Chapter 4

1.1K 174 8
                                    

(y/n) menggeleng lemah. Dia menangis tak bersuara. Tenggorokkannya tercekat melihat Rowan yang berada digenggaman tangan titan. Entah keberanian darimana. (y/n) nekat berlari mengejar titan didepannya.

Titan itu tingginya kurang lebih dua meter. Hampir dua kali lipat dari tinggi (y/n) yang waktu itu masih berumur sepuluh tahun.dia terus berlari walaupun pandangannya buram, tertutup air mata.

"ROWAAAAN!"

Teriakannya terdengar ditelinga laki-laki itu. Dia menunduk membalas teriakan (y/n) dengan bentakan keras untuk jangan mengejarnya. Namun, gadis itu tidak mau mendengarkan. Dia naik di atas tong, melompat.

Rowan tanpa sadar mengulurkan tangannya. Dia juga tidak ingin mati. Dia masih ingin hidup. Melihat gigi-gigi rata putih didalam mulut titan membuatnya bergidik. Usaha (y/n) berhasil, mereka saling berpegangan tangan. (y/n) mengantung tinggi di udara. Dia terus menendang-nendang bahkan mengigit jemari titan yang tebal.

"lepaskan tanganku."

"tidak!"

"aku bilang lepaskan!"

"aku tak akan---"

"KAU BISA MATI, TOLOL! AKU BILANG LEPASKAN!"

(y/n) mendongak dengan gemetaran. Kedua kalinya dia mendengar rowan berteriak sekeras itu. Dan, itu tandanya adalah kematian yang semakin dekat. Tangan rowan terasa licin. Dia menatap (y/n) dengan tatapan memohon. Air matanya mengalir deras melewati dagu sampai membasahi lengannya.

(y/n) berusaha untuk tetap menggenggam tangannya. Namun, perlahan genggaman mereka semakin lemah. Titan itu mengangkat rowan tinggi-tinggi. Terpaksa dia harus menyentakkan tangannya agar (y/n) tidak ikut dimakan.

Sesaat waktu terasa menjadi lambat. Tubuhnya terjatuh bebas dan dia bisa melihat dengan jelas titan yang melahab sahabatnya tepat didepan matanya.

*

*

*

(y/n) terbangun dengan tersentak. Nafasnya memburu. Keringat membasahi pelipis dan punggungnya sampai kuyup. Hari sudah berganti. Pagi hari yang indah sudah menanti. (y/n) bangkit dari tidurnya dengan sedikit mendengus.

Pagi hari yang indah apanya. Lihat semua mayat berserakan dimana-mana. Membusuk. Mengeluarkan bau tak sedap. Bau yang sudah lama sekali tidak dia hidup sekarang ada lagi.

Kepalanya terasa pening. Mungkin efek dari terlalu banyak menghirup asap kebakaran. Sialnya, kemarin dia hampir saja kebakar hidup-hiduo saat bangker yang dia gunakan sebagai tempat sembunyi malah kerubuhan rumah. Untung saja dia bisa menyadarinya lebih awal dan berlari dengan sangat cepat.

Dahi (y/n) berkerut mendengar suara banyak orang di luar rumahnya. Dia baru menyadari bahwa tamu-tamu tak diundang kemarin adalah kenyataan. Dia langsung berlajan mendekati jendela.

Di samping rumahnya sudah ada gundukan tanah baru. Levi, hanji, dan anak buah mereka berkumpul disana kecuali Mikasa. Dia masih bersembunyi di kamar lantai atas dengan sianr dimatanya yang semakin lama semakin redup. Wajah mereka terlihat murung, merenung, mengenang komandan sekaligus sahabat yang kini hanya tinggal nama.

"ini tidak adil." Celetuk (y/n) lirih.

Mereka membiarkan mayat pasukan biasa mati begitu saja tanpa dikubur. Sedangkan, orang yang dianggap paling tinggi derajatnya malah dikubur dengan layak. (y/n) merasakan dadanya bergemuruh karena kesal. Namun, dia memilih untuk diam saja karena menurutnya itu juga bukan urusannya.

Buat apa memikirkan urusan orang lain yang tidak kau kenal. Menambah pikiran saja. (y/n) kemudian berjalan ke depan pintu, dia menunduk melihat laki-laki yang seluruh tubuhnya gosong. Semua pakaiannya hangus dan yang tersisa adalah celana pendek yang hanya menutupi alat vitalnya.

Coureuse (AOTxReader)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang