7

5 2 0
                                    

"bokap gue pulang-pulang sakit, jantungnya hampir kumat karena bokap lo tiba-tiba pecat bokap gue dan gue harus pulang sekarang juga" jawab Nata murung.

"loh? yaudah pulang sana. Itu kue yang lebih lo bawa pulang aja, kasi bunda sama semuanya, eh atau ga, gue ikut deh sekalian minta maaf" ucap Wirana.

"udah lo diem aja di rumah, gue gamau liat lo udah kek vas bunga hancur gini"

Wirana melotot mendengar perkataan Nata dan bersiap meninjunya, "ohh?? Vas bunga hancur?? lancar juga tu mulut ya!"

Nata hanya tersenyum polos dan segera pergi ke garase sebelum tinju Wirana mendarat di wajahnya. Wirana hanya menggelengkan kepalanya dan berniat menyusul Nata. Namun belum sempat melangkah ia mendengar sebuah panggilan dari ayahnya.

Mau tidak mau dia harus mengangkatnya namun ia memilih diam menunggu 'perintah' atau 'cacian' yang akan datang.

"kamu di rumah kan?"

"hm" jawab Wirana tanpa ada niat.

"bagus. kita di perjalanan pulang, kamu tunggu di ruang tamu, ada yang mau dibicarakan"

panggilan terputus dan Wirana hanya melempar hpnya ke sofa dan menyusul Nata ke garase.

***
"gue pulang ya ra" ucap Nata sambil melambaikan tangan dari dalam mobil.

"iya bawel, lo udah ngomong itu lima kali dari tadi" balas Wirana ketus.

"nah ini baru Rara yang gue kenal. lo jaga diri lo baik-baik. kalau emang mereka kelewatan, gue bakal bantu lo"

"iyaa thanks nat, tapi gue bisa sendiri kok" ucap Wirana.

"ra manusia dimana-mana makhluk sosial, ga bakal bisa sendiri ra" ucap Nata.

Wirana hampir tersentuh mendengar kata-kata Nata sebelumnya dan tersadar bahwa ia tidak sendiri selama ini.

Nata melajukan mobilnya pulang dan Wirana pun masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan sedikit tenang.

***
Ketenangan Wirana kembali dihancurkan saat kakaknya Dimas mendobrak pintu kamarnya dan mengguyurnya dengan air. Wirana dengan terpaksa bangun.

"lo dipanggil ayah. cepet bangun" ucap Dimas lalu keluar dari kamar Wirana.

WIrana mengganti bajunya yang basah dan segera memenuhi panggilan ayahnya ke bawah.

Saat ia sudah turun, ia melihat kakak dan ayahnya, namun tidak melihat tanda-tanda keberadaan saudara kembar dan ibunya.

"duduk" perintah Devan dengan ketus.

Wirana menaati dan duduk di depan ayahnya. Ia hanya menebak bahwa ini pasti membahas masalah yang terjadi pada Mirana, namun ia tidak bisa menebak masalah apakah itu.

"menjauh dari Nata" ucap Dimas tanpa basa-basi.

Wirana terkejut dan bingung mendengar ucapan kakaknya, bahkan ia tidak ada melakukan kesalahan apapun lagi.

"benar. Mira suka dengan Nata. Kamu harus menjauh dari Nata agar Mira bisa mendekati Nata, Ia tidak bisa mendekatinya selama ini karena kamu selalu bersama Nata" timpal Devan dengan serius.

"Kalau ia ingin dekat dengan Nata, aku biarkan dia mendekatinya. Aku dan Nata hanya sahabat dari SMP dan kita tidak memiliki hubungan apapun itu. Kalau dia ingin, maka biarkan ia berusaha dengan tenaganya. Kalian selalu memanjakannya" ucap Winata acuh tak acuh.

Plakk..

Sebuah tamparan mendarat di pipi Wirana, bukan dari Devan melainkan dari Dimas. Dimas sudah emosi semenjak adiknya Mirana ditolak oleh orang yang dijodohkan dengannya. Ia tidak menerima bahwa adiknya ditolak.

THE FREAK FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang