"Kenapa kamu ingin menghilang?"
Aku membuka mata dan mendapati seorang anak kecil dengan bunga tulip putih dan higanbana berdiri tepat dihadapannya dengan wajah datar tanpa emosi.
"Siapa kamu?" tanyaku. Aku kemudian menoleh dan melihat sekeliling, "dan dimana ini?"
"Apa kamu nggak ingat tentang yang sudah terjadi?"
Kepalaku terasa sakit saat aku mencoba mengingatnya. Hanya satu yang aku tahu, aku berada di pelantaran gedung tinggi yang terletak di distrik kosong.
"Aku tanya sekali lagi. Apa kamu yakin ingin menghilang?"
Aku menatap anak kecil itu lagi dengan seksama. Sosoknya sangat tidak asing bagiku. Baju yang dia kenakan pun sama dengan yang aku pakai. Tatapanku menjadi sangat dingin terhadapnya, "Ini bukan urusanmu! Dan jangan ikut campur!"
"Tentunya ini sudah menjadi urusanku. Kamu dan aku merupakan orang yang sama."
Aku mengerutkan dahi tidak mengerti, "Hah? Apa maksudmu?"
"Ikuti aku."
Dengan ragu, aku melangkahkan kakiku mengikuti langkah anak kecil itu. Kami menaiki tangga dan berdiri di sebuah altar. Aku penasaran dengan kedua yang di pegang anak kecil itu.
Higanbana atau red spider lily melambangkan kematian dan reinkarnasi. Sementara bunga tulip putih melambangkan; simpati, permintaan maaf, penyesalan dan pengampunan. Menurut bahasa bunga saja, kedua bunga itu melambangkan kematian. Tapi kenapa dia memegang bunga dengan makna yang seperti itu ya.
"Antara Higanbana dan Tulip putih mana yang akan kamu pilih?"
"Kenapa aku harus memilih?"
"Ini akan menjadi jawaban atas semua pertanyaanmu."
Jika dipikir secara teori kedua bunga itu terlalu mengerikan. Aku tidak tahu mana yang harus kupilih.
Anak kecil itu menghela nafas dengan berat. "Hah... jadi kamu tidak sungguh-sungguh dengan keinginanmu itu ya."
"Hahh!? Jangan bicara omong kosong!"
"Kalau begitu aku akan berikan kedua bunga ini untukmu."
Aku hanya terdiam dan menatap lurus ke arahnya.
"Kenapa kamu hanya diam saja? Pegang ini."
Anak kecil itu menyerahkan kedua bunga itu ke tanganku. Aku terpaksa mengambil kedua bunga itu. Namun tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit dan membuatku meluncur bebas ke tanah. Samar-samar aku mendengar suara banyak orang, merasakan banyak cahaya yang masuk ke indra penglihatan dan bunyi sirine yang sangat memengakkan telinga.
Tapi satu hal yang aku sadari.
Anak kecil yang bersamaku tadi tiba-tiba lenyap. Meski aku mengedarkan pandanganku pun, aku tidak melihatnya.
Aku seketika kehilangan indra penglihatan dan tubuhku juga menjadi sangat berat. Dengan jantung yang berdegup sangat kencang memacu adrenalin. Rasa sakit yang menyentuh tanah itu terasa sangat nyata.
*Gedubrakkkk!!!
Aku mengiris kesakitan di bawah tempat tidurku. Ini udah seminggu semenjak mimpi aneh itu muncul, mimpi aneh yang membuatku terus bermimpi buruk.
Dalam mimpi itu, aku bertemu dengan anak kecil yang misterius. Anak kecil yang menyebutkan dirinya merupakan orang yang sama sepertiku. Jika dilihat dari wajah dan badannya, aku pikir dia berusia tujuh tahun. Dia memberikanku Higanbana dan Tulip putih. Dua bunga yang melambangkan kematian. Setelah itu aku melihat diriku dikelilingi banyak orang di dipelantaran gedung tinggi distrik kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Sheep X Lycoris
Teen FictionKeputusasaan dan kehampaan menimpa hati seorang gadis remaja. Tidak ada kebahagian yang terlihat di matanya. Hanya terlihat rasa sakit, penyesalan dan ketidakmampuan. Hari-hari yang dia jalani sangatlah berat, yang membuatya ingin segera mengakhiri...