03.

297 24 0
                                    

Warning
Typo bertebaran

Selamat membaca

.
.
.
.
.

Eungh

" Akhirnya lu bangun juga."

Saat pertama kali membuka matanya yang ia lihat pertama kali adalah langit langit yang berwarna putih, "gue dimana?."

" Gue dimana, gue dimana. Lu tuh kalau pingsan jangan repotin orang ."

Plak

" Mana ada orang pingsan kagak ngerepotin orang bego ."

" Ya setidaknya lu pergi sendiri ke UKS gitu kalau mau pingsan ."

" Makin hari bukannya makin pinter tapi malah makin goblok ."

" Gue bilangin ma bapak gue, biar lu di usir dari kampung gue ."

" Kayak cewek lu, doyannya ngadu ke bapak ." Setelah bercakapan random dua orang itu sekarang berganti dengan gelak tau mengejek satu sama lain.

Di depan pintu UKS disana sudah ada Bagas yang membawa bubur dan juga teh anget untuk orang yang tadi pingsan karena belum sarapan ditambah orang itu punya maag, ya siapa lagi kalau bukan Samudra.

Saat Bagas dan Samudra berada di belakang gedung sekolah tiba tiba Samudra jatuh pingsan, dan orang yang ada didalam ruang UKS adalah Samudra bersama sahabatnya siapa lagi kalau bukan Wawan.

Bagas hanya bisa melihat interaksi keduanya dari jarak jauh tanpa mau mendekat dan merusak suasana hangat yang diciptakan oleh dua manusia yang sudah bersahabat sejak kecil itu .

" Ngapain lu disini ?." Tanya seseorang yang melihat Bagas hanya diam saja didepan pintu UKS sambil membawa nampan berisi makanan.

" Lu bisa kagak kalau Dateng jangan ngagetin orang, untung ini makanan kagak gue tumpahin ke wajah lu ." Bagas

" Bawel lu."

" Lu kagak ada kerjaankan, nih kasih makanan, gue balik keruang OSIS dulu ." Ucap Bagas sambil menyerahkan nampan berisi makanan kepada Zevan tanpa mendengar persetujuan dari Zevan sendiri .

" Anjing lu ." Mau tak mau Zevan harus bawa makanan ini kedalam

Tanpa mengetuk pintu ruang UKS Zevan langsung masuk saja kedalam dan membuat dua orang yang sedang bercanda langsung diam, " sorry, gue cuman bawain ini ." Ucap Zevan sambil menyerahkan nampan yang tadi Bagas kasih kepadanya

Samudra dan Wawan saling pandang satu sama lain, seolah mencari jawaban. " Oh yaya makasih ." Wawan pun mengambil nampan yang dibawa oleh Zevan

" Hmm ." Tanpa mengucapkan apapun Zevan langsung pergi dari ruang UKS

" Tuh orang anak mubarkan ?." Tanya Samudra

" Huuh, ini makan dulu, perasaan tadi yang bilang lu pingsan si Bagas kenapa jadi itu orang yang bawain lu makanan ." Wawan

" Mana gue tau, lumayan makanan gratis ." Samudra mengambil nampan berisi makanan itu dari tangan Wawan dan meletakkannya diatas ranjang UKS

" Semiskin itukah lu sampai harus pingsan dulu buat makanan gratis ." Wawan

Plak

Kedua kalinya Wawan mendapatkan pukulan tepat dikepalanya dari Samudra, " lu kalau ngomong jangan jujur jujur amat dah ." Ucap Samudra sambil memasukkan satu sendok bubur kedalam mulutnya

" Lanjut dah biar tubuh lu kagak kurus kering kerempeng gini ." Wawan

" Berani lu ma gue hah ." Ujar Samudra yang sudah mengacungkan sendok makannya, Wawan hanya mengangkatkan kedua bahunya, dan Samudra kembali melanjutkan makannya

Disisi lain Zevan menyusul Bagas yang berada di ruang OSIS , dan lagi lagi tanpa mengetuk pintu Zevan langsung masuk begitu saja.

Disana ada Bagas yang sedang fokus membaca buku namun entah buku apa, karena saat Zevan yang tiba tiba masuk Bagas langsung menutup bukunya dan memasukkan kedalam laci .

" Ngapain kesini ?." Tanya Bagas

" Dia siapa ?." Bukannya menjawab pertanyaan dari Bagas, Zevan malah bertanya balik.

" Siapanya yang siapa ". Bagas

" Di ruang UKS itu ." Zevan

" Samudra ." Karena Bagas tau kalau Zevan pasti sudah tau orang yang satunya lagi

" Hubungan ?," Zevan

Bagas bingung dengan apa yang tanyakan oleh Zevan, maksud dari hubungannya dengan Samudra, " lu sepupu gue, jadi jangan sungkan untuk cerita ke gue ."

" Lu kira gue sama...."

Perkataan Bagas keburu terpotong oleh Zevan , " walaupun gue bukan Gay, tapi gue akan jadi garda terdepan buat dukung lu ." Ucap Zevan sambil menepuk bahu Bagas dan berjalan keluar ruang OSIS

" Lu salah Van ,yang ditakdirkan disini bukan gue melainkan elu ." Gumam Bagas sambil melihat Zevan yang sedang berjalan menjauh dari ruang OSIS

🎗️

Tit
Titt
Tittt

Suara bel telah berbunyi menandakan bahwa kegiatan sekolah telah usai, Samudra dan Wawan mereka memutuskan bolos sampai jam pulang, tapi saat mereka berdua mendengar suara bel pulang, mereka berdua bergegas kekelas untuk mengambil tas Wawan dan setelah itu langsung pergi ke parkiran untuk mengambil motor Wawan .

" Wan, kapan lu ngajarin lagi gue untuk bawa motor ?." Tanya Samudra karena dulu pernah Wawan mengajarkan Samudra mengendarai motor namun karena insiden motor Wawan nyungsep di Solokan sejak saat itu Wawan tidak pernah lagi mengajarkan Samudra mengendarai motor .

" Belum ada niatan gue ngajarin lu lagi ." Balas Wawan, bukan tak niat tapi Wawan tak mau motornya harus masuk keluar bengkel lagi hanya karena mengajarkan Samudra mengendarai motor.

" Cih, itu terus jawaban lu, kagak ada yang lain apa ." Samudra

" Bawel lu dower, lu mau pulang sama gue atau gue tinggal hah ." Wawan

" Anjing, babi, males gue sama lu ." Umpat Samudra namun dengan menaiki jok motor belakang Wawan, Wawan yang mendengar umpatan Samudra hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kelakuan ajaib Samudra satu ini .

Dari kejauhan sana ada Bagas dan Zevan yang melihat interaksi antara Wawan dan Samudra, " kasian lu, pacarnya ditikung sahabat sendiri ." Ledek Zevan yang belum tau kebenaran seperti apa

" Bacot lu, urusin noh tunangan lu yang super duper ngerepotin orang kayak hama ." Bagas

" Kagak usah ngehina tunangan gue bangsat ." Zevan agak emosi kalau sudah berurusan dengan Saron tunangannya.

" Mau ngajak baku hantam lu, karena enak ucapan gue itu benar dan lu terlalu tolol ." Bagas pun meninggalkan Zevan sendirian, karena hanya Zevan dan keluarga Zevan saja yang menerima Saron menjadi tunangan Zevan, untuk keluarga besarnya tidak ada yang menerima tunangan Zevan dengan Saron .

" Sampai kapanpun gue akan buktikan kalau Saron itu baik dan juga tepat buat gue, lu lihat aja nanti Bagas ." Zevan

🎗️

Samudra dan Wawan sudah sampai dirumah Samudra, " awas lu besok tinggalin gue, gue jadiin lu ayam geprek ." Ancam Samudra, karena Ia malas kalau harus mengeluarkan uang hanya untuk ongkos naik bus kesekolahnya

" Males gue bareng terus sama lu, bukannya bensin gue bertambah malah berkurang ." Wawan

" Wah lu kagak bersyukur banget jadi orang ." Samudra

" Kurang bersyukur apa gue, dari awal bisa bawa motor sampai sekarang terus aja gue boncengin lu, tanpa biaya bensin sedikit pun ." Wawan

" Jadi selama ini lu kagak ikhlas boncengin gue ." Bukannya menjawab perkataan Samudra, Wawan langsung saja menggas motornya, karena kalau terus diladenin bisa bisa sampai lebaran monyetpun pasti belum selesai.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Terimakasih sudah mampir
Jangan lupa vote dan komen
See you dichapter selanjutnya

7samudra {BL}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang