EMPAT BELAS

97 92 47
                                    


TANDAI TYPO❗❗

Sepulang dari kampus Rachel sengaja mengajak Levan untuk mencari pekerjaan sebagai tambahan uang kuliah.
Tapi laki-laki itu mengajak Rachel di sebuah cafe bernama LEVANNORI ya cafe itu milik Levan.

"Serius ini punya kakak?" Levan mengangguk antusias. Laki-laki itu sengaja membuat cafe di dekat kantor papahnya. Katanya sih biar banyak yang beli kan karyawan di kantor banyak wkwk.

"Kamu jadi barista di sini ya?" Mata Rachel membulat. Apa katanya, barista? Jangankan jadi barista di suruh bedain gula sama garam aja Rachel masih bingung.

Gadis itu menghela nafas pelan. "Gajadi deh kak, aku cari kerjaan lain aja" ntah kenapa kedua bahu Rachel merosot kebawah. Karena pekerjaan yang di tawarkan Levan tidak sanggup ia kerjakan.

"Kenapa?"

"Aku gak bisa jadi barista.. "balas Rachel dengan suara pelan dan sedikit sendu.

Levan tersenyum tipis melihat gemas tingkah Rachel ini. "Kalo gak bisa jadi barista, kan bisa jadi pelayan yang antar makanan ke meja pembeli" kedua netra coklatnya menatap ke arah levan dengan tatapan nanar.

"Serius kak?" Levan mengangguk sebagai jawaban.

"Tapi gaji aku sesuai yang lain ya, jangan di bedain harus sama. Karena aku kesini niatnya cuma kerja bukan manfaatin uang kakak"

"Iya tau hel. Mau kerja sekarang atau latihan dulu" tawar levan lalu Rachel setuju mengikuti saran yang kedua.

Tiga puluh menit sudah berlalu. Levan sudah mengajarkan cara mengantar pesanan agar tidak jatuh dan tetap terlihat rapih.

Tak di duga, waktu menunjukkan pukul empat sore. Kini mereka berdua memutuskan untuk pulang namun, tiba-tiba saja hujan datang dengan derasnya membuat Rachel dan levan mengurung niatnya untuk pulang.

"Aku gak bawa jas hujan, hel" levan menatap wajah cantik Rachel. Hobi baru levan sekarang menatap Rachel dengan waktu yang lama. Ntah kenapa setiap menatap matanya terlihat nyaman sekali berada di dekat Rachel.

"Gak apa-apa kak, tunggu sampai hujannya berhenti aja" akhirnya levan menyetujui ucapan Rachel.

Suasana menjadi hening. Keduanya tidak ada yang memulai percakapan lagi dan memilih memainkan ponselnya masing-masing.

Ting..

Suara notifikasi dari ponsel Rachel membuat gadis itu dengan cepat melihat siapa yang mengirim pesan.

Si Lemot Lula
Ahel.. Damian hel.. kayanya dia di kroyok dah. Kamu bantu gih aku lagi ngerjain PPT. Dia benar-benar minta tolong sama kamu.

Rachel menghela nafas. Lagi dan lagi melihat kata DAMIAN rasanya ingin muntah .

Me
Gak perduli!

Si Lemot Lula
Kali ini aja tolongin. Kasian si batu di kroyok beberapa orang.
Read

"Kenapa hel?" Tanya Levan yang memperhatikan gerak-gerik Rachel.

Rachel segera menghentikan bermain ponsel. "Gak ada apa-apa kok kak" Levan hanya mengangguk iya.

Beberapa menit kemudian, hujan sudah berhenti dan hari sudah mulai gelap. Tiba-tiba saja Levan ada urusan mendadak dengan club basket. Alhasil Rachel pulang sendiri menaiki taksi yang sudah di berhenti kan oleh Levan.

Sedari tadi gadis itu hanya menatap kosong ke arah jendela mobil. Rachel terus kepikiran tentang kabar yang di kirim Lula. Tidak! Rachel tidak boleh mikirin Damian, bisa aja ini cuma akal-akalan Damian buat bisa ketemu sama Rachel dan mohon-mohon untuk minta maaf.

Sejahat Takdir [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang