7. Rapat Hakrab

46 13 2
                                    

“Oke, jadi itu pembagian kelompoknya silahkan duduk sesuai kelompok,” ucap Qila-teman ekskul Nula.

Sekarang Nula sedang menghadiri kumpul ekskul. Sebenarnya hakrab ini di tujukan untuk adik kelas agar mereka tidak canggung apabila di tugaskan 1 kelompok,

“Sekarang kalian bahas aja dulu penampilan yang akan kalian tampilkan, kakak mau kumpul bersama osis dan anak ekskul fotografi. Terima kasih, selamat bekerja,” ucap Qila. 

“Baik kak terima kasih,” ucap seluruh anak kelas yang berada di ruangan. 

Gue berjalan keluar dari ruangan, heran tugas gue apaan dari tadi hanya menyimak saja. 

Tadi ekskul gue memakai 2 ruangan karena yang mengikuti hanya sedikit, tidak-tidak, memang anggotanya sedikit.

Gue, Qila dan 2 anak seangkatan gue di tugaskan untuk menyampaikan pembagian kelompok tadi. 

Sesampainya di ruangan kumpul pengurus acara semuanya sudah selesai tinggal tugas anak fotografi.

Gue dan 3 teman gue yang tidak mengikuti rapat hanya di suruh membaca hasil tadi rapat dan tugas yang akan di selesaikan.

Sisanya ada yang mengurus surat izin, menyiapkan proposal, membahas alat apa saja yang di pakai, menyiapkan plan b jika plan a tidak berjalan sesuai, dll. 

Memang se-ribet dan se-pusing itu,

Nula saja sedikit tidak paham dengan kata-kata yang ditulis temannya itu walau sudah di jelaskan, ia tetap tak paham.

Ruangan ini sungguh berisik, ia jadi tak fokus. Semoga saja otaknya tak meledak dan mengeluarkan kata-kata mutiara jika ia kesal. 

Beberapa saat ia hanya bisa sedikit memahami seterusnya tidak, karena rapat sudah selesai. Nula dan 3 temannya balik ke ruangan adik kelas untuk membubarkan acara. 

“Halo adik-adik,” sapa gue sembari tersenyum. 

“Halo kak,” jawab seluruh anak. 

“Karena acara pada sore ini sudah selesai, kita bubarkan ya. Sebelumnya terimakasih yang sudah hadir ayo kita berdoa terlebih dahulu sebelum pulang. Berdoa menurut agama masing-masing, berdoa mulai.” Setelah Nula menyelesaikan ucapan seluruh ruangan hening. 

“Selesai, terimakasih semuanya. Hati-hati di jalan,” ucap gue sembari melambaikan tangan kepada adik kelas yang berjalan keluar ruangan.
 
“Iya kak, terimakasih kembali.” 

Saat ruangan sudah sepi, gue dan Qila membereskan meja yang berantakan. Dan setelahnya kami pulang kerumah. 

“Hah capek banget. Udah malem boleh mandi nggak ya?” gumam gue. 

“Enggak papa lah sesekali.” Gue pun mengambil handuk dan mandi dengan cepat. 

Tadinya, gue ingin makan malam karena di tawarin mamah. Tepi kayaknya gue udah nggak nafsu karena capek. 

Dan setelahnya gue tertidur dengan kamar yang berantakan. 

Pagi nya saat membuka mata, gue langsung kaget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi nya saat membuka mata, gue langsung kaget. Bisa-bisanya kamar gue benar-benar seperti kapal pecah. 

“Ah bodo lah, nanti aja,” kata gue langsung ke kamar mandi dan turun untuk sarapan. 

Hari ini tanggal merah, jadinya gue bisa santai.

Selesai sarapan gue berencana ingin menonton film bergenre romansa comedy namun urung karena novel yang gue sukai sudah up story. 

Dengan cepat gue membaca dan memberi komen positif agar penulis yang menulis novel itu sering-sering up. Tidak hanya untuk up tetapi gue juga ingin di notice sang penulis. Itu impian gue, ah jika benar-benar di notice gue bakalan joget di tengah lapangan sekolah. 

“Nula, kamu ingin ikut ke rumah nenek nggak sayang?” kata mamah ku yang terdengar dari kejauhan. 

“Mau mah, Nula siap-siap dulu.” 

“Mamah sama Papah tunggu di mobil ya,” kata mamah. 

“Iya.” 

Setelah beberapa saat Nula sudah siap untuk berangkat, ia memperkirakan mungkin pulang ke rumah pasti malam atau pagi. Karena biasanya nenek kangen dengan keluarganya, jadinya Nula membawa tas besar berisikan baju sekolah dan perlengkapan untuk besok. 

Cklek 

Nula selesai memasang sabuk, dan ia duduk dengan tenang sambil memainkan ponselnya. 

“Pah, nanti mampir beli jajan ya,” celetuk Nula. 

“Mau jajan apa?” tanya Papah. 

“Bingung, gatau nanti. Tapi Nula pengen beli mie juga, buat makan di kamar kalau lagi laper malem-malem,” jelas Nula. 

“Oke, mamah mau beli apa?” tanya Papah. 

“Beli chiki aja, nanti mamah mau masak di rumah nenek,” jawab mamah. 

Suasana mobil kembali hening, mamah tengah tertidur dan Nula sedang bermain dengan Karin sambil memakai earphone.

Papah Nula memang bukan orang yang suka berbicara jika tidak ada yang membuka obrolan. 

Papah menepikan mobilnya karena menemui supermarket. Untungnya game gue dan Karin telah selesai. 

“Kamu yang milih aja, Papah nemenin mamah disini,” ucap Papah. 

“oke, duitnya mana?” tangan gue mengadah meminta duit. 

Papah pun memberikan uang 3 lembar berwarna merah. Biasanya kalau sisa bakal buat gue, gue harus mencari makanan yang murah dan berkualitas agar uang sisanya banyak dan bakal gue simpan. 

Kalau kata papah, “Ngapain irit-irit nanti papah tambahin.” Kalau mamah denger sih bakal di jewer kuping Papah. Tapi gue tetap bakal irit biar cepet kaya.

Dengan cepat gue membeli makanan dan membayarnya. Kami pun kembali melakukan perjalanan. 

Tidak terlalu jauh sih sebenarnya rumah nenek, hanya saja jalan pintasnya tengah di tutup karena jembatan di sana rusak.  Maka dari itu terasa jauh karena harus memutar jalan.


Tbc. 

Atlan  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang