06. Take A Chance On Me

1K 159 19
                                    

(Geser mulmed terus press play yak ehehe)


.

Saat itu Angga berharap riuhnya jalanan bisa meredam suara jantungnya yang berdebar terlalu keras karena ada sepasang tangan yang sedang mencengkram erat bahunya. Di belakang motornya sekarang ada Cèline yang harus diantarnya pulang karena ketiga sahabatnya itu sepakat menumbalkannya.

"Angga!" Panggil Cèline. Tapi, tampaknya tak terdengar oleh yang dipanggil, sehingga gadis itu harus kembali memanggilnya, "ANGGA!!"

"HA? APA?" Balas Angga sambil sedikit menoleh ke belakangnya.

"BERHENTI DONG! BENTAR!" Ucap Cèline sambil menepuk bahu Angga beberapa kali.

"NGAPAIN?"

"GUE MAU NGASIH NASI YANG TADI KE BADUT YANG DI DEPAN ITU!"

Angga menyipitkan matanya, kemudian mengikuti arah yang Cèline tunjuk. Tak jauh dari mereka memang ada badut yang sedang terduduk lesu di bahu jalan. Angga pun memperlambat laju motornya hingga benar-benar berhenti di depan badut itu. Cèline lalu buru-buru turun dari boncengan motor Angga dan menyerahkan keresek yang isinya nasi padang miliknya yang belum tersentuh sama sekali itu.

Angga menunggu dalam diam sambil mengamati interaksi Cèline dan badut itu. Menurut hasil pengamatannya, hal yang dilakukan si cantik itu sama sekali bukan pencitraan. Jangan tanya kenapa Angga bisa tahu. He just knew. Genuine people itu ketahuan kok. Begitu pula dengan para manusia palsu.

"Udah?" Tanya Angga ke Cèline yang sekarang sudah berdiri di hadapannya, bersiap-siap untuk naik motor.

"Udah! Udah!" Jawab Cèline sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Kenapa nggak sekalian lo kasih duit juga?" Omongan sarkas Angga barusan rupanya menginspirasi Cèline yang kemudian berkata, "Oh, iya! Bener juga!"

Sebelum Cèline sempat berbalik dan kembali menghampiri badut itu, Angga menahan tangannya. "Lo kebanyakan duit ya? It was sarcasm."

"Ya tapi gue mau ngasih! Beneran!"

"Lo nggak pernah baca berita kalau banyak oknum-oknum kaya badut itu yang pake strategi belas kasihan biar dikasih duit dan akhirnya nggak perlu kerja sama sekali?"

Cèline terdiam sejenak mendengar penuturan Angga. Hal ini tidak pernah terpikir olehnya. Cèline kembali menatap badut itu, kemudian kembali naik ke motor Angga.

Sisa perjalanan mereka lanjutkan dengan diam dan larut dalam pikiran masing-masing. Dan tanpa terasa, motor Angga sudah berhenti di depan pagar rumah Cèline.

"Cèl..." Panggil Angga karena Cèline tak kunjung turun dari boncengannya.

"Oh... Udah sampe ya?" Cèline turun dari motor Angga dan membuka helm yang terpasang di kepalanya untuk dikembalikan ke si pemilik. Namun, setelah beberapa detik mencoba, ia tidak bisa membuka pengaitnya. Mungkin karena kuku palsunya yang sedikit panjang. Dia bisa makan nasi padang dengan lancar saja sudah keajaiban.

"Biar gue aja." Angga pun membantu membuka kait helm-nya.

Ceklek

Kaitan itu pun terlepas, lalu Cèline menyerahkan helm hitam itu ke tangan Angga.

"Angga.."

"Hmm?"

"Gue mau disclaimer dulu kalau gue sama sekali nggak ada niat buat show off di depan lo. Gue genuinely emang mau bantu. Sorry kalau keliatannya gue jadi kaya gitu di depan lo." Ucap Cèline sambil menundukkan kepalanya. Akhirnya ia mengatakan apa yang mengganjal di pikirannya sepanjang jalan pulang tadi.

Hey Barbie! [97 Squad]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang