Kegelapan malam sudah terasa seperti hatiku. Tak ada bintang ataupun bulan yang menyinarinya.
Hanya kesepian malam yang tersisa.
Aku melangkahkan kakiku dengan berat, menyusuri jalan kecil di sebuah distrik kosong di kota. Tidak ada cahaya lampu ataupun bulan yang menyinari jalanku.
Aku terus berjalan, tanpa tau arah mana yang akan kutuju.
"Semua akan baik-baik saja."
Aku bergumam pada diri sendiri, hanya untuk menguatkan hatiku.
Melangkah tanpa tujuan, rasanya sudah menjadi takdirku yang sama sekali tidak memiliki tujuan dalam kehidupan.
Semua orang yang disayangi, semua hal yang disukai, tak ada satupun yang bisa membuatku merasa bahagia.
"Aku hanya ingin membuat semua orang merasa bahagia!"
Saat memikirkan itu, hasilnya tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Keberadaanku mungkin hanya gangguan bagi semua orang.
Meski begitu... Meski begitu... Meski begitu... meski suatu hari nanti aku menghilang, aku berharap akan membuat mereka bahagia.
Tersadar akan lamunanku, aku tiba di depan gedung tinggi yang berada di distrik kosong.
Dengan Higanbana yang berada di genggamanku, aku melangkah masuk ke gedung itu. Langkah demi langkah aku ambil dengan tekad yang kuat.
'Aku akan mewujudkan harapan semua orang!'
Dengan tekad seperti itu, membuatku semakin menaiki tangga gedung itu. Hingga aku bertemu dengan sosok anak kecil yang berpenampilan sama denganku.
Anak kecil itu terus menatapku dengan tatapan yang tajam.
Tanpa menghiraukannya, aku terus menyeret kakiku ke atas gedung.
"Apa kamu yakin akan melakukannya?" tanya anak kecil itu secara tiba-tiba yang membuatku menghentikan langkahku.
"Ini tidak ada hubungannya dengamu."
"Tentu saja ada."
"Hahh?"
"Meski aku mengatakannya, kamu tidak akan paham tentang alasan kemunculanku."
"Berhenti berbicara omong kosong dan cepat pergi dari sini." Bentakku kepadanya, dan mulai melangkahkan kakiku kembali.
"Kematian itu menyakitkan!" teriak anak kecil itu yang membuatku kembali menghentikan langkahku.
"APA YANG SEBENARNYA KAMU INGINKAN?" diliputi rasa kesal, aku meninggikan suaraku kepadanya.
"Sama seperti yang aku tanyakan sebelumnya. Apa kamu yakin akan melakukannya?"
"Tentu saja."
"Mengapa?"
"Jika kamu bertanya alasannya, itu karena aku ingin membuat semua orang bahagia."
"Dengan membuat dirimu menghilang?"
"Hanya itu cara yang bisa aku lakukan."
"Kamu akan membuat semua orang bersedih."
"Hal itu tidak akan terjadi." ucapku dengan wajah tertunduk pasrah. "Karena aku sudah tidak memiliki siapapun yang mau bersedih atasku."
"Apa kamu tidak terlalu cepat menyimpulkannya?"
"Tidak. Aku sudah memikirkannya sejak lama, dan aku tiba di sebuah kesimpulan-bahwa aku harus menghilang."
"Hahhhh..." anak kecil itu menghela nafas berat. "Jika itu memang sudah keputusanmu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Karena itu aku berikan ini padamu."
Anak kecil itu memberikanku seikat bunga Tulip putih.
"Tulip putih? Apa maksudnya?" tanyaku.
"Terima saja, aku berdoa agar kamu selalu mendapat kebahagian dan tidak mendapat penyesalan dikemudian hari."
"Terimakasih."
Aku berterimakasih padanya seraya membungkukan tubuhku. Setelah itu aku kembali menaiki tangga gedung. Saat jarakku dan anak kecil itu mulai menjauh, aku mendengar gumaman yang sangat pelan-hampir tak terdengar olehku.
("Semoga kamu akan mendapat kebahagiaan atas semua yang sudah kamu alami. Maafkan aku, aku sangat menyesal.")
Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia maksud, aku hanya fokus menyeret kakiku yang mulai terasa berat untuk menaiki tangga gedung.
Meski tubuhku terasa hancur, aku tetap melanjutkan perjalananku. Hingga aku tiba diatap gedung tertinggi di distrik kosong ini.
Pemandangan yang aku lihat hanyalah langit malam yang gelap. Kesunyian yang terasa benar-benar membuatku merasa nyaman sekaligus perih.
Aku menyeret kakiku yang mulai tidak bertenaga menuju tepi atap gedung.
'Semua akan baik-baik saja.'
'Mengapa aku menjadi ragu seperti ini.'
'Aku sudah melakukan sesuatu yang benar.'
'Semua akan baik-baik saja.'
'Itu akan terjadi saat aku menghilang.'
'Semua orang akan bahagia.'
'Semua orang akan kembali memulai kehidupannya dengan senyuman.'
'Tak ada yang perlu aku khawatirkan.'
'Keluarga...'
'Teman-teman...'
'Dan semua orang... Akan bahagia.'
'Aku hanya perlu menghilang'
'Menghilang selamanya dari kehidupan semua orang.'
'Hanya itu yang bisa aku lakukan.'
'Karena itulah....'
"JANGAN RAGU WAHAI DIRIKU!!!" teriakkan itu membuatku menghempaskan tubuhku ke bawah gedung.
Aku membuang bunga tulip putih dan menyisakan Higanbana yang aku pegang erat untuk menemani tindakanku dikesunyian malam. Dan dengan ini aku akan menghilang selamanya.
"Selamat tinggal semuanya."
"Aku menyayangi kalian."
Vote?
Komen?
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Sheep X Lycoris
Teen FictionKeputusasaan dan kehampaan menimpa hati seorang gadis remaja. Tidak ada kebahagian yang terlihat di matanya. Hanya terlihat rasa sakit, penyesalan dan ketidakmampuan. Hari-hari yang dia jalani sangatlah berat, yang membuatya ingin segera mengakhiri...