33. lupa atau memang disengaja?

529 61 26
                                    

“Bukankah ini lebih baik? Melupakan segalanya dan menjadi bahagia karena memulai segala hal dari awal tanpa ada yang tersisa.”

—Gentala Jayendra Kusuma

...

Setelah tragedi yang tak disangka-sangka, kini Jayendra benar-benar hancur karenanya. Putra tunggalnya, Gentala, dinyatakan kritis dan belum sadarkan diri sampai sekarang.

Sama seperti Bagas, nasib mereka sama hanya saja cara terlukanya yang berbeda.

Saat ini Jayendra tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan Daksa sudah mengamuk hingga menghajar Jayendra tanpa ampun sampai akhirnya Nakula menghentikan aksi Daksa karena Jayendra sudah nampak tak berdaya.

Daksa benar-benar teringat akan dirinya yang sudah membuat putranya koma dan berakhir tiada. Jadi dia benar-benar marah saat Jayendra melakukan hal yang sama. Karena dia tak mau rasa penyesalan itu menyapa Jayendra juga. Walaupun penyebab Gentala tak sadarkan diri hingga sekarang pun karena dirinya yang menjatuhkan diri dari balkon kamar.

Tapi tetap saja, Daksa merasa seperti semuanya akan terulang kembali. Dia tidak bisa. Dia tidak akan terima jika Gentala harus mengalami nasib yang sama dengan Bagas.

Sampai perlahan jari-jari tangan milik Gentala bergerak perlahan sehingga Nakula langsung mendekat dan tersenyum begitu teduh saat mata indah milik Gentala perlahan terbuka. Disana hanya ada tiga orang. Jayendra, Daksa dan Nakula. Karena Aksara harus menjaga Arkana yang masih lemah di rumah Daksa, dan Dewa yang tidak diketahui kabarnya.

Saat mata milik Gentala terbuka perlahan dia mulai menatap sekitar dengan pupil matanya yang bergerak kesana-kemari. Otaknya mulai bertanya-tanya, ada apa sebenarnya. Lalu...

"Lo siapa?" Tanya Gentala kepada Nakula yang tersenyum kepadanya membuat Nakula langsung menatap Gentala dengan tatapan tak percaya.

"Lo lagi bercanda kan? Maafin gue ya karena udah marah tanpa sebab—"

"Gue tanya, lo siapa?"

"Gentala—"

"Lo siapa?!" Tanya Gentala yang langsung bangun dan mundur perlahan sehingga Nakula semakin tertegun karenanya.

"Kalian siapa?! Kenapa ada orang asing yang masuk kesini? Suster! Dokter!" Teriak Gentala dengan wajah ketakutannya membuat Jayendra berlari dan memeluk putranya.

"Ini ayah nak, ini ayah."

"Argh!" Saat Jayendra mendekat Gentala benar-benar ketakutan. Bahkan dia terus berteriak dan memanggil dokter dengan sekeras mungkin. Namun Jayendra terus memaksa Gentala untuk tenang di dalam dekapannya. "Lepas ... Gentala gak mau. Gentala takut ... tolong lepas... " Lirih Gentala dengan isak tangisnya yang terdengar menggema di seluruh ruangan.

Dengan sekuat tenaga Gentala mendorong Jayendra agar melepas pelukannya dan menjauh darinya.

Melihatnya Nakula menatap Daksa cukup lama. Berharap orang dewasa di sampingnya itu punya solusi agar Gentala bisa kembali tenang seperti semula.

Daksa sendiri yang melihat tatapan Nakula pun menghela nafasnya, "panggil dokter." Ujar Daksa lalu berjalan mendekat ke arah bangsal yang ditempati oleh Gentala.

"Gentala ... tenang nak. Dokter datang." Ujar Daksa dan benar saja, dokter datang bersama suster karena Nakula yang memanggilnya.

Mendengar suara Daksa yang begitu lembut, Gentala perlahan menjadi tenang dan tak berusaha menjauh lagi dari orang-orang yang ada disekitarnya. Lalu dokter mulai memeriksanya, kemudian perlahan mendekati Jayendra dan Daksa. "Karena kecelakaan yang menyebabkan kepala pasien terluka, kini pasien kehilangan sebagian ingatanya." Jelas sang dokter sehingga Jayendra mulai nampak frustasi karenanya.

Bad Ending [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang