Sekarang Gea di kursi sembari melihat Rizal yang sedang mengepel lantai. Adik tirinya itu terperangkap ke dalam jebakannya. Rasain! Siapa suruh dia sudah berani melawannya.
Flashback on__________________£
Klik
Cewek berambut pendek itu mengunci Rizal di dalam toilet. Sekarang ia tinggal menunggu sampai cowok itu selesai buang air dan setelah itu ia bisa membuat negosiasi yang tentu sangat menguntungkan untuknya! Hwahwahaha!
Peluang emas itupun datang. Rizal mendobrak-dobrak pintu toilet. Dia berteriak, "Kak Gea, kok pintunya nggak bisa di buka?"
Gea tertawa cekikikan, "Hahahah iyalah orang gue kunci!" jawabnya.
"Maksud, Kak Gea? Kak Gea ngunciin aku? Kok Kakak tega sih? Buka pintunya, Kak!"
"Buka sendirilah! Lo tu jangan lemah! Harus usaha dan bekerja keras apalagi lo sekarang bagian dari keluarga Papa Shandy yang artinya harus jadi pekerja keras, tangguh, dan mandiri . Eh ini bukan berarti gue ngakuin lo jadi adik gue ya, Jangan GE.ER!"
"Tapi Kak, kemarin Papa bilang sama aku buat jangan bekerja keras tapi bekerjalah dengan cerdas."
"Aish masih aja ngeyel lo ya. Yaudah kalo gitu buka sendiri tu pintu pake otak lo. Gue mau pergi, bye!"
"Kak jangan pergi please bukain pintunya. Siapa pun yang lewat tolongin aku! Aku dikunci di kamar mandi!"
Pada nyatanya Gea tidak benar-benar pergi. Cewek itu masih setia berdiri di depan pintu toilet siswa laki-laki.
"Mau lo teriak sampe jebol juga nggak ada yang bakal nolongin lo, selain gue, tapi tentu syarat dan ketentuan berlaku hihi," batin Gea.
Sebenernya ada sih orang yang seliweran lewat. Beberapa ada yang bersimpati dengan teriakan Rizal namun Gea memelototi mereka. Membuat mereka mengurungkan niat untuk membantu karena ketakutan. Berakhir, mereka buru-buru menjauh.
Setelah puas mendengar Rizal berteriak-teriak. Gea akhirnya buka suara. "Woy cecenguk, karena gue baik hati, gue bakal bukain kuncinya tapi ada satu syarat."
Mau tidak mau Rizal harus menyetujui itu, karena hp cowok itu juga saat ini sedang Gea bawa. Cowok itu tidak bisa melapor pada Papanya bwahaha!
Flashback off___________________£
"Kak, aku kan baru pertama kali masuk sekolah ini, tapi aku udah bolos pelajaran. Nanti kalau aku dimarain Papa gimana?" tanya Rizal dengan wajah memelas. Dia sudah selesai mengepel-syarat yang Gea ajukan setelah membukakan kunci pintu toilet dan mengembalikan hpnya.
Satu fakta baru yang dia dapat.
Selain tukang ngumpat, kakaknya itu ternyata cukup licik juga. Hal ini membuat Rizal harus lebih sabar."Ya bagus dong kalo lo dimarahin Papa!" jawab Gea dengan enteng. Dia berdiri sembari mengunyah permen karet. "Satu lagi-gue mau balik ke kelas dan gue juga nggak akan bilang makasih sama lo!" Setelah melemparkan tanggung jawab mengepelnya pada orang lain, dia masih saja bersikap tidak tahu diri seperti itu.
"Kalau ...," ucapan itu terjeda sejenak "kalau nanti aku dimarahin Papa karena bolos pelajaran dan aku bilang alasan yang sebenarnya, dikunci Kak Gea di toilet, Kak Gea akan gimana?" lanjutnya.
Dua langkah Gea menjauh, kalimat yang diutarakan Rizal itu berhasil menyulut emosinya.
Wah benar-benar ya, menghadapi bocah yang menurutnya sok polos itu membuatnya seperti bermain catur. Posisinya sekarang sih ... skakmat!
Sembari menatap tajam bocah itu, dia bertanya dengan nada ngegas, "Jadi ... mau lo apa, HAH?"
Meskipun dalam hati sebenarnya bergejolak menyerukan ...
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME
Teen FictionMeskipun Rizal itu ngeselin setengah mampus, tapi setidaknya kehadiran cowo itu bisa bikin hidup Gea Lulala nggak suram-suram amat.