PART 1. LAKI-LAKI RESEPSI

41 5 0
                                    

"Kamu beneran gak apa-apa kan datang sendirian?" tanya seorang laki-laki berumur 30'an yang wajahnya terbingkai di layar handphone berukuran 6,7 inch

Ternyata laki-laki itu tengah melakukan video call dengan seorang perempuan yang rupanya sangat cantik dengan balutan midress berwarna off white dengan detil beberapa butiran kristal yang bersinar ketika diterpa lampu. Ia tersenyum mesra pada lelaki itu, "gak apa-apa, sayang. Lagian kan gak mungkin juga kamu dateng sekarang."

"Nanti pulang dari resepsi sahabat kamu, jangan lupa kabarin aku ya Nona Azelia Hendrawan."

"Iya, Tuan David Hendrawan. Eh iya, keadaan kamu gimana? Disana lagi musim di—" ucapan perempuan bernama Azelia itu terhenti saat sang lelaki yang merupakan kekasihnya memotong percakapan mereka.

"Sayang, udahan dulu ya, ada yang telfon aku. Bye sayang, have fun ya!"

Belum sempat Azelia membalas salam cinta perpisahan seperti layaknya kekasih pada umumnya, sambungan video call mereka sudah terhenti begitu saja. Azelia menatap nanar background handphone nya yang menampilkan foto dirinya dan David—sang kekasih—tengah memandang satu sama lain dan tersenyum bahagia. Foto itu diambil 2 tahun lalu saat Azel—sapaan akrab Azelia—menemui David di Edinburgh, Scotlandia yang sedang menempuh pendidikan S3 nya di sana.

Tidak mau terus tenggelam dalam kekalutan hubungan FLDR—Fucking Long Distance Relationshit, ya begitulah Azel menyebutnya, ia langsung memasukkan handphone buatan korea selatan itu ke dalam tas mungil berwarna broken white yang hampir senada dengan warna midress nya.

Sudah hampir 7 tahun Azel dan David sepakat menjalin hubungan. Dimulai saat mereka masih putih abu-abu dan berawal dari kebodohan Azel, disitulah David mulai jatuh hati pada sosok Azelia yang memiliki wajah jenius itu.

"Anita, kamu beneran gak bawa topi 2?" Azel gelagapan karena hari ini adalah hari senin dan dirinya tidak membawa topi abu-abu yang merupakan barang wajib upacara di sekolah mereka. Mampus aja, batinnya.

"Beneran gak bawa. Lagian lo biasanya rajin bawa, kok sekarang malah gak bawa?"

"aku ganti tas jadi topinya ketinggalan di tas yang sebelumnya."

"yaudah yuk cari di koperasi aja. Biasanya jual topi." Anita langsung menarik tangan Azel untuk mengikutinya.

Shit! Adalah ucapan pertama kali yang keluar dari bibir mungil Azelia saat melihat pintu koperasi masih tertutup tralis besi yang artinya adalah ibu penjaga koperasi belum datang dan koperasi masih dikunci, sedangkan bel tanda upacara akan berlangsung sudah menggema di telinga Azel.

Azel semakin gelagapan, sedangkan Anita tanpa belas kasihan sudah meninggalkan Azel dan masuk ke dalam barisan kelasnya. Azel berdiri di belakang barisan dan masih menunjukkan gestur yang gelisah, tiba-tiba saja sebuah topi sudah terpasang miring di kepalanya. Ia mendongak sedikit ke atas dan terlihat seorang laki-laki kulit putih dengan senyuman manis memberikan topi miliknya sambil berucap tanpa suara "Kamu pakai topi itu aja." Katanya sambil menunjuk Azelia.

Laki-laki itu langsung pergi meninggalkan dirinya. Azelia mengambil topi yang tidak terpasang dengan benar itu dan melihat di dalamnya tertulis nama 'David Hendrawan'. Tanpa ia sadari, senyum malu-malu tersungging di bibir mungilnya itu.

Sebentar lagi Anda akan sampai ke tempat tujuan. Suara google maps membuyarkan kenangan Azel bersama David. Ia kemudian membelokkan mobil putihnya ke sebuah gedung, tempat resepsi sahabatnya, Dara.

Ia turun tepat di depan lobby dan menyerahkan kunci ke petugas valley. Datang ke resepsi seorang diri ternyata sedikit awkward, batinnya. Menatap pantulan dirinya di depan pintu lift, Azel bernafas lega. Setidaknya penampilan masih sama saat ia bersolek dari rumah, sehingga tidak perlu lagi touch up seperti perempuan kebanyakan. Azel menekan tombol 5 dan pintu lift mulai menutup, namun tiba-tiba sebuah lengan menghalangi dan pintu lift kembali terbuka. Seorang laki-laki dengan setelan jas hitam masuk dan berdiri di samping Azel dengan nafas yang memburu.

"lantai berapa?" tanya Azel.

"tolong lantai 5. Terimakasih." Katanya.

Pintu lift terbuka di lantai 5, dan Azel langsung disambut oleh petugas yang mengantar para undangan ke meja kehadiran tamu undangan. Ia menulis rangkaian nama "Azelia Maheswari" yang artinya ... sang ibu yang memberikan nama indah itu pada anak semata wayangnya itu.

Hallroom resepsi sangat megah dengan nuansa warna dusty pink yang sangat girly—tipikal warna kesukaan Dara. Ia bertaruh seratus persen kalau tema resepsinya digagas oleh Dara, wanita itu adalah penggila warna yang identik dengan feminim.

Azel bisa bernafas lega karena antrean tamu undangan yang ingin memberikan ucapan selamat tidak terlalu panjang, sehingga Azel tidak memerlukan waktu lama untuk bisa bersalaman dengan Dara.

"Azeeeellll...!!!" suara cempreng Dara menggema hampir ke seluruh hallroom. Sang empunya nama hanya menunduk malu dengan tingkah laku si ratu satu malam itu.

"berisik tau ga!" protes Azel, "by the way, selamat yaa!!!" Azel memeluknya erat, begitupun dengan Dara. Mereka layaknya dua orang yang tidak pernah bertemu selama berabad-abad, padahal sampai h-4 acara resepsi, Dara masih memaksa Azel untuk menjadi bridesmaid nya, namun karena sudah ada jadwal seminar tentang kepenulisan di salah satu kampus swasta, Azel menolak halus permintaan sahabatnya itu.

"lo sendirian nih?" tanya Dara. Azel mengangguk.

"Oy, bro!" Adit—suami Dara, memanggil seseorang di balik badan Azel.

Azel menoleh ke samping dan melihat laki-laki yang tadi bersamanya di lift. "Oy!" sapanya balik dan "selamat bro!" laki-laki itu melewati Dara dan Azel lalu langsung memberi selamat pada mempelai pria.

Dara menyenggol lengan suaminya itu, "siapa?" bisiknya.

"oh ini temen aku, baby. Namanya Gana." Teman sang mempelai pria yang bernama Gana itu bersalaman dengan Dara. Azel pun langsung ingin berpamitan pada Dara, namun tangannya langsung ditahan oleh sahabatnya itu.

"foto dulu yuk. Mas Gana juga foto ya, di samping suamiku aja."

Meski enggan, Azel berhasil memanipulasi dirinya dan dapat tersenyum cantik di depan kamera. "Mas Gana sendiri?" Dara bertanya penasaran dan dijawab anggukan oleh Gana.

"Boleh tolong jagain Azel, temen saya gak, mas? Dia sendirian juga soalnya." Azel langsung melotot tajam mendengar saran temannya itu. Begitupun dengan sang suami yang berbisik enggan.

Sahutan dari samping, memecah pertemuan antara Azel, Gana, dan kedua mempelai. Ternyata di belakang mereka sudah ada antrean yang mengular panjang. Dengan rasa yang sedikit malu, Azel langsung turun dari singgasana, diikuti oleh Gana.

"saya duluan ya, mas." Kata Azel saat dirinya dan Gana sudah di bawah.

"Oh iya silahkan."

Tanpa basa-basi, Azel langsung berjalan cepat untuk menjauhi Gana. Bagaimana tidak? Si nenek lampir Dara itu sudah membuat suasana yang canggung antara dirinya dan laki-laki yang bernama Gana itu. Siapa yang tiba-tiba mau dijagain oleh stranger di sebuah resepsi pernikahan? Kini pipi Azel sudah semerah tomat mengingat hal tersebut.

Dan begitulah, pertemuan pertama mereka. Kecanggungan antara dua insan yang sibuk dengan pikirannya masing-masing


---

Mana nih yang jadi favorit kamu? jangan lupa vote dan comment nya ya.. Terimakasih

blueyess, 2023

Meet me at 5 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang