Dengan senyum puas, Ask melangkah masuk ke dalam rumah sakit umum Venesa. Kedatangannya ini, bukan untuk memprotes. Melainkan mencari tahu mengenai keluarga korban.
Hal pertama yang Ask lakukan. Adalah mengobati para pasien di bangsal VVIP. Ask tahu, pasien yang mengalami mati batang otak, akan dialihkan sebagai pendonor. Tentu saja, itu bagian dari politik rumah sakit yang tidak ingin rugi sama sekali.
Sebelum menuju bangsal VVIP di lantai atas. Ask melangkah ke ruang belakang, tempat di mana cleaning service berada. Dia diam-diam memantau ruang staff dari jauh. Merasa cukup aman untuk menyelinap. Dia pun segera masuk. Lalu tersadar dengan kehadiran pria sepuh yang menatap dengan alis bertaut.
Ask berkedip dan jantungnya berdebar keras.
"Kenapa baru datang?" tanya si Pria Tua. "Kau bisa dipecat, kalau mereka tahu kau datang terlambat di hari pertama masuk."
Sesaat, Ask pikir dia ketahuan. Namun nyatanya tidak. Ia salah dikira sebagai orang lain.
"Oh, oke."
Ask segera melimpir. Menatap deretan loker berwarna hijau. Ia bingung, loker mana yang akan dibuka. Mujur, si Pria Tua membuka loker paling ujung dan mengeluarkan sebuah gantungan baju seorang office boy.
"Lokermu. Bergegaslah. Aku akan menunggumu di luar."
Ask mengganguk takzim. Tidak banyak berkomentar. Ia akan membiarkan dirinya berbaur untuk sementara waktu. Hal baiknya, ia bisa menggunakan ini untuk memantau area sekitar di rumah sakit.
Pria tua itu bernama Lucas. Dia mengajak Ask untuk membersihkan di ruang ranap inap tempat anak-anak berada.
Walau sedikit kesal. Ask tetap berpura-pura membersihkan kaca jendela di sepanjang lorong, sedangkan Lucas mengepel lantai dengan telaten. Pekerjaan ini cukup menguras waktunya. Sesekali, ia melirik ke arah Lucas. Berniat mencuri waktu untuk kabur ke bangsal VVIP.
"Aku tidak tahu, apa yang kau lihat dari pria tua sepertiku. Tapi, kau tidak perlu khawatir. Aku masih cukup bugar untuk melakukan ini."
Ask tersenyum tipis. Lalu menggeleng. "Ya, semoga kau sehat selalu. Habis ini, bisakah kita pergi ke tempat lain?"
"Ke mana?"
"Emm, lantai atas? Bangsal VVIP? Aku dengar pemandangannya bagus. Hampir seluruh Venesa bisa terlihat dari sana."
"Ck, dasar anak muda," sindir Lucas sambil merapikan peralatan. "Ada orang lain yang bekerja di sana. Kau dan aku hanya di wilayah bawah."
"Eh? Sungguh? Bagaimana kalau kita bertukar dengan mereka. Aku ingin ke sana."
"Jangan bodoh. Memangnya siapa yang mau mendengar permintaan kita. Ayo, sekarang bersihkan toilet umumnya."
Ask berpikir, dia tidak bisa terus-menerus mengikuti Lucas. "Emm, aku mau ke toilet. Kau jalan duluan saja."
Mata Lucas memincing tajam. "Kita ke arah yang sama."
"Itu milik pasien anak. Kau ingin aku ke sana?"
"Ada toilet dewasa di sebelahnya. Jangan kabur. Aku tahu, kau pasti ingin berisitirahat. Dasar anak muda, sedikit-sedikit merasa lelah. Bagaimana mau menjadi orang sukses?"
Jika tidak dalam penyamaran. Ask akan dengan senang hati berdebat dengan Lucas. Sialnya, dia harus menurunkan egonya sendiri. Ask menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Hey." Langkah Ask terhenti. Seorang gadis kecil berkepang dua menatap Ask dengan kepala yang dimiringkan.
"Kakak pembersih. Mengapa Kakak tidak menjadi model?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aesculapius (End)
FantasyPasien di bangsal VVIP ditemukan sekarat dan mati batang otak. Tuduhan malpraktik atas uji coba obat ilegal dituduhkan pada Ask sebagai ilmuwan yang bertanggungjawab pada pengembangan obat baru. Ask merupakan wujud fana dari Dewa Romawi bernama Aks...