"Ayasa! Tunggu aku!"
Aku menoleh pada seseorang yang sangat aku benci saat ini. Melihatnya saja membuat kebencian dan kemarahanku naik ke level tertinggi. Sekuat tenaga aku mencoba menjauh dan melupakan dirinya, tetap saja dia keras kepala dan terus berusaha berada dekat denganku.
"Ayasa!" Aku merasakan tanganku di genggam begitu kuat.
"Jangan sentuh aku lagi!" ucapku seraya menepis tangannya.
"Tapi mengapa Ayasa?"
"Jangan panggil aku dengan nama depanku, sekarang kita sudah tidak memiliki hubungan lagi. Jadi tolong tinggalkan aku, Kujou-san."
"Tolong maafkan aku Aya—" aku menatapnya dengan tajam saat dia hendak memanggil nama depanku. "Hakui-san, aku mohon maafkan aku. Dan aku ingin kembali berteman denganmu lagi."
"Teman kah..." aku menatap mata Kujou-san. Pertama kali saat aku menatap matanya adalah saat penerimaan siswa baru. Pancaran mata yang membuatku terpesona akan kelembutannya. Matanya yang selalu lembut saat menatapku, disaat aku berdiam diri layaknya anak kucing yang ketakutan.
Hari-hari yang aku jalani dengan perasaan khawatir karena perbedaan status antara aku dan siswa lain, seketika berubah total sejak aku mengenalnya. Setelah aku berteman dengan Kujou Hikari—sang bunga SMA Aogasaki—sosok yang sangat sulit di dekati bahkan tidak bisa tersentuh oleh siapapun. "Aku tidak pernah ingat berteman denganmu."
Lagi dan lagi, tanganku ditahan olehnya. "Jangan bicarakan hal menyedihkan seperti itu, Hakui-san."
Aku menarik nafasku begitu dalam untuk menahan amarahku. "Kamu yang membuat semuanya menjadi seperti ini!"
Kujou-san langsung melepas tanganku dengan wajah terkejut. "Mau berapa kali pun kamu meminta maaf, hal yang sudah terjadi tidak bisa di perbaiki lagi. Apa kamu tidak melilhat bagaimana perlakuan semua orang terhadapku?" cecarku.
Untung saja keadaan sekolah dan kelas saat ini sedang sepi, karena kami datang lebih cepat dari yang lainnya. Pada awalnya aku berniat menghabiskan waktu sendirianku untuk mengulas kembali materi yang akan diperlombakan nanti di olimpiade. Tapi aku tidak menyangka, bahwa akan ada dia di sini.
Hal yang ku inginkan memang tidak selalu berjalan sesuai rencana.
"Ha—Haku... Hakui-san."
"Aku mohon, mulai sekarang tolong menjauh dariku!" pungkasku tegas. Kujou-san masih terdiam terpaku akibat apa yang dikatakan sebelumnya. "Aku yakin kamu juga tidak mau mengalami hal yang sama denganku bukan? Dan aku juga sudah lelah dengan semua perbuatan semua orang terhadapku. Aku tidak ingin menambah bebanku lagi."
"Ta-ta-tapi..."
"Ini tidak akan terjadi jika kamu tidak sok-sok an menyerahkan posisi olimpiade mu kepadaku dengan hanya di dasari rasa kasihan. Aku sangat membenci hal itu. Meski aku tidak dapat mengikuti olimpiade, aku mungkin akan mencari cara lain untuk tetap mempertahankan beasiswa milikku."
Aku bisa melihat Kujou-san menundukkan kepalanya.
"Meskipun kamu berpikir untuk menangani semua ini, itu akan sia-sia!" cetusku. "Kalaupun aku berpikir untuk mengundurkan diri agar semua menjadi kembali seperti sedia kala itu juga tidak mungkin. Aku hanya akan mendapat hal yang lebih menyedihkan dari ini."
Aku merasakan wajahku memanas dan air mengalir di kedua pipiku. "Ka... kamu tau sendiri bukan? Semua masalah yang sedang aku alami. Kamu tahu segalanya tapi..." aku merasakan semua beban yang ku tahan selama ini seketika mulai keluar dan membuatku menangis terisak-isak.
Aku berusaha untuk menahan dan memberhentikan tangisanku, tapi hal itu tidak berhasil sama sekali. Kujou-san hanya terdiam tidak mau berkata apa-apa. Jelas saja, semua yang terjadi padaku, itu adalah kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Sheep X Lycoris
Teen FictionKeputusasaan dan kehampaan menimpa hati seorang gadis remaja. Tidak ada kebahagian yang terlihat di matanya. Hanya terlihat rasa sakit, penyesalan dan ketidakmampuan. Hari-hari yang dia jalani sangatlah berat, yang membuatya ingin segera mengakhiri...