05. Sharing Is Caring.

882 184 43
                                    

"Menurut lo? Silahkan di review. Kurang apa lagi?"

Cèline mengerjapkan matanya beberapa kali, sedikit kaget dengan pertanyaan mendadak dari Angga yang terkesan lebih ke sarkas ketimbang memang meminta pendapatnya.

"Kurang 'Cèline, will you be my girlfriend' gitu. Nanti gue jawab, 'Yes, I will!'" Ini Mbaknya ngomongnya sesantai itu ya, nggak tau yang diomongin jantungnya nyaris turun ke lutut.

"ANJING BUKAN KODE LAGI INI MAH!" Aldi histeris sendiri diikuti koor ciacia dari Gio dan Hari.

Yang dicia-ciain?

"Sinting lo!"

Udah gitu doang jawabannya. Salting brutal kawan.

"Ih? Tadi kan Angga yang nanya kurangnya apa?" Cèline belum puas menggoda Angga rupanya.

"Ya.." Angga yang tadinya mau membalas omongan Cèline memilih untuk tidak melanjutkannya saja. Percuma berdebat dengan Cèline. Pasti ada aja jawabnya.

"Jadi kapan nih, Ngga? Makan-makannya?" Pinter banget sih, Hari, kompornya!

"Makan-makan apaan?" Dahi Angga berkerut. Sama sekali nggak catch up sama obrolan gengnya ini.

"Barusan kan jadian sama Cèline. Iya kan, Cèl?" Aldi menyikut Cèline pelan. Tanda minta bantuan untuk play along dalam skenario membully Angga itu.

"Tenang kalau itu mah, nggak usah minta ke Angga. Sini sama gue aja! Mau makan apa?" Entah itu kelebihan atau kekurangan, Cèline selalu bisa mempersilahkan dirinya sendiri masuk ke dalam lingkungan yang baru atau mungkin yang tidak menyambutnya diawal (sengaja atau tidak). Jadi, dimanapun dia berada, Cèline pasti akan bertahan. Ya, contohnya seperti sekarang ini lah. Tanpa menunggu undangan tuan rumah, si cantik itu sekarang sudah duduk manis diantara mereka. Siapapun yang melihatnya pasti menyangka kalau mereka berlima berteman akrab sejak lama. Bukan baru kenal sebulan dua bulan doang.

"Yang bener, Cèl?" Aldi menatap Cèline dengan mata berbinar. Kebetulan dia memang sedang lapar saat itu.

"Of course!" Cèline menganggukkan kepalanya, sementara dari sudut matanya ia dapat melihat Angga memutar bola matanya jengah.

"Cèl, lo yakin? Nanti lo nyesel, mereka-mereka ini makannya kaya babi. Nggak ngotak!" Ujar Gio sedikit sungkan.

"No biggie boys! Ayo pesen aja? Atau mau makan diluar?" Cèline menyodorkan ponselnya ke Hari setelah membuka aplikasi food delivery-nya.

Tapi, belum sampai ponsel itu di tangan si vokalis, Angga menghalangi.

"Gue aja. Pesen yang biasa kan?" Angga berkata sambil mengembalikan ponsel Cèline ke tangan pemiliknya yang sekarang hanya bisa menatap Angga tanpa berkedip sama sekali.

"Yeuuu si Angga! Nggak seru banget dah!" Cibir Aldi.

"Udah gue pesen nih! Jangan bacot! Mau makan kagak!?" Balas Angga ngegas. "Lo mau juga?" Tanya Angga ke Cèline yang duduk di seberangnya.

"Apa?"

"Nasi Padang."

Cèline menimbang-nimbang sejenak. Jujurly, dia belum pernah makan Nasi Padang sama sekali. Tapi, dari review yang pernah dia dengar, katanya Nasi Padang itu super enak. Cuma pedas. Tapi, kalau misalnya dia tolak tawaran Angga, nanti dikira dia si anak manja sok kaya yang anti banget makan makanan Indo. There's no way Angga could think like that of her. Maka dari itu, Cèline pun akhirnya mengiyakan tawaran Angga. It couldn't be that bad kan? She means, what can go wrong with just Nasi Padang?

Hey Barbie! [97 Squad]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang