Hai Hai..
Apa kabar kalian..
Btw, sebelumnya aku mau ucapin Terima kasih loh sama kalian yang senantiasa mau baca ceritaku ini, makasih banget. Meskipun ceritaku ini belum seberapa dan belum wah banget untuk dikatai cerita yang bagus.
Tapi aku bersyukur banget karna ada aja yang mau baca. So, thank you very much to you❤❤
Aku juga sekalian mau umumin kalo JUMANTARA udah resmi ganti judul jadi LUCENT.
Alasannya aku ganti ya karna pengen aja. Dan emang dari dulu udah kepikiran buat ganti cuma idenya baru dapet sekarang. So, gak usah basa basi lagi..
*****
Happy Reading📖
.
.
.
.
.
."Btw nih gue mau nanya sesuatu deh sama lo. Gue udah penasaran banget pengen nanyain dari tadi. Lo... Tinggal sendiri ya disini? " Tanya Zein. Kini ia dan Vincent sedang berada di rumah Cia.
Sudah terhitung beberapa bulan mereka berteman dan hari demi hari juga mereka semakin dekat. Hari minggu ini mereka memutuskan untuk main di rumah gadis itu.
"Ya enggak lah, ada Bibi disini, ada Mang Didi juga kan?" jawabnya.
"Nggak bukan itu. orang tua lo?"
Dia diam beberapa saat. "Kerja, maybe?" kata gadis itu sedikit ragu. Entahlah ia sendiri tidak tau, pasalnya semenjak kejadian pertengkaran beberapa bulan yang lalu. Kedua orang tuanya tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya sampai sekarang ini bahkan sekedar mengirim pesan pun tidak ada. Jadi ia tidak tau pasti apa yang sedang mereka lakukan diluar sana.
Melihat Zein diam dengan raut bingungnya Delucia kembali bersuara. "Ya pastinya kerja dong, lagian pertanyaan lo aneh-aneh aja. Kalo mereka nggak kerja gue makan apa, yang gaji pekerja di sini siapa, mereka juga kan?"
"Yaiya, gue penasaran aja dari pagi kita disini sampe sore, Bonyok lo gak ada tuh kelihatan" Ujarnya sambil menyuapkan snack kedalam mulutnya.
"Entar juga mereka pulang. Gue ngarepnya juga gitu." Batin Cia.
Sedangkan Vincent hanya diam memperhatikan gadis itu. Ia jelas tau kalo Cia sedang berbohong.
"Eh ini udah sore, kalian berdua nggak mau pulang? Entar dicariin loh." Cia mengalihkan pembicaraan.
"Ngusir lo?!" Pekik Zein. Melempar kulit kacang di tangannya.
"Iya! Lo disini cuman ngabisin stok jajan gue tau!"
"Yaelah perhitungan banget lo, sama teman sendiri nggak boleh pelit-pelit. Orang pelit kuburannya sempit, mau lo?!"
"Pelit mulutmu doer! Lo nggak liat nih bungkus snack yang lo makan udah menggunung gini?! Lo masih bilang gue pelit?!" Ucap Cia tidak terima.
Zein menatap bungkus snack yang berserakan di lantai, memang dia makan sebanyak itu? "Ya maap, khilaf."
"Ish pulang lo, sana!" Usirnya mendorong lengan cowok itu pelan.
"Iyaiya ini juga mau pulang."
"Eh... Beneran mau pulang?" gadis itu tadi tidak sungguh-sungguh mengatakan itu.
"Lo yang ngusir, gimana sih lo, dasar boncel?!"
"Jangan panggil gue boncel ihh!" Beralih memuku lengan Zein kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCENT
RomanceKau tahu jumantara? iya benar langit. Aku begitu lancang menaruh damba padanya. banyak insan di jagat raya yang mengaguminya, Pantas memang, ia begitu istimewa dan adiwarna. benar, sosok pemuja sepertiku mana pantas bersanding dengannya. "Bahwa...