Jisung tertawa saat Jungwon mendorongnya setelah ia berusaha menggenggam tangan pria itu untuk berjalan beriringan bersamanya. Hentak kaki sang teman yang risih menyambut Jisung saat dirinya melangsungkan usaha kedua. Namun, Jungwon dengan cepat segera menghindarinya. Keduanya berakhir seperti pasangan yang tengah bertengkar dan menjadi pusat perhatian beberapa pejalan kaki lainnya yang melintas. Tawa renyah yang ikut paduan suara kendaraan, langkah kaki, dan pertokoan yang sibuk.
Jungwon bilang bahwa jarak dari halte menuju butik kakaknya tidaklah jauh. Mereka hanya perlu menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh menit dengan berjalan lurus dan belok di perempatan pertama. Patokannya bangunan berwarna hijau. Mereka telah melewatinya, omong-omong. Tungkai yang segera berpindah arah sesaat setelah aroma kue meluncur dari ventilasi toko yang sama berwarna hijau, yang lebih pekat ketimbang warna hijau di dinding utama—sage. Jisung bahkan nyaris mengintip melalui kaca jika saja Jungwon tidak menarik tas punggungnya.
Kemudian mereka pun tiba di depan sebuah butik bernuansa biru muda dengan papan nama Chrysalis.
“Biasanya kakak cuman datang di hari sabtu, tapi untung aja hari ini dia ada di butik.”
Jungwon mendorong pintu kaca bertangkai ornamen mawar biru. Jisung mengekor sembari meluaskan pandangan. Hal pertama yang menarik perhatian remaja itu adalah pakaian-pakaian yang dipajang berwarna senada—biru. Semuanya pakaian wanita, dominan gaun. Banyak akuarium—Jisung menyebutnya demikian karena saat pertama kali Jaemin mengadopsi Ruru, pria itu menggunakan vas bunga bulat—yang diisi dengan dua atau tiga tangkai mawar biru. Kakak Jungwon jelas pecinta warna biru.
Kemudian salah satu karyawan menghampiri mereka. Jungwon tampaknya telah mengenal wanita tersebut. Keduanya terlibat obrolan singkat sebelum karyawan tersebut menuntun Jisung untuk duduk di salah satu meja, sedangkan Jungwon pamit ke belakang sebentar sekaligus menjemput kakaknya.
Mata Jisung seketika penuh bintang-bintang ketika menyadari bahwa di atas meja sudah tersedia peralatan lengkap merajut. Barang-barang yang selalu ingin Jisung pegang, kini berada di hadapannya. Jisung ingin menyentuhnya, tetapi eksistensi karyawan yang berjaga membuat sang empu mengurungkan niat. Memikirkannya lebih lanjut, Jungwon jelas telah merencanakan pertemuan mereka dengan matang.
“Jisung,” Jungwon memanggilnya.
Jisung menoleh, menemukan Jungwon bersama sosok wanita cantik berambut cokelat terang sebahu. Wanita itu tersenyum padanya, pun terlihat antusias saat mereka saling membungkuk singkat dan berjabat tangan. Jisung balas tersenyum, pandangannya tidak lepas dari kedua bola mata kakak Jungwon yang memancarkan kehangatan. Persis seperti milik Jungwon.
“Noona, ini teman sekelasku yang ingin belajar merajut.”
“Senang bertemu denganmu. Aku Yang Jinae.”
Remaja itu refleks menangkupkan kedua tangan di depan dada dan kembali membungkuk. “Senang bertemu dengan Noona juga. Aku Na Jisung. Mohon bantuannya untuk hari ini.”
Seperti kejutan, Jinae tiba-tiba mengeluarkan pekikan redam sembari memukul ringan bahu Jungwon. “Ah, Jisung menggemaskan sekali.”
Kala Jisung tersipu malu, Jungwon hanya merotasikan kedua bola matanya dengan jengkel. “Kaku banget, sih, Noona.”
“Kau benar.” Kemudian Jinae kembali memukul Jungwon, reka ulang ceritanya. “Jisung gemesin banget.”
Wanita itu lalu menuntun keduanya untuk segera duduk. Ia menyuruh karyawan yang berjaga untuk membawakan minum sedang dirinya mulai memperkenalkan nama alat-alat yang akan digunakan. Di tempat, Jisung banyak tertanya dengan semangat. Jungwon sampai geleng-geleng sendiri melihatnya. Alih-alih lelah menimpali energi Jisung, Jinae justru merasa senang. Tidak banyak anak lelaki—sekelas anak SMA—yang tertarik untuk belajar soal benang dan pola.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORTH POLE - Jaemsung
FanfictionJaemin ingin pergi ke Kutub Utara. Ia ingin melihat Jisung berenang bersama Ruru, seperti apa yang dilihat oleh sang adik dalam mimpinya. ㅡSunday, 221009