Bab 2

62 9 0
                                    


      BRUK!!!

Kia yang baru saja mencoba mengangkat galon terjatuh hingga dahinya membentur lantai.

"Duh kamu tuh, Kia!! Masa angkat kayak gitu aja enggak bisa? Lusa alat isi ulangnya mau datang, ini kamu sampai sekarang belum bisa angkat galon sama sekali??" omel Mama kesal melihat Kia yang masih belum berhasil memindahkan galon dari atas meja ke ruang tamu sebagai latihan.

"Lagian Mama ini, badan Kia kurus gitu masa angkat galon sih? Udah aja dong Ma pakai pegawai satu khusus buat angkat galon." Bujuk Papa yang tidak tega melihat putrinya peluh dengan keringat. Sepulang sekolah Kia sudah ditarik istrinya untuk mengangkat galon.

Mama melotot pada Papa. "Lalu yang gaji siapa? Uang mana? Papa kan udah setahun enggak kerja! Kita buat sehari-hari aja udah ngepas banget, belum nabung supaya Niken bisa kuliah. Coba kalau Papa bisa berdiri lama jadi bisa bantu angkat galon, mau enggak mau yang bisa diandelin cuma si Kia."

Papa yang mendengar perkataan Mamanya hanya bisa diam dan memandang maaf pada putrinya. Jika bukan karena kondisinya, Kia tidak akan menanggung bebannya. Putri bungsunya menghabiskan waktu dengan sekolah, menjaga warung, mengantar pesanan dan sekarang harus mengangkat galon. Sedih rasanya melihat putrinya hanya diam tidak mengeluh dan dirinya sebagai kepala keluarga tidak bisa melakukan apapun karena ia sadar sebagai suami, Papa tidak bisa melakukan apapun karena kondisi tubuhnya yang sudah tidak fit.

Mama menatap Kia yang kini kembali mengangkat galon, dahi putri bungsunya itu merah karena terbentur keramik dan seragamnya yang kucel kusut.

Kia dengan sekuat tenaga kembali mengangkat galon dan dengan tertatih memindahkan ke ruang tamu. Tangannya sudah merah dan nyeri, tenaganya pun terkikis, ia belum makan semenjak pulang sekolah dan ia juga tidak jajan karena Mama lupa memberikan uang bekal. Dan Kia terlalu malu untuk minta uang pada Niken yang dilihatnya sedang makan bakso di kantin.

Mama tersenyum puas melihat Kia akhirnya mampu memindahkan galon ke ruang tamu. Ia dengan cepat memberikan segelas air minum kepada Kia yang langsung anak itu terima dan habiskan dalam satu tegukan.

Mama menepuk kepala Kia pelan. "Bagus! Bagus! Ini baru satu galon, nanti kita coba lagi 4 galon ya? Sekarang kamu ganti baju dan jaga warung. Kalau sayuran enggak laku sampai sore kayak biasa kamu masukin ke kulkas. Ayam, ikan Mama udah simpen di freezer barangkali nanti ada yang beli."

"Ma, Kia belum makan dari sepulang sekolah." Protes Papa.

Mama mendelik. "Kamu makan dulu aja, ada ikan tongkol di atas meja."

Setelah Mama kembali ke warung, Kia beranjak dari sofa. "Papa udah makan?" tanya Kia.

Papa mengangguk. "Sudah! Sudah! Kamu makan dulu aja."

Kia mengangguk dan melihat piring di atas meja. Ada ikan tongkol yang tersisa satu dan ayam bakar di sampingnya. Kia meneguk ludah mencium aroma ayam bakar yang menggiurkan. Ia tahu jika ayam bakar itu milik Niken sementara ia hanya diberi ikan tongkol goreng.

Kia mengambil nasi dan ikan tongkol lalu makan dengan lahap. Ia benar-benar lapar, hingga terasa perutnya melilit saking kosongnya perut.

Setelah Makan, Kia mengganti baju di kamar. Ia melihat kalender yang berada di atas meja. Ada satu tanggal yang ia lingkari dan itu tinggal 2 hari lagi.

Ulang tahunnya yang ke 17.

Teman-temannya sudah merayakan ulangtahun sweet seventeen dengan meriah, termasuk Ghea, sahabat satu-satunya yang merayakan ulangtahun di cafe.

Lintas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang