06 - Lamaran

25 2 0
                                    

Bambam tidak ikut pergi ke rumah Lisa karena menurut tradisi keluarga mereka, momen lamaran hanya diwakili oleh orangtuanya saja.

Orangtua Lisa juga meminta Lisa untuk menunggu di kamar sampai perundingan antara dua keluarga itu selesai.

Jadi baik Lisa dan Bambam hanya melakukan video call di kamar masing-masing.

"Eh, kamu deg-deg an nggak?" tanya Lisa.

"Iya, kamu sendiri gimana?"

"Sama kok, aku juga."

"Terus gimana? Orangtua kamu setuju kah kamu lamar aku?"

"Kalau mereka tidak setuju mana mau mereka datang ke rumah kamu, Lis."

Lisa pun tertawa.

"Iya sih, orangtua aku juga senang banget waktu aku bilang kamu mau lamar aku."

"Wah, berarti kita udah dapat pahala karena menyenangkan hati orangtua."

"Iya dong, makanya I feel so lucky bisa dilamar kamu."

"Kok bisa? Kenapa?"

"Kita sahabatan, orangtua kita juga udah saling kenal dekat."

"Oh iya, bener juga."

"Anyway, Bam. Makasih ya, udah mau nerima aku."

"Kok kamu terimakasih ke aku? Harusnya aku dulu yang bilang itu karena kamu yang udah pilih aku."

Lisa pun tertawa.

"Walau aku yang pilih, tapi kalau kamu nggak mau kan percuma."

"Lis, buat kamu apa sih yang nggak."

"Bam, I think I love you." ucap Lisa di dalam hati.

"Makasih karena kamu selalu jadi yang terbaik buat aku. Semoga nanti usai kita nikah aku juga bisa menjadi yang terbaik untuk kamu."

Panggilan video call itu dimatikan secara sepihak oleh Lisa.

Jujur, dia malu bilang itu.

Sedangkan Bambam malah senyum usai Lisa mengucapkan kalimat itu untuknya.

"Semoga perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan."

~

~

~

To Be Continue

Marry Me (Bambam ♡ Lisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang