2. Lagu

165 20 0
                                    

Gue sedang berada di perpustakaan, bersama dengan anak-anak kelas gue yang kebetulan sedang di beri tugas karena guru sedang rapat.
  
Gue bersama Karin sedang membaca buku cerita bahasa inggris yang nantinya akan di presentasikan, sebenarnya ini adalah tugas kelompok. Kelompok gue dan Karin berpencar mencari buku dan mengirimkannya ke grup chat.  

Sambil mendengarkan lagu dengan earphone, gua tenggelam dalam cerita. Sungguh ini benar-benar menyenangkan seakan beban gue hilang begitu saja bersamaan dengan setiap baris yang gue baca dan lirik lagu yang gue dengar.  

Only by Leehi, suaranya begitu menenangkan. Itu lagu yang gue dengar sekarang.  

Tak terasa waktu istirahat tiba, gue menolak untuk menuju kantin karena gue membawa bekal.

Alhasil, gue masih berada di dalam perpustakaan, menyelesaikan buku yang masih dibaca karena merasa tanggung tinggal beberapa bab lagi.
  
Baru 3 paragraf  terbaca, dan mengapa harus lagu puzzle piece by NCT Dream yang berputar sekarang. Pasangan puzzle masa SMP yang tentunya puzzle tersebut ada kak Atlan salah satunya terpasang di otak gue.  

Padahal sudah lama gue sudah melupakan kak Atlan. 

Atau memang seharusnya tidak usah gue lupakan, apakah gue salah jika ingin melupakan kak Atlan?  “Huft,” gue membuang nafas kasar.  

Akhirnya gue memutuskan untuk balik ke kelas, mood gue sudah rusak dan perut gue membutuhkan asupan makanan.  

Gue balik ke kelas dengan earphone yang masih terpasang dan lagu yang masih berputar.

Memasukkan satu tangan ke dalam saku dan berjalan santai.  

Bugh  

Entah gue melamunkan apa, gue terkejut karena menabrak seseorang.  

“Eh, maaf kak.” Gue membantu kakak itu merapihkan buku yang tersebar.  

Kakak itu hanya mengangguk dan berlalu setelah selesai.  

Gue mengedikkan bahu dan melanjutkan perjalanan menuju kelas.  

Suasana kelas masih sepi tentu saja tapi tidak terlalu sepi, gue membuka bekal yang dibawa lalu memulai memakannya sambil menonton film kartun. Ini kebiasaan baru gue, yang tidak bisa jika makan tidak menonton film. 

“Hai Nula, kangen gue nggak.” Karin menyapa gue dan langsung duduk di depan gue.  

“Ehey Karin,” Ucap gue sambil mencubit pipi nya karena sedikit gembul.

"Ish, selesain dulu makannya nanti mau nyontek tugas Ekonomi ya,” Ucap Karin.

“Okey.”  

Gue segera menyelesaikan makan dan memberi buku ekonomi gue.  

“Ada tugas lagi nggak Rin?” Tanya gue.  

“Nggak ada, kalau besok ada matematika, sosiologi,” Jawab Karin singkat sambil menyalin tugas. 

“Kamu udah?” Tanya gue.  

“Belum semua si, nantian aja lah kan buat besok inih hehe,”  jawab Karin sambil tersenyum misterius.

“Oke deh.”  


...  


Beberapa jam berlalu, kini bel pulang sekolah telah berbunyi.  

“Nula, ayo ke depan bareng,” ajak Karin.  

Akhir-akhir ini memang gue lebih sering bersama dengan Karin, entah mengapa tapi kita berdua ini partner langganan toilet.  

“Ayo.” Gue menggandeng Karin yang sedikit lebih pendek dari gue.  

Sesampainya di gerbang kita berpisah karena gue terbiasa menaiki bus.  

Menunggu bus datang memang kebiasaan gue, walau sedikit bosan ya mau bagaimana lagi?  

Tap tap tap  

Suara langkah kaki di samping gue membuat gue reflek menengok.  

Citt  

Bus berhenti di depan halte, membuat atensi gue beralih. Tetapi gue mencoba memperhatikan orang yang tadi, sepertinya gue pernah melihatnya.  

Gue mengedikkan bahu dan berjalan memasuki bus.  

Sambil menunggu, gue mencoba mendengarkan lagu dan memperhatikan luar jendela.  

Suara perut gue membuat pipi gue memanas, astaga benar-benar tidak bisa di ajak kompromi.

Gue berjalan keluar dari bus setelah ia berhenti dan cepat-cepat pulang menuju rumah.   
  
“Huft,” hela gue.  

“Mamah, Nula laper,” kata gue ke mamah yang kebetulan sedang menyapu di teras.  

“Ya tinggal makan sanah,” jawab mamah.  

Gue mengangguk, sebelum akhirnya memutuskan untuk membersihkan badan terlebih dahulu karena badan gue terasa sangat lengket.  

Setelah mengambil makan gue balik lagi menuju kamar, walau tidak boleh makan di kamar tapi sudah terlanjur nyaman.  

“NULA, MAMAH PERGI SEBENTAR,” teriak mamah dari luar.  

“IYA MAH,” jawab gue.  

“PINTUNYA DI KUNCI YA,” lanjutnya.

“IYA.”  

Gue segera mengunci pintu dan menyelesaikan makan.  

Rumah ini benar-benar sepi, Papah gue sedang bekerja dan gue anak tunggal. Ya, memang nasib anak tunggal begini.  

Tak apa, karena sudah terbiasa gue menyalakan lagu keras-keras bodo amat tetangga mendengar yang terpenting kamar gue tidak sepi.  

Selesai makan, gue mencoba mengerjakan tugas walau enggan. Tetapi sedikit-sedikit lah gue kerjakan, sisanya bisa nantian.  

Setelah itu gue membuka sosmed dan tertidur.  

Lagu yang terputar sangat nyaman dan pas dengan pendengaran gue, dan gue sengaja membiarkannya sampai terlelap.  


Tbc.  

Atlan  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang