10. fakta yang menjadi sebuah luka

868 92 5
                                    

“hidupku tak sempurna, aku tak punya apa-apa selain Arkana, bahkan ternyata setelah semua rasa sakit itu semesta masih memberikan cobaan hidup terhadapku. Sebuah fakta, yang akhirnya menyebabkan luka lama kembali lagi seperti semula.”

Aksara

...

Hari ini setelah ulangan matematika Dewa nampak lesu. Bahkan dia terus menghindari teman-temannya dan duduk sendirian di dalam kelas sambil menatap ke arah jendela, pagi ini bumi sudah di guyur oleh hujan gerimis sehingga membuat Dewa semakin menyukainya. Dan jika kalian bertanya tentang Arkana, Arkana sendiri sudah pulang tadi malam karena sudah merasa baikan.

"Lo tau Dewa kenapa?" Tanya Gentala berbisik sehingga Nakula hanya menggeleng saja.

Saat sedang melamun sambil menatap rintikan hujan yang turun tiba-tiba sekotak susu coklat muncul di depannya.

"Kenapa?" Tanya Aksara yang sedang melahap rotinya. Sedangkan Dewa hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kalau gapapa, ngapain lesu? Ngapain menyendiri? Lihat tuh sahabat masa kecil lo lagi bisik-bisik tetangga saking herannya." Ujar Aksara sambil memisahkan pinggiran roti yang dia benci.

"Gue cuma... Mau sendiri." Balas Dewa dengan tatapan kosongnya.

"Gara-gara ini?" Tanya Aksara yang mengangkat selembar kertas sehingga Dewa terdiam dan menggeleng pelan sambil memainkan jarinya.

"Wa, nilai itu gak penting. Kenapa lo kejar nilai sampe kayak gitu? Biar apa? Dipuji guru? Atau cari muka?" Tanya Aksara asal sehingga Dewa hanya bisa mengepalkan erat tangannya dan kedua sahabat masa kecilnya yang menunduk dengan wajah yang sudah dipenuhi oleh amarah.

"Aksa," panggil Nakula yang menepuk pundak Aksara.

"Kalau gak tau apa-apa, mending lo diem."

"Maka dari itu, karena gue gak tau gue tanya ke Dewa, karena—"

"Aksa!" Teriak Gentala yang sudah dipenuhi oleh amarah.

"Lo bukan siapa-siapa! Lo itu cuma sebatas teman, gak lebih. Tolong jangan ikut campur dalam segala hal! Dewa, Dewa itu gak mau cari muka, Dewa gak butuh pujian dari manusia! Dewa itu... Cuma butuh pengakuan dari orangtuanya." Ucap Gentala yang awalnya dengan nada tinggi lalu perlahan menjadi lirih.

"Apa ingin tau itu salah?" Tanya Aksara.

"Salah." Jawab Dewa lalu pergi dari kelas tersebut sehingga Nakula dan Gentala ikut pergi menyusul sahabat masa kecilnya tersebut yang sudah meneteskan air mata tersebut.

Sedangkan disisi lain, Aksara mengepalkan tangannya erat. Rasa kecewa dan amarah sudah bercampur di dalam dirinya sehingga Arkana yang melihatnya langsung menepuk pundak saudaranya tersebut sambil memanggilnya.

"Sa..." Panggil Arkana sehingga Aksara menoleh.

"Ini, salah kita. Mereka itu punya masalah yang lebih berat dari aku sama kamu. Jadi kalau mereka marah, jangan tersinggung ya... Karena mereka pasti lelah sama hidup dan keluarganya." Ucap Arkana dengan senyuman manisnya, tak lupa tangan Arkana yang terus mengusap punggung saudaranya.

"Lo bener Ar. Gue terlalu ikut campur di dalam pertemanan mereka." Balas Aksara dengan nada lirihnya.

"Sekarang lebih baik kamu menjauh dulu. Kayaknya mereka bertiga lagi gak baik-baik aja. Dan Dewa, kita gak tau apa yang terjadi sama dia. Bahkan keluarganya aja kita gak pernah lihat mereka datang ke SMA. Pasti, pasti ada sesuatu yang terjadi sama Dewa." Ucap Arkana lalu mereka berjalan dan pergi ke kantin untuk makan siang.

Bad Ending [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang