[14]

17 3 4
                                    


Kaz memberikan komentar, "Paduka, ini adalah berkas yang disiapkan khusus untukmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaz memberikan komentar, "Paduka, ini adalah berkas yang disiapkan khusus untukmu. Meminta orang lain menilai calon istrimu adalah tindakan konyol."

"Agenda ini memang konyol," gumamnya pelan. Ambrose melempar tatapan agak kesal ke Kaz yang dengan setia berdiri di sebelah kanan belakangnya. "Kalau begitu, selaku seseorang yang sudah lama bersamaku dan paling mengenalku dibanding kedua orang tuaku, kau harus ikut memilah map ini juga."

"Dan selaku orang yang paling mengenalmu lebih dari siapa pun, aku sangat tau kalau kau tidak menyukai semua map itu dan aku tetap akan memaksamu untuk melihat setiap map tersebut tanpa ada pengecualian, Paduka Ambrose Hali Othia VIII," balas Kaz panjang lebar. "Selamat berjuang."

Ambrose memejamkan mata kuat-kuat karena frustrasi, tapi tetap meraih map lain dan membukanya.

Kana menganggap Ambrose tidak memerlukannya dari argumen tersebut, jadi dia kembali ke kesibukannya untuk menuang dan mengganti teh setiap teh itu dingin, mengantar makan siang dan camilan Paduka, membereskan mejanya ketika Pangeran tersebut mengambil waktu istirahat dengan berjalan-jalan di sekitar Kastel.

Bangsawan yang tidak sempat datang kemarin menyempatkan diri untuk datang ke kastel Othia hari ini dan memberikan map pertunangan lain—yang membuat Ambrose makin kesal karena setiap jumlah map bertambah—. Kana juga melayani setiap tamu yang datang langsung ke ruangan Ambrose hari itu, alhasil dia tidak bergerak keluar dari ruangan itu sampai petang datang.

"Putriku sudah sangat terlatih kepemimpinannya dan aku berani bertaruh dia akan membuatmu bangga, Paduka," ucap seorang ayah dari kota Kin, bernama Count Heirss Jabar. Dia mengajukan pertunangan untuk putri ketiganya yang berusia sebaya dengan Kana.

"Begitukah?" ujar Ambrose, duduk di kursi, berhadapan dengan Count dan meraih map yang dibawa sang bangsawan. Tidak ada lukisan di dalamnya. Ambrose melempar tatapan bertanya-tanya ke Count.

Suara dan raut Count mendadak terdengar gelisah. "Maafkan aku dan putriku, Paduka Ambrose yang agung. Dia menolak untuk dilukis dan seberapa mohonnya aku untuk itu, dia tetap menolak."

Ambrose membaca nama dan informasi umum tentang sang putri. Arina Layli Jabar, dua puluh empat tahun. Di usia kecil, dia sudah aktif dalam kegiatan sosial dan saat ini memimpin badan amal di antara bangsawan lain untuk membantu rakyat jelata di kota Kin dan kota tetangga di sekitar.

Pria itu kembali menatap lurus sang bangsawan. "Aku akan mempertimbangkannya," ujarnya tenang.

Wajah Count kembali cerah. "Oh, sungguh leganya aku mendengar keputusanmu, Paduka. Terima kasih." Pria berbadan agak gempal itu bangkit dan memberi hormat berkali-kali dengan patuh. "Terima kasih banyak."

"Cukup, Count Heirss, akulah yang seharusnya berterima kasih," sopan Ambrose.

Kaz yang berdiri di belakang kanannya membatin, sarkasme karena map yang Anda pertimbangkan jadi bertambah.

The Bright Life of Isla [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang