Nagi Seishirou, bocah genius yang tidak hanya jago bermain bola. Namun, soal akademik pun ia termasuk murid yang pintar di kelasnya. Dibalik kegeniusannya ini, Nagi hanyalah seorang murid laki-laki yang pemalas dan sukanya bermain game.
Tapi taukah kalian, Nagi punya saingan tersendiri di kelasnya. Bahkan dari mereka SMP sudah bersaing, bukan urusan bola maupun akademik. Melainkan soal game dan saingannya pun seorang gadis, (Name) namanya.
(Name) cukup populer di sekolahnya, berparas cantik, pintar, dan aktif mengikuti ekskul voli. Walau banyak murid laki-laki mendekatinya, ia tidak tertarik dan lebih memilih bermain game bersama Nagi dirumah.
Sepulang sekolah (Name) dan Nagi melakukan rutinitasnya, iya tentu saja bermain game hingga mereka lelah. Namun kali ini, (Name) mengajukan siapa yang kalah harus menuruti permintaan yang menang.
"Nagi, aku bosan main game gitu-gitu aja. Aku juga bosan menang terus darimu tanpa mendapatkan hadiah" ucap (Name) sambil memajukan bibirnya.
"Cih, kau sombong sekali. Baiklah aku juga bosan kalah terus, kali ini aku akan mengalahkanmu!"
"Heee~ tidak semudah itu. Baiklah hadiah untuk yang menang adalah, yang kalah harus menuruti semua kemauan si pemenang. Bagaimana kau setuju?"
"Eumm, bolehlah. Apa saja kan?"
"Tentu"
Terlintas pikiran kotor pun memasuki otak Nagi, entah kenapa ia berniat menjahili (Name). Sesekali gadis ini harus diberi pelajaran agar tidak sombong lagi dengannya.
Nagi berusaha keras untuk memenangkan game ini, sedangkan (Name) terlalu santai karena menurutnya dialah pemenangnya.
Namun (Name) terlalu lengah dan menyepelekan kesungguhan Nagi untuk menang, game tersebut dimenangkan oleh Nagi.
"Yes, aku yang menang. Kau terlalu sombong (Name)"
"Cih, keberuntungan sedang memihakmu saja kali ini. Ya sudah kau minta apa? Awas ya kalau menyuruhku jadi kacungmu"
"Tidak, ini mudah kok. Mungkin kau malah ketagihan" smirk nakal pun timbul di bibir Nagi.
(Name) memasang mode berfikir, sungguh ia tidak mengerti maksud Nagi. "Maksudmu? Mana ada jadi kacung ketagihan bodoh"
"Ya semacam itu. Tapi ini akan menguntungkan untukmu"
"Lantas kacung seperti apa maksudmu?"
"Eumm seperti, masturbasi di hadapanku"
"Huh? Kau gila. Tidak ah, yang lain dong" tolak (Name).
"Katanya mau menuruti semua keinginan sang pemenang. Kau ini tipe orang ingkar janji ya?"
"Tapi itu memalukan Nagi, yang lain ya apapun itu asal jangan kayak gitu ah" mohon (Name).
"Yaudah sepongin aku"
"Ih kau mesum banget, kalau terangsang ya cari aja gadis lain jangan sama aku!" (Name) pun bergegas meninggalkan Nagi, namun pergelangan tangannya di cegah Nagi.
"Hei, janji adalah janji (Name). Lagi pun di depanku ada seorang gadis, kenapa mencari yang lain?" kali ini wajah Nagi nampak serius.
(Name) menelan ludahnya, karena aura yang Nagi keluarkan kali ini sungguh menyeramkan. "Ta-tapi aku engga mau kayak gitu"
Nagi yang tidak tahan pun segera menekan bahu (Name) dan menyudutkan di tembok. Ia menghembuskan nafasnya di telinga (Name), membuat (Name) merinding seketika. Kemudian ia turun mengecup leher (Name), membuat (Name) terkejut.
Nagi kembali pada telinga (Name), ia gigit kecil sembari berkata "Aku bercanda bodoh, gitu aja kau anggap serius"
Nagi pun menjauhkan badannya, dan duduk di tepi ranjang. Ia tertawa melihat reaksi (Name) yang menurutnya sangat lucu, misinya berhasil untuk mengerjai (Name).