[XV/XV]

792 56 19
                                    

Dengan niat tulus dan suci...

*********

[Name] bangkit dari posisi duduknya, ia berjalan ke meja rias. [Name] bisa melihat pipinya yang masih sedikit basah di kaca tersebut.

[Name] mengambil tisu, lalu ia menggunakan selembar tisu itu untuk mengeringkan air matanya.

"Haih... Untung make-up ku engga berantakan," ucap [Name] sambil mengaca.

Disaat [Name] sedang sibuk mengaca di depan kaca, terdengar suara pintu kamar terbuka. [Name] tak menoleh, ia tahu itu pasti Sopan yang memasuki kamarnya.

Benar saja, Sopan masuk ke dalam kamarnya. Sopan berjalan mendekat kepada [Name] yang masih berdiri di sana. Hingga sekarang Sopan sudah berada dibelakang [Name].

[Name] bisa melihat Sopan yang sudah berada di belakangnya lewat pantulan kaca. "Kenapa?" tanyanya singkat.

Sopan mengabaikan pertanyaan dari [Name]. Perlahan, tangan Sopan melingkar di pinggang [Name]. Kemudian, Sopan mendekatkan wajahnya ke leher [Name].

"Selamat hari raya, istriku sayang..." bisik Sopan dengan suara yang amat lembut di telinga [Name].

[Name] merinding begitu Sopan berbisik di telinganya. Pipinya memerah, sampai ke telinganya.

Sopan terkekeh melihat istrinya yang memerah, "Mohon maaf lahir dan batin juga, honey. Kalau saya ada salah, dimaafkan, ya?" Ia kembali berbisik ke telinga [Name].

[Name] merasa geli. Ia bisa merasakan hembusan nafas dari sang suami di lehernya. [Name] tak bisa berfikir jernih saat ini, ia tak tahu apa yang sedang dilakukan Sopan.

Sopan pula semakin berulah, ia mendekatkan bibirnya ke leher [Name]. Ia menghirup aroma wangi leher [Name] dengan lembut. "Wangi..."

"Hhhh..."

Tidak. Apa yang baru saja [Name] keluarkan dari mulutnya? Jantung [Name] berdegup cepat, [Name] malu sangat!

"Babe, jangan...!" Lutut [Name] terasa sangat lemas, ia hampir terjatuh, namun ditahan oleh Sopan.

"Honey!?" Sopan jadi panik ketika [Name] hampir terjatuh, nasib baik ia bisa menahannya. Sopan langsung membawa [Name] ke atas kasur, kemudian ia duduk di sebelahnya.

Pipi [Name] masih memerah, apa yang tadi Sopan lakukan kepadanya masih terbayang-bayang di kepalanya. Badannya pun masih terasa lemas karena Sopan. Ia menatap mata Sopan yang berada di sebelahnya.

"Kamu... sensitif banget, sih," kata Sopan.

[Name] menghela nafas, "Kamu yang ngagetin aku. Kalau gitu, aku ga mau maafin kamu." [Name] membuang muka.

Mendengar jawaban dari [Name], Sopan terkejut. "Eeh?! Jangan gitu, dong! Hari ini kan waktunya kita maaf-maafan!" Sopan menggenggam tangan [Name], "Kamu ngambek??"

"Kalau iya?"

"Aduh, saya minta maaf, sayang. Saya ngga sangka kamu sampai lemas karena saya!"

"Lebaran tuh maaf-maafan, bukannya horny," gumam [Name], namun Sopan masih bisa mendengarnya.

Pipi Sopan memerah begitu [Name] bergumam seperti itu. Sopan baru menyadari apa yang ia perbuat tadi dengan [Name], ia menjadi ikut malu.

"Honey, lihatlah bintang itu, apakah kau melihat bagaimana ia bersinar?" Sopan bertanya kepada [Name] dengan suara yang penuh kehangatan.

"Mmm, dari reaksi fusi?"

'Anak IPA emang beda.'

"Haih..," Sopan menghela nafas, "ia mengirimkanmu permintaan maafku." Sopan pun melihat kembali ke arah [Name] sambil tersenyum dengan penuh kasih sayang.

Sopan membelai rambut hitam pekat milik [Name], "Honey... jangan ngambek lama-lama, nanti matahari berubah jadi mendung karena takut kamu jadi tambah marah. Maafin aku ya, honey. Love ya."

[Name] bisa merasakan kehangatan dari senyuman Sopan, dan dari kata-katanya. Senyuman Sopan menular, [Name] tersenyum balik kepada sang suami.

"Saya hanyalah manusia biasa yang pasti punya salah dan dosa. Entah dari tingkah laku maupun tutur kata. Semoga di hari yang penuh berkah ini, kamu berkenan bukakan pintu maaf seluas samudra untuk suamimu," lanjut Sopan.

Sopan pun memberikan kecupan singkat di dahi sang istri. Ia menggenggam tangan kanan [Name], lalu menciumnya.

"Aku... bahagia. Mohon maaf lahir dan batin juga." Mata [Name] berkaca-kaca, ia terharu, ia masih tak sangka kalau sekarang ia sudah menjadi istri Sopan. [Name] sangat beruntung!

Sopan bisa melihat setetes air mata jatuh dari mata almond [Name], ia mengusapnya. "Sayang..."

"AUNTYY [NAME]! KATANYA RAYDEN MAU THR LAGIII!!" teriak salah satu anak laki-laki, anak laki-laki tersebut membuka pintu kamar [Name] dengan lebar.

"A--" Anak laki-laki tersebut terdiam begitu melihat pemandangan di depannya.

"BAYUUU! JANGAN BILANG KE AUNTY [NAME], DONG!!"

*********

...mohon maaf lahir dan batin.

Kalau aku digituin juga sama Sopan, bisa-bisa pingsan di tempat 😋

Tinggal epilog, tamatlah book ini. Padahal rencana awalnya pengen tamatin sebelum lebaran, nyatanya baru tamat di akhir bulan April. Engga apa-apa, nanti aku bakalan nulis book baru lagi, kok! (⌒‐⌒) Makanya, follow akun Wattpad ini untuk mendapat notifikasi book baru yang akan ku tulis 🤝🏼

Eum btw, kalian mampir ke series MTW yang lain, ngga? Kan ada banyak versi selain Sopan. Ada FrostFire, Thorn, Gentar, dan lain-lain. Semua element BoBoiBoy udah lengkap, deh! Cuma... belum ada yang tahap 3, sih (  ̄▽ ̄)

MTW; Sopan Arc:
1. Introduction: 1-3; 3 chapter
2. Honeymoon: 4-9; 6 chapter
3. Preparation: 10&11; 2 chapter
4. Syawal: 12-15; 4 chapter

649 kata.

*********

Bonus:

[Name] memberikan selembar kertas kepada sang suami. "Babe, ini... ada puisi spesial hari raya, buat kamu. Dan... aku tulis ini... spesial buat kamu," ucap [Name] dengan malu-malu.

"Wah, baguslah. Tapi saya ga mau terima."

"Huh, kenapa? Aku nulis puisi ini sampai habisin waktu 7 hari 6 malam, tau..."

"Saya baru mau terima kalau kamu bacain puisinya ke saya. Saya pengen suara kamu ketika bacain puisi itu."

*********

My Tsundere Wife; BoBoiBoy Sopan (ID)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang