3

1.5K 155 0
                                    

❀❀

"Gue bakal pulang kerumah, kalo ada apa-apa langsung hubungi gue, paham?" Renjun anggukan kepalanya untuk kesekian kalinya.

Ia kini tengah duduk santai di sofa apartemen miliknya dan ada Jaemin yang kini tengah sibuk mondar mandir di dapur dan jangan lupakan mulutnya yang tidak berhenti mengoceh sedari tadi.

"Renjun paham gak?"

"Iya Jaemin iya paham gue. Mau berapa kali lo nanyain hal yang sama?"

Jaemin menghampiri Renjun dengan sebuah piring nasi goreng kesukaan Renjun.

Ia letakkan di meja dihadapan Renjun.

"Gue khawatir sama lo tau gak sih?"

"Iya tau, tapi apa yang lo khawatirin sih anjir? Gue gak bakal kemana-mana, kalaupun gue keluar juga pasti cuma ke studio. Tapi kan kerjaan gue udah kelar semua, lukisannya juga udah bang Hendry kirim ke customer jadi apa yang mesti lo khawatirin?"

Jaemin sandarkan tubuhnya pada sofa sembari menghela nafasnya kesal.

"Gue juga gak tau apa yang mesti gue khawatirin, kalo tentang lo pasti gue selalu khawatir. Ish anjir gue berasa jadi mak lo deh, sebel gue."

Renjun tertawa, terkadang Jaemin memang bertingkah seperti bundanya yang selalu mengkhawatirkan dirinya.

"Lo berapa hari dirumah?" Tanya Renjun dengan tangan yang tak henti menyendokkan nasi goreng kedalam mulutnya.

"Sehari doang kayaknya, acaranya mami kan cuma sehari."

"Kalo mami buat brownies coklat bawain gue ya, hehe." Jaemin mengangguk.

"Berangkat kapan?"

"Malam ini."

"Okeee tiatii."

●●

"Hai Haechan, aduh makin cakep aja nih kamu." Haechan tersenyum tipis mendengarnya.

Dihadapannya kini berdiri seorang perempuan dengan pakaian kekurangan bahan serta make up tebalnya.

"Haechan, malam minggu nanti main yuk sama aku."

"Waduh main apa nih?"

Itu bukan Haechan, melainkan Mark yang duduk disampingnya ikut menimpali obrolan keduanya.

"Yaa main apa aja aku mah ayoo aja kalo sama Haechan, iyakan?" Gadis itu memberikan wink disertai senyuman menggoda kearah Haechan.

Haechan sendiri masih diam, tak ada niat untuk membalas. Ia sudah terlalu malas untuk sekedar basa-basi dengan perempuan yang mendatanginya ketika ia menginjak kan kaki di club malam ini.

"Sorry-sorry aja nih, tapi si Haechan mah kagak demen yang modelan kayak lo. Jadi ada baiknya lo pergi aja ya."

Perempuan itu menatap nyalang kearah Mark.

"Gue gak bicara sama lo ya, diem aja deh."

"Tapi yang dibilang Mark bener, jadi bisa pergi dari hadapan gue?" Haechan menatap perempuan itu yang kini malah salah tingkah karna ditatap.

"Haechan kamu ini becanda mulu yaa orangnya hahahaha"

"Pergi sebelum gue siram lo."

Perempuan itu langsung saja pergi dengan menghentakkan kakinya.

Mark hanya bisa tertawa, "Kasian banget yaa cantik-cantik gitu malah ditolak."

"Picek mata lo? Pipinya merah banget kayak habis di tonjok gitu lo bilang cantik? Wah sakit mata lo gue rasa."

Mark memukul pelan bahu Haechan, "sialan lo, tau gue yang cantik kan cuma mas yang bayarin belanjaan lo doang, yakan?"

"Tuh tau, jadi kepikiran lagi kan anjir."

"Lah?" Mark menggeleng heran melihat Haechan yang pergi meninggalkannya. "Sinting gue rasa si Haechan, ckckck."

✿︎✿︎

note :

saranin laptop yg baguss dongg tapi kalo bisa harganya yg ga terlalu mahall, makaciiii🙆🏻‍♀️

BLIND DATE [ʜʏᴜᴄᴋʀᴇɴ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang