3. Tentang Vincent

46 16 11
                                    

Hai Hai

Happy Reading

*****

"Terkadang keluarga yang sering dianggap rumah juga bisa menjadi sumber luka terhebat"
.
.
.
.
.
.

Seorang pemuda terlihat sedang berdiri di balkon sebuah kamar, kedua tangannya memegang pinggiran pagar balkon sembari menatap keatas langit malam yang tampak gelap nan kosong.

Tidak ada satu pun benda angkasa yang menampakkan diri di atas sana, bulan yang biasanya bersinar tampak menyembunyikan dirinya di balik awan gelap. Bahkan bintang-bintang yang biasanya bertaburan di atas angkasa enggan untuk menampakkan dirinya.

"Vincent"  Sebuah suara membuat atensi pemuda itu teralihkan kepada seseorang yang baru saja memanggilnya.

Seorang pria paruh baya terlihat muncul dari balik pintu. Ia terus melangkahkan kakinya menuju kearah pemuda yang ada di depannya itu.

Namun sebelum ia sampai berhadapan denganya, pemuda itu lebih dulu membalikkan kembali badannya menghadap balkon. Seperti menghindar untuk berhadapan dengannya.

"Anda ada perlu apa sampai menemui saya?" Tanya Vincent tanpa membalikkan badannya.

"Apa salah kalau papa ingin ketemu sama kamu?" Seru pria yang menyebut dirinya Papa itu, namun Vincent hanya mengedikkan bahunya acuh.

Dia Anandra Emilio Addison, Ayah dari Vincent Emiliano Addison. Seorang pengusaha terkanal yang mendunia sekaligus CEO sebuah perusahaan A.D Company. Perusahaan yang dimiliki keluarga Addison yang bisa di bilang sudah merajalela. Tapi jangan terpesona dengan perusahaan tersebut karena dibalik kejayaannya terdapat banyak sisi gelap dengan campur tangan milik seorang Anandra Emilio Addison di dalamnya.

"Papa mau bicara sama kamu" Ucap Anandra mengubah raut wajahnya menjadi lebih serius.

"Bicara apa? Bicara tentang dunia anda dan memaksa saya untuk mengikuti keinginan anda yang tidak pernah ada habisnya itu?" Seru Vincent yang seakan sudah tau apa yang akan Papanya itu bicarakan. Ia membalikkan badannya menatap tajam kearah pria di depannya.

"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Papa ngelakuin ini demi kebaikan kamu"

"Demi kebaikan saya? Bukankah demi memenuhi kebutuhan hasrat anda yang gila akan harta?" Vincent menatap dengan tatapan meremehkan lalu tersenyum kecut.

"Jaga ucapan kamu Vincent!" Sahut Anandra sedikit mengeraskan suaranya, ia sudah tidak sabar menghadapi sikap putra semata wayangnya itu. "Kalau bukan kamu, siapa lagi yang akan menjadi penerus Papa" lanjutnya.

"Saya tidak akan pernah menuruti kemauan gila anda! Dan tidak akan mengikuti jejak bajingan seperti anda! SAMPAI KAPAN PUN ITU!!" Ucap Vincent tegas dengan menekankan kata pada akhir kalimatnya.

BUGH

Satu bogeman mentah dendarat di pipi Vincent. Papanya baru saja memukulnya, yah beginilah bagian dari sisi gelap seorang Anandra Emilio Addison ia tidak akan segan segan memukul orang jika orang itu tidak mau menurutinya, tak terkecuali anak kandungnya sendiri.

Tangan Vincent terangkat mengusap sudut bibirnya yang berdarah dengan ibu jarinya. Tak ada ekspresi apapun yang di keluarkan Vincent, ekspresi wajahnya tetap datar.

LUCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang