Hari-hari berjalan seperti biasa dan tidak ada yang spesial, namun selama itu pula Azelia selalu bersemangat untuk menjalani hari-hari karena ada suatu hal yang ia tunggu di akhir pekan ini.
Yap. Ajakan dari Gana lah yang sangat ia tunggu. Setelah ajakan Gana kemarin, laki-laki itu tidak lagi menghubungi Azel. Ada kalanya ia senang karena tidak harus merasa bersalah. Namun batin hitamnya juga merasa ... kita ini sebenarnya apa? Selalu intens bertukar pesan, menanyakan kabar, atau hanya sebatas basa-basi "makan siang apa tadi?" atau "bagaimana hari ini?" sederhana, namun Azel merasakan kehangatan di setiap pesan itu.
Jujur saja, Azel ingin memastikan kalau perasaan ini hanyalah sebatas kenyamanan antara dirinya dengan Gana.
Baiklah, anggap saja ini hanya pertemuan kedua sahabat, Azel. Batinnya menguatkan.
Sebuah mobil berwarna hitam muncul di hadapan Azel. Sebelumnya, Gana akan menjemput Azel ke rumahnya, namun ajakan itu ditolak Azel karena merasa tidak enak. Akhirnya, Gana menyetujui saran Azel untuk menjemputnya di sebuah halte dekat pusat perbelanjaan.
Kaca mobil perlahan turun dan menampilkan wajah Gana yang hari ini sangat mempesona. Butuh setengah detik membuat Azel kehilangan fokus setelah melihat Gana sore ini. Garis wajahnya seperti sosok laki-laki biasa. Namun entah kenapa aura yang menyelimuti Gana sangat membuat Azel terpana.
"Ayo masuk" Gana membuka-kan pintu penumpang dari dalam. Azel tersenyum.
Suasana di dalam mobil masih hening tanpa ada obrolan, baik dari Gana maupun Azel. Hanya suara radio yang memutar lagu terkini.
"Jalanan selalu macet ya" Gana memulai percakapan ringan di sore ini.
"Begitulah, namanya juga ibukota. Bukan Jakarta kalau gak macet dan banjir." Azel terkekeh mendengar lelucon yang menurutnya 'garing' ini. Seketika, ia menyesali ucapannya barusan. Kenapa juga ia harus mengatakan itu? Azel kembali terkekeh. Bagaimana kalau Gana menganggap Azel seperti orang aneh?
"Maaf ya jadi buat kamu macet-macet begini"
Azel membetulkan posisi duduknya, ia menoleh ke arah Gana yang sedang fokus menyetir. Tangannya dikibaskan di udara, "Enggak, kok. Kan saya yang meng-iyakan ajakan Mas Gana. Lagipula saya juga sedang mau jalan keluar kok."
Gana yang tadi sedang fokus menyetir, menoleh ke Azel. Mereka sempat bertatapan beberapa detik. "Syukurlah."
Azel melihat jalanan yang didominasi kendaraan roda dua. Tanpa ia sadari, senyumnya merekah di wajahnya.
---
Selama perjalanan menuju restoran, tidak ada hal yang istimewa. Hanya menceritakan aktivitas mereka sehari-hari Gana yang menceritakan kesehariannya sebagai dosen.
Azel tertawa saat Gana bercerita tentang tingkah laku salah satu mahasiswa nya. Saat itu memang awal semester bagi mahasiswa baru, jadi mereka belum mengenali semua dosen di fakultas. Saat masa orientasi mahasiswa, Gana memang tidak datang dalam acara pengenalan kampus, jadi sudah pasti tidak ada mahasiswa yang mengenal Gana.
Saat berjalan menyusuri lorong untuk mengisi perkulihan di sebuah kelas, Gana ditepuk dari belakang oleh mahasiswi yang sedang berlari. Sepertinya dia akan telat masuk perkuliahan. "Hei, ayo buruan, santai banget jalannya. Pak Gana nanti keburu dateng, kata kating dia dosen killer loh." Padahal, yang dia maksud dosen killer itu ada di hadapannya. Orang yang dia ajak ngobrol saat ini. "Duluan ya." Katanya sambil berlalu, dan benar saja. Kalau mahasiswi tadi masuk ke kelas yang sama dengan Gana.
"Pagi." Kata Gana menyapa. Ia melirik mahasiswi yang tadi berpapasan dengannya. Terlihat ia sedang menyembunyikan wajah mungilnya di balik tas ransel miliknya. Hal itu yang tidak akan terlupakan oleh Gana sebagai dosen.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meet me at 5 PM
RomanceKedua insan bertemu karena cinta yang sudah tidak memihak pada mereka. Cinta yang dulu membara kini telah menjadi arang. Azelia dan Gana mencari percikan itu lagi, mencari perasaan yang membuat kupu-kupu terbang di perutnya. Hati ragu namun rasa ma...