arru berdecak, menggembungkan pipinya kesal. Oh ayolah, ia baru saja sampai kenapa langsung diusir begitu saja. Tidak tahu kah bahwa butuh perjuangan untuk sampai disini. Dan tidak bisa kah Deza membawanya berkeliling gedung lalu memperkenalkannya kepada artis lain yang ada di sini. Kan Arru juga ingin berteman dengan artis.

"Nggak mau. Mau disini liat hyung di foto-foto cekrek cekrek gitu." Jelasnya dengan jemari yang dibentuk seolah menjadi kamera.

"Pulang."

"Nggak!"

"Arru! Lo tu ngeganggu, sialan."

Anak itu mendudukan diri di kursi rias dengan tangan yang disilangkan didada. "Kakak kakak, apa Arru ngeganggu disini?"

"Oh tentu tidak. Arru boleh disini, kalau mau keliling gedung nanti kakak temani."

Mendengar hal itu tentu membuat Arru semakin melebarkan senyumnya. Ia merasa menang, dan tentu sukses membuat kakak barunya itu kesal. Entahlah, sepertinya mengganggu Deza sudah masuk kedalam list hobinya saat ini. Karna selain itu juga ia ingin lebih dekat dengan Deza, mereka sudah terikat dalam hubungan persaudaraan maka kemungkinan untuk selanjutnya mereka akan terus bersama.

Dan ketika pemotretan berlangsung, Arru tak henti-henti melontarkan pujian kepada hyung tercintanya. Ia bahkan heboh sendiri dengan bertepuk tangan dan mengucapkan "waahh ... wooww." Hingga membuat Deza kesal sendiri karna merasa terganggu dengan kebisingan yang Arru ciptakan.

Tian yang mengetahui suasana hati sahabatnya itu langsung memberi Arru salah satu kamera agar menjadi mainan anak itu. Ia hanya tidak ingin terjadi perang saudara atau mungkin yang lebih parah Deza akan mengamuk seperti ayam bertelur. Sementara Arru yang diberi kamera tentu merasa senang, ia mulai mencari objek untuk menjadi bidikannya.

"Hyung! Katakan iii ...."

Crek

"Wohoho ... hyung ganteng. Sekali lagi bilang aaa ...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This is RucilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang