Hari-hari berjalan seperti biasa. Azel sibuk dengan urusannya, begitupun dengan Gana. Namun meskipun demikian, intensitas berbalas pesan keduanya masih sering. Gana yang lebih sering mengirim cerita-cerita harinya. Ada cerita yang lucu, ada juga cerita yang sepertinya Gana membutuhkan semangat dari Azel.
Setelah sekian lama mengenal dan bertemu, Azel mengetahui bahwa Gana adalah orang yang humoris. sense of humor nya sangat simple, tapi bisa membuat Azel tertawa terbahak mendengarnya. Contohnya saat mereka pergi bersama sekitar 5 hari yang lalu.
Saat itu mobil memang sunyi, hanya alunan musik yang berputar di pengeras suara mobil Gana.
"Azel, tadi saya habis ke apotek. Beli obat tidur"
Azel langsung menoleh ke Gana yang masih fokus pada jalanan. "Kamu kenapa, Mas? Insomnia? Pasti jam tidur nya berantakan karena ngurus materi ya? Atau kenapa?" tanyanya memastikan.
Gana menggeleng. "Bukan. Saya cuma beli obat tidur aja. Pulang dari apotek saya jalan pelan-pelan banget."
"Sekarang Mas Gana masih sakit ya? Kita pulang aja ya kalau gitu."
Lagi-lagi Gana menggeleng. "Saya gak sakit. Saya cuma takut obatnya kebangun. Kan obat tidur."
Sejenak Azel terpaku mendengar joke Gana. Ia melirik Gana yang ternyata juga melihatnya. Saat bertatapan, akhirnya mereka tertawa bersama. Benar-benar tertawa yang seakan-akan esok kami tak akan lagi bisa merasakan tawa.
"Kamu habis makan apa, Mas?"
Gana kembali tertawa.
Nada dering handphone Azel berbunyi. Tertulis nama David disana.
"Halo, David?"
"Halo, Azel. Maaf ya aku baru bisa telpon kamu. Banyak banget tugas di kampus. Sekarang juga aku udah harus ke perpus untuk review materi nanti."
Perbedaan 6 jam antara Jakarta dan Edinburgh membuat keduanya kesulitan komunikasi. Hal itu membuat hubungan mereka sedikit renggang karena tidak adanya lagi bonding antar keduanya. Bahkan David seakan-akan tidak mau lagi mengusahakan hubungannya dengan Azel. Namun Azel tetap berfikir positif. Kuliah di luar negeri memang membutuhkan energi sebesar itu. Azel pun juga merasakan saat ia melanjutkan program master nya di Australia.
Meskipun tidak dapat dilihat oleh David, Azel mengangguk. "Iya. Kamu jangan lupa ma-"
Sambungan telepon langsung terputus sebelum Azel menyelesaikan ucapannya. Mungkin David benar-benar sedang sibuk, hingga ia harus terburu-buru karena dikejar waktu. Azel harus memakluminya. David seperti itu pun untuk masa depannya, dan mungkin untuk masa depan Azel juga.
Sebenarnya, Azel dan David sering membahas pernikahan. Semakin dewasa mereka, diskusi tentang pernikahan kerap kali menjadi topik utama. Bukan hanya karena dikejar usia dan perintah orang tua, namun memang Azel dan David yang sudah berkomitmen untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sekali lagi ini hanya sebuah rencana, kedepannya Tuhan yang menentukan. Tapi bukankah dua orang lawan jenis yang menjalin hubungan lama, memang dipersiapkan untuk menjadi sepasang suami-istri?
Dentingan notifikasi pesan di ponselnya, membuat Azel kembali ke dunia nyata. Nama Gana muncul di paling atas pesan masuk.
"di cafe lagi ada menu baru, mau cobain?" tanpa sadar, sudut bibir Azel tertarik ke atas. Pertanyaan itu membuat Azel seakan dihargai oleh seseorang.
"Boleh. Saya kesana ya, Mas Gana." Buru-buru Azel mengganti baju, menata rambutnya, dan memoleskan sedikit make up di wajah cantiknya. Bulu matanya yang lentik, bibir merah muda nya yang ranum, dan alis wajahnya yang tebal, seperti tak perlu dipoles berlebihan. Karena tanpa make up pun, Azel sudah cantik.
![](https://img.wattpad.com/cover/340637546-288-k728160.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet me at 5 PM
RomantizmKedua insan bertemu karena cinta yang sudah tidak memihak pada mereka. Cinta yang dulu membara kini telah menjadi arang. Azelia dan Gana mencari percikan itu lagi, mencari perasaan yang membuat kupu-kupu terbang di perutnya. Hati ragu namun rasa ma...