chapter 39

235 36 3
                                    

Ibu (kata benda); seseorang yang mencintai tanpa syarat, orang yang membangun karakter dan menyembuhkan hati yang luka, orang yang membuat dan menjaga memori indah, orang yang dicintai dengan penuh kasih dan kekaguman.

-Republika



"aku penasaran kemana (y/n) pergi? oh, astaga dia pasti dimakan oleh titan. Ah, tapi dia sangat kuat, bukan? Aku tidak perlu khawatir lagi. Tapi, ini perintah atasan untuk mencari gadis itu. Kemana aku harus mencarinya? Ah, (y/n)! kemana saja kau dari tadi. Kami mencarimu."

Datar sekali ekspresi (y/n) mendengar sandiwara dadakan yang Jean lakukan di depannya. Telinganya pegal mendengar nada suara Jean yang terdengar pilu namun sengaja dibuat-buat. Lelaki itu masih tetap melanjutkan sandiwara abal-abalnya.

"dari tadi kau disini?" kedua tangannya memegang bahu (y/n), sedikit meremasnya. "aku tidak melihatmu karena kau pendek sekali."

Seperti ada awan hitam yang mendarat di wajahnya. Cukup sudah. Tangannya langsung mengepal, saking kuatnya sampai buku-buku jarinya berbunyi. Kepalan itu meluncur ke depan, mengincar wajah lelaki menyebalkan yang sejak tadi mengoceh tidak jelas. Mata (y/n) sedikit melebar melihat pukulannya berhasil Jean tangkis. Tinjunya seakan tenggeleam di dalam telapak tangan Jean.

"apa terkejut?" ejeknya. "pada dasarnya lelaki itu lebih kuat dari perempuan. Kau benar-benar menguji kesabaran pasukan pengintai, nona muda."

Kepalanya tangannya diremas. (y/n) mendongak memandang dengan kebencian yang sangat amat pada Jean.

"aku punya kendali atas diriku sendiri. Mau apapun yang aku lakukan. Itu bukan urusanmu."

"tentu itu urusanku. Urusan pasukan pengintai juga. Kau warga sipil, kuingatkan lagi. kami, pasukan pengintai, berusaha untuk menjagamu. Melindungimu. Dan, entah kenapa kau selalu lari. Sebenarnya, apa yang sedang kau hindari? Jika ada masalah kau bisa bilang langsung padaku atau ke Hanji-san atau ke yang lain. Itu sangat mudah, bukan."

(y/n) menarik tangannya kembali. Dia diam dan pergi begitu saja menyusul Hanji yang sedang membersihkan lumpur disepatu botnya. Tidak ada yang mudah baginya untuk mengungkapkan segalanya pada orang asing.

"sekarang kau lari lagi." Jean berteriak dibelakangnya. "apa kau tidak lelah terus lari dari masalah?"

(y/n) mengangkat kedua tangannya. menutup telinganya serapat mungkin. (y/n) menyakinkan dirinya tadi dia tidak mendengar apa-apa. tidak ada suara apapun yang dia dengar. Meskipun bergitu hatinya seperti dicubit. Dia tertohok oleh kalimat Jean yang tepat menusuk ke dadanya. Dia memang sering lari dari apapun. Tidak pernah menyelesaikan apapun yang telah dia mulai.

(y/n) selalau berhenti di tengah dan seringnya belum memulai dia sudah mundur. Perihal titan yang yang dia jumpai di terowongan bawah tanah. Ketakutan semu membuatnya bingung mengenai situasi yang akhirnya selalu membuatnya merasakan kecemasan yang berlebihan. Ditambah jika ingatan masa lalunya tiba-tiba muncul. Dia merasakan seolah-olah kehidupannya sekarang tidak nyata.

Dia merasa dirinya sedang bermimpi. Tidak merasa hidup. Tidak yakin bahwa dirinya sekarang adalah manusia yang masih menapak di bumi. Dimanakah dirinya sekarang?

Langkah kaki terdengar berat menyusulnya dari belakang. Deru nafas (y/n) terdengar gemetar. Jantungnya berdebar-debar hebat seakan ingin meledak. Dia terjatuh, menghantam tanah dengan wajah yang mendarat lebih dulu. Seluruh tubuhnya tiba-tiba terasa kaku. Segalanya perlahan menggelap bersamaan dengan bola matanya yang berputar ke atas.

Hening.

Lalu, telinganya berdenging keras.

Sayup-sayup, dia mendengar suara seseorang yang terdengar panic memanggil namanya. Dia ingin menjawab, namun bibirnya terus terbuka mengatakan kata-kata yang tidak jelas. Inilah kelemahannya yang membuatnya membenci ibunya. Jauh sebelum titan datang menerobos tembok. Ibunya sering menaburkan bubuk misterius bersama buah beri merah bulat setiap memberikan (y/n) makanan.

Coureuse (AOTxReader)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang