~~•••~~
WARNING!! 18+
(y/n) gak tau kenapa sedari tadi saudara tirinya selalu menempel padanya.
"Minggir anjing. Badan mu gede anjirr, berat."
"Gak mau. Disini hangat." Nagi merebahkan kepalanya di pangkuan (y/n). Gadis itu merasa risih.
Apalagi bayi beruang ini mendusel ke perutnya yang memang sangat sensitif.
"Aku mau nyebat. Bisa minggir gak!"
Nagi malah memeluk perut (y/n) membuat gadis itu bersemu merah.
"Kemarin kan aku udah bilang kalo ada yang lebih candu."
Tanpa berpikir panjang Nagi langsung menarik kepala (y/n) agar menunduk.
Nagi memangut bibir tipis gadis itu, menghisapnya pelan.
(y/n) yang tau kalo ini salah langsung menjauhkan wajahnya. Tapi Nagi menarik tengkuknya lalu menuntut balasan dari gadis itu.
"Nghh"
Dengan lihai Nagi mengobrak-abrik mulut (y/n), sesekali membelitkan lidahnya. Menghisap bibir atas dan bawah (y/n) secara bergantian.
"Awh" ringis Nagi, dia menghentikan ciumannya karena (y/n) menggigit bibirnya.
"A-apa yang kamu lakukan!"
"Aku menciummu."
(y/n) mengusap bibirnya yang membengkak. Dia menatap Nagi yang masih menampakkan muka datarnya.
Nagi merapatkan dirinya kearah (y/n) sedangkan gadis itu menahan dada Nagi agar tidak mendekat.
"Aku menyukaimu. Aku gak tahan melihat mu. Apalagi bibirmu."
(y/n) shock mendengar penuturan saudara tirinya.
Nagi meraih tangan (y/n), lalu mencium nya berulangkali.
"Bagaimana denganmu?"
Nagi menghisap jari (y/n) sembari menunggu jawabannya.
"Aku gak tau."
"Apa kamu menikmati ciuman tadi?"
Nagi menarik tengkuk (y/n) dan kembali mencium nya dengan lembut. Dia menghisap bibirnya pelan.
"Balas ciumanku kalau kamu menyukai nya."
Gadis itu tertegun lalu menghisap pelan bibir atas Nagi.
Nagi tersenyum lalu dengan brutal mencium gadisnya.
~Tbc~
