5. Mengapa?

95 13 3
                                    

tandai typo!

....................................

Plak....

"JALANG SIALAN. KENAPA KAMU MASIH TINGGAL DISINI HA!!"

"INI RUMAHKU, INI HAK-KU LALU MENGAPA KAMU BERBICARA SEOLAH-OLAH INI SEMUA MILIKMU?"

"CH, JALANG TETAPLAH JALANG. HARUSNYA AKU MEMBELIMU DENGAN HARGA YANG MURAH DULU "

"BAJINGAN, JIKA BUKAN KARENA UTANG AKU TIDAK SUDI MENIKAH DENGANMU."

"MENIKAH?, AKU MEMBELIMU. BUKAN MENIKAHIMU. MENIKAH HANYA FORMALITAS SAJA."

Di pojokan kamarnya Ayanika menutup telinganya rapat, teriakan bersahut-sahutan dari lantai bawah sangat menggangunya.

"ARGHHH, BRISIK SIALAN!"

Ayanika mengambil cermin di atas meja belajarnya lalu ia lemparkan kelantai.

Pyar...

Ayanika harus keluar dari neraka ini, secepatnya. Jika tidak ia akan mati perlahan karena teriakan dari orang tuanya membuat mentalnya hancur.

Ddrt....

Telepon masuk, Ayanika menjawabnya tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"TOLONG JEMPUT GUE, BAWA GUE PERGI DARI SINI, GUE MOHON, TOLONG."

"Aya?"

"ASBU?. ASBU, ASBU BAWA GUE PERGI. GUE NGGAK MAU DISINI, BAWA GUE PERGI, MOHON."

Tut....

Pupus harapan Ayanika kala sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Hasbu, ia menyimpulkan bahwa Hasbu tak ingin membantunya.

Ayanika naik ke atas kasurnya ia meringkuk memeluk tubuhnya sendiri, nafasnya tersengal-sengal, wajahnya pucat pasi dengan mata sembab.

"Tolong bawa Aya pergi, mohon. Bawa Aya pergi," lirih Ayanika

Beberapa menit kemudian, teriakan masih bersahut-sahutan, semua kata kasar keluar dari mulut kedua orang tua Ayanika membuat gadis itu semakin muak.

Ayanika mengambil kunci motornya, ia segera keluar dari kamarnya.

Sampai dibawah, orang tuanya menatapnya.

Tok... Tok... Tok...

Bagai angin lalu ketukan pintu tak terdengar sama sekali ditelinga mereka.

"Mau kemana kamu?" Ayahnya---Bara mengambil gesper besar miliknnya dan berjalan kearah Ayanika

Ctas...

"Mau jadi jalang juga?"

Ctas...

Ayanika tak sekuat itu, cover mungkin liar tapi sebenarnya ia terlalu lemah, ia lembek bagai kertas didalam air.

"J-jangan pukul Aya, jangan. Sakit."

"Apa peduliku?"

Hasbu: Hujan Terakhir (HIATUS SEMENTARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang