Chapter 2

2.3K 227 3
                                    

Chika berjalan keluar dari kamar tamunya sepelan mungkin karena tak ingin menimbulkan suara sedikitpun. Ia menatap Shani sekali lagi yang akhirnya tenang dan tertidur, lalu menutup pintu perlahan.

Mantannya yang tidak pernah berhenti dia cintai saat ini sedang mengandung bayi dari laki-laki lain dan sekarang mantannya itu sedang tidur di kamar tamunya.

Saat Chika berjalan untuk ke kamar tidurnya ia berfikir kembali, Chika menyadari menggabungkan semua kata itu dalam satu kalimat sama sekali tidak masuk akal.

'Mantannya, yang masih ia cintai. Hamil dengan orang lain. Dan sekarang berada dikamar tamunya.'

Chika memijat pelipisnya, bingung  Namun itu adalah kenyataannya.

Chika duduk dipinggir ranjangnya, ia yakin tidak akan bisa tidur malam ini. Chika menghela nafas pelan, dan perlahan berbalik ke arah nakas dan membuka laci. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang terselip hampir di bagian belakang laci; seolah-olah itu dimaksudkan untuk tidak pernah ditemukan lagi.

Chika bahkan tidak perlu membuka kotak itu dan melihat isinya; setiap ingatan, setiap emosi yang terkait dengan Shani datang kembali. Saat dia mengeluarkan polaroid di dalam kotak yang menangkap begitu banyak saat-saat bahagia yang mereka habiskan bersama sebagai pasangan, Chika tidak bisa tidak mengingat bahwa suatu hari dia berharap bisa melupakan memori itu -

"Maafin aku Chika. Aku ga bisa melanjutkan hubungan ini lagi."

Itu terjadi hampir 4 tahun yang lalu.

Mereka telah bersama selama 3 tahun. Awalnya mereka berdua mencoba melawan perasaan yang mereka miliki satu sama lain selama 4 tahun di perguruan tinggi di Bandung; tetapi pada akhirnya, Chika dan Shani tahu bahwa tidak mungkin lagi menyangkal diri.

Mereka memutuskan untuk bersama setelah Lulus dan pindah ke Jakarta - Chika memulai pekerjaannya sebagai Arsitek junior, dan Shani melanjutkan studinya tetap dijurusan hukum. Semuanya tampak sempurna. Mereka adalah pasangan yang dipuja dan diinginkan semua orang. Chika tidak pernah tahu seseorang bisa merasakan begitu banyak kegembiraan dalam hidup; dia memiliki karirnya, tinggal di pusat kota, hidupnya berjalan sesuai rencananya, dan dia memiliki Shani.

Suatu malam, tiba-tiba, Shani mengajaknya untuk duduk dan bicara.

Shani memberi tahu Chika impiannya yaitu dia menginginkan sebuah keluarga - seorang suami, ia ingin memiliki anak dari rahimnya sendiri, juga mungkin rumah dipinggir kota yang asri dengan pagar kayu putih juga halaman belakang yang luas.

Shani memberi tahu Chika bahwa dia sangat mencintainya, tetapi tak bisa dipungkiri, impiannya sejak kecil itu sangat membebani dan ia kesulitan untuk mencapai impian itu jika bersama Chika. Sampai di satu titik, Shani meledak, ia jengah dengan dilema itu.

Shani memberi tahu Chika bahwa dia tidak bisa bersamanya lagi.

Malam yang terjadi hampir 4 tahun lalu itu, adalah malam yang Chika harapkan bisa terhapus dari ingatannya selamanya.

Dan kini, wanita yang senyumnya masih bisa meluncurkan ribuan kupu-kupu dihatinya, wanita yang masih bisa menarik setiap syaraf dan otot relung hati Chika dengan mata teduhnya, sedang tidur di kamar tamu Chika, patah hati, karena laki-laki yang ia kira adalah belahan jiwanya telah membuang dirinya setelah mengungkapkan kepadanya bahwa dia hamil.

Chika tidak tahu harus merasakan apa lagi.

___________________________________________

Our Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang