Bab 7

51 5 0
                                    

di karyakarsa sudah sampai Bab 50 keatas ><

...


        Sakit yang hebat di rasakan oleh Kia. Gadis itu perlahan membuka matanya dan mencoba mengerjapkan mata berulang kali, mencoba melihat dengan jelas.

Gelap... ia berada di tempat yang gelap.

Gadis itu dengan gerakan pelan mencoba untuk bangun, rasa nyeri yang hebat kembali menyerangnya di kepala yang membuatnya refleks memegang kepala.

Terasa lengket dan Kia mencoba dengan jelas melihat sesuatu yang menempel di tangannya.

Darah? Kenapa ada darah di kepalanya? Bukankah ia ditembak tepat di dadanya?

Kia melirik ke kiri kanan, perlahan matanya mulai beradaptasi dengan situasi gelap yang ia alami. Kia merasa linglung karena ia berada di tempat yang asing.

Di mana ini?

Ia mencoba bangun dan terkesiap melihat kakinya yang tererkspos. Seingatnya ia memakai gaun tidur sepanjang mata kaki.

Kenapa?

Sepertinya ada yang salah.

Kia mencoba berjalan, langkahnya sempoyongan akibat serangan kepala yang kembali datang kepadanya. Menyerah, ia kembali duduk di lantai dengan punggung yang bersandar di tembok.

Sebuah kilasan datang ke dalam ingatannya. Sebuah gambar seorang gadis bertubuh kurus dan berwajah sendu dengan adegan yang terus menerus berganti. Kia meremas rambutnya, menahan sakit dan kebingungan yang di landanya.

Ada apa ini? Bukankah seharusnya ia sudah mati? Di mana ini? Siapa gadis yang berada di ingatannya?

Tiba-tiba ruangan yang gelap menjadi terang, lampu menyala membuat Kia menyipitkan mata karena silau. Ia akhirnya bisa dengan jelas melihat di mana ia berada.

"LHO??? KENAPA JAM SEGINI MASIH ADA MURID DI SEKOLAH?" Teriak kaget seorang laki-laki dengan sarung yang tersampir di bahu menatap kaget ke arahnya.

Kia menatap bingung siapa bapak-bapak di depannya ini. Sekolah? Sekolah apa? Ia menatap sekeliling dan semakin bingung.

Bapak-bapak itu ragu-ragu menghampiri. Wajahnya nampak pucat dan seakan takut. Ya gimana tidak takut, ada gadis berseragam, berambut panjang dengan darah mengering di pelipis duduk di lantai.

Ini manusia apa setan???

Pak Aep yang juga satpam sekolah, dengan lutut bergetar memaksakan kakinya untuk bergerak, mulutnya berkomat-kamit mengucapkan doa..berharap jika itu memang setan, setan itu akan pergi.

Ini pertama kalinya Pak Aep melihat setan sejelas ini!!!!

Pak Aep bahkan sudah merasakan sesuatu yang basah di antara selangkangan. Duh... usia 40 tahun ini pertamakalinya ia kembali mengompol.

Semoga tidak tertangkap CCTV, bisa malu Pak Aep sebagai satpam sekolah yang terkenal garangnya, mengompol gara-gara melihat setan.

"Anu..."

"HAH? APE?? ADUH SETAN LO CEPETAN DAH PERGI!! SUMPAH GUE BENERAN DAH DARI DULU TAKUT AMA SETAN!!!" Teriak Pak Aep gemetaran.

Kia mengernyitkan hidung, bau amis tercium di hidungnya. Duh, laki-laki di depan ini malah pipis di celana. Kalau ada Danu dan kawan-kawan pasti diledek habis-habisan.

Bagaimana dengan nasib sahabat-sahabatnya? Mbok Iyem apakah berhasil lolos dari nippon?

"ngapunten pak, menika wonten pundi? (maaf pak, ini di mana ya?)" tanya Kia.

Pak Aep yang tadinya ada di posisi berjongkok dengan tangan memegang kepala, perlahan membuka matanya dan menoleh ragu-ragu pada gadis berambut panjang yang menatapnya.

"Hah?"

Kia menghela nafas, ini orang kenapa sih? Gila ya?

"Ini di mana?" tanya Kia mengganti bahasa daerahnya.

Pak Aep berdeham, mencoba berdiri dan berjalan mendekat kembali satu telunjuk terulur dan sedikit menyentuh lengan Kia. "Lah, manusia beneran toh? Duh dikira beneran setan." Ucap Pak Aep mengelus dadanya.

"Ini di mana? Jangan-jangan ini markas nippon ya? Apa saya ditangkap dan ditawan mereka? Kamu ini kaki tangan mereka?"

"Neng teh dari kelas mana? Kenapa udah malam gini masih di sekolah? Aduh itu lukanya di obatin dulu! Hayu Pak Aep antar ke UKS." Ajak Pak Aep mengabaikan pertanyaan Kia.

"Ini markas nippon?" tanya Kia kembali.

"Nippon teh naon? Merek cat? Sanes atuh! Hayu Neng ikut Bapak." Pak Aep melambaikan tangan menyuruh Kia mengikutinya.

Dengan mata waspada, Kia mengikuti Pak Aep dari belakang. Ia menjaga jarak untuk berjaga-jaga jika lelaki itu akan menyerangnya. Kia juga merasa risih dengan pakaian yang ia kenakan. Roknya pendek sekali! Apa nippon yang memakaikannya?

Pak Aep membuka ruangan yang bernuansa putih dengan ranjang yang berada di tengah. "Neng bersihin dulu lukanya, Pak Aep nyalain dulu lampu yang lain soalnya tadi mati lampu."

Setelah Pak Aep keluar, Kia masuk ke dalam ruangan dengan mata yang mengamati sekeliling. Ia tidak mengerti isi ruangan ini. Banyak sekali botol-botol di dalam lemari kaca, terdapat empat ranjang dengan masing-masing tirai putih di pinggir.

Kia mengamati botol-botol di dalam lemari, ia tidak tahu apa itu dan jika ia terluka biasanya Ibu atau Mbok Iyem yang mengobatinya dengan obat racikan dari tanaman.

Kia berjalan ke sebuah cermin, kenapa cerminnya aneh sekali? Besar dan nampak jelas pantulannya. Ia berjalan ke depan cermin, matanya terpaku pada pantulan di hadapannya.

Mata Kia melotot, mulutnya terbuka namun ia tidak bisa mengeluarkan suaranya saking terkejut dengan apa yang ia dapati.

Ini bukan wajahnya!!

Ini bukan tubuhnya!!

Kenapa ia berubah menjadi orang lain? Ini di mana? Siapa... siapa perempuan ini?

Kembali, kilasan ingatan kembali hadir di kepalanya. Memaksanya untuk masuk dan menyaksikan gambaran-gambaran yang hadir dengan jelas. Keringat muncul di pelipis Kia, gadis itu menahan sakit yang menyerangnya dan hatinya yang pilu merasakan bagaimana nasib gadis tubuh ini.

"Baik, maka keinginanmu terwujud, jiwamu memilih kematian namun tubuhmu tidak. Maka aku memberikan kesempatan untuk tubuhmu kembali hidup dengan jiwa yang lain."

Kalimat terakhir yang begitu jelas membuat Kia atau Ayu tersentak kaget.

Kia yang asli memilih kematian hingga akhirnya jiwanya juga yang sudah mati masuk ke dalam tubuh ini.

Azkia Cahaya Putri.

Itu adalah identitas barunya sekarang.

Sementara Raden Ayu Candrawati, dirinya yang asli entah bagaimana nasib jasadnya. Ayu bahkan tidak mau membayangkan apa yang dilakukan para tentara nippon dengan tubuhnya dan keluarga, entah menjadi santapan anjing-anjing mereka atau mereka mau berbaik hati menguburnya.

Ini takdir barunya sekarang. Rasa simpati muncul di dalam dirinya, kemarahan, kesedihan, frustasi pemilik asli tubuhnya bisa ia rasakan.

"kia, wiwit saiki aku urip kaya kowe lan aku janji ing urip iki, kowe bakal seneng lan ora ana sing bisa nglarani kowe (kia, mulai sekarang aku hidup sebagai dirimu dan aku berjanji dikehidupan yang sekarang, kamu akan bahagia dan tidak ada satu pun yang bisa menyakiti kamu)"

Kia versi Ayu!! badassss yeee

Kia asli!!

Kia yang dilihat pak Aep

Lintas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang